10

96 11 0
                                    

Ditulis oleh kak rryanti_Ludith

Kau bisa bertarung dengan seribu musuh
Tapi dengan diri sendiri
Kau akan babak belur 
Melawannya

*** 

Dengan menggunakan kaus, dibalut blazer hitam serta kacamata yang juga berwarna hitam, Alisha berjalan tegak ditemani Bimo. Memenuhi panggilan kepolisian terkait kasus kematian Alan.

Tanpa menggunakan riasan dan rambut yang di cepol tinggi, Alisha berjalan pasti memasuki kantor polisi. Ada banyak wartawan memenuhi halaman Kantor Polisi, mereka tak peduli pada teriknya sinar matahari.

Begitu melihat kehadiran Alisha para pemburu berita itu menggila dalam melontarkan pertanyaan. Menulikan telinga, Alisha bergeming atas semua kalimat-kalimat tanya yang dilontarkan kepadanya.

Bimo sudah meminta Alisha untuk menggunakan jasa pengacara, namun Alisha menolak. Ia bersikukuh bahwa ia tak bersalah sehingga tak perlu menggunakan jasa pengacara. Ia yakin pembunuh Alan yang sesungguhnya akan terungkap.

Suhendi menyalami Alisha dan Bimo begitu mereka bertemu di depan resepsionis. "Terima kasih, sudah bersedia memenuhi panggilan kedua ini," ucap Suhendi lagi seraya mengarahkan Alisha memasuki ruang interogasi. Tak memberi jawaban hanya anggukan tipis Alisha terus berjalan menuju ruangan yang beberapa hari lalu juga di datanginya.

Membiarkan Bimo menunggu di ruangan terpisah, Alisha merasa yakin dirinya yang tidak bersalah. Sayangnya, Alisha tak pernah mengetahui bahwa dalang atas kematian Alan telah mengatur cerita untuk menjadikannya sebagai tersangka utama.

Begitu Alisha telah memasuki ruang interogasi, ia menduduki kursi yang sudah tersedia. Sama seperti beberapa hari lalu. Sambil menunggu penyidik yang akan menanyainya Alisha hanya berdiam diri. Merenung.

Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa seorang Alan Pramoedya akan menyeretnya kedalam cerita ini. Sampai saat ia duduk di kursi itu, Alisha masih belum bisa menentukan apakah Alan benar-benar sebuah keputusan yang salah. Yang telah di ambilnya dalam hidup.

Saat kenangan-kenangan tentang Alan terbuka dalam benaknya. Tiba-tiba seseorang memasuki ruangan. Komandan Lena masuk sembari membawa berkas di tangannya.

Alisha berdiri dan menyalami Lena. Mereka sama-sama duduk di kursi yang terhalang sebuah meja diantara keduanya.

"Terima sudah meluangkan waktu untuk menghadiri pemeriksaan kedua ini," ucap lena sambil perlahan membuka berkas yang dibawanya.

"Tentu saja saya bersedia untuk hadir, karena saya tidak pernah melakukan kesalahan dalam kasus ini." ucap Alisha, tanpa mau melepaskan kacamata hitamnya.

"Begini, hasil penelitian otopsi telah keluar, dan beberapa hasil temuan sebagian besar merujuk kepada anda."

Alisha tersentak, "Bukti, maksud anda? Saya tegaskan sekali lagi bahwa saya tidak mungkin membunuh si Alan brengsek itu." ia merasa emosi.

Alisha membuka kacamata hitamnya. Meletakkan nya di meja dengan kasar. Lena menatapnya tanpa terganggu.

"Saya akan menyampaikan hasil laporan otopsi serta penyidikan yang kami temukan." Lena mengatur posisi berkas-berkas di hadapannya. "Dalam penyelidikan yang kami lakukan di tempat kejadian perkara, di temukan sidik jari anda pada botol air mineral dan sebagian besar tubuh korban. Serta aroma parfum anda yang melekat pada pakaian korban, semakin menguatkan bukti akan keterlibatan anda terhadap kematian Alan Pramoedya. Bisa anda jelaskan lebih lengkap kronologis pertemuan anda malam itu dengan korban. Serta apa yang anda bicarakan dengan korban saat itu? "

CIRCLE OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang