1.) KUAH SUP KEBERUNTUNGAN

479 30 0
                                    

SORRY FOR THE TYPO!
____________________


      Devin bangun dari tidurnya. Satu kata untuknya, telat! Tidak biasanya ia bangun pukul enam begini, biasanya ia bangun subuh karena suara tangis si kecil yang selalu menggugahnya paksa.

      Terpontang-panting lah duda itu, lari sini lari sana guna menyiapkan perlengkapan untuk pergi ke kampus. Ini salah satu sialnya jika ia tak tidur bersama si kecil. Repot, kan? nyari istri, dong!

***

      Devin yang sudah terkesiap dengan pakaiannya langsung meluncur ke lantai bawah, berpamitan pada Feliya untuk pergi kuliah. Memang seperti itu, Devin sudah menjadi duda tapi tetap harus melanjutkan pendidikannya guna melanjutkan pekerjaan ayahnya kelak.

      “Devin berangkat ya, Ma!” pamit Devin berteriak.

      “Titip Gevan, bentar!” teriaknya lagi sebelum menghilang dari pintu utama.

      Dari ruang keluarga, Feliya hanya geleng-geleng, wanita paruh baya itu tengah menjaga cucu pertamanya. “Devin, Devin,” heran Feliya pada anak sulungnya. Beralih menaruh cucunya diatas karpet depan TV.

      “Gevan sayang, eummah!” Feliya mengecup dahi cucunya penuh sayang. Lantas mengusapnya lembut. “Kasian sekali kamu, Nak.”

      Gevantara Ergazicco. Bocah yang baru berumur enam bulan. Sejak lahir, ia sudah ditinggal oleh sang ibunda dan terpaksa diurus oleh ayahnya, sendiri. Miris sekali. Membuat sang ayah kerepotan sana-sini karena tak bisa mengurusnya dengan baik. Selalu ceroboh. Maka tak heran jika terlihat benjolan atau memar di kepala dan tubuh Gevan, itu ulah ayahnya yang lalai menjaganya.

***

      Duda tampang bujang itu kemudian mengeluarkan mobilnya dari garasi. Mulai mengendarainya membelah angin jalanan yang tampak masih sepi.

      Tak perlu memakan waktu panjang. Devin pun sampai disebuah gedung Universitas Darmaga yang memiliki dua puluh enam lantai, tempat dimana ia kuliah. Memulai untuk menyelesaikan skripsinya.

      Baru saja ia turun dari mobil, senyumnya langsung mengembang dengan lebarnya tatkala kedua netranya melihat seorang gadis yang baru saja berjalan melewatinya.

      “Hey!” sapa Devin berteriak seraya melambaikan sebelah tangannya ke udara sedang tangan lainnya menahan tas dibahunya.

      Namun, bukan gadis itu yang menoleh, melainkan para mahasiswi lainnya. Mereka memekik tertahan kala melihat wajah tampan Devin. Menggoda iman. Sayangnya, Devin hanya tertarik pada sosok gadis di depan sana.
Bukan masalah cantiknya, tapi dhadhanya. Uh menantang! pikir Devin.

      Tak menyerah begitu saja, Devin mulai berlari mengejar gadis yang diincarnya, tak tau namanya tapi sudah berhasil membuatnya jatuh hati.

Damn shit!

      “Oy! dada besar!” teriaknya kencang, membuat orang yang berlalu-lalang mendadak menatapnya.

      Devin meringis karna tatapan banyak gadis terarah padanya, apalagi para lelaki yang menatapnya tajam. Mengerikan!

      “Maaf, saya hanya menggoda ... gadis itu.” ucap Devin menunjuk kearah gadis yang diincarnya.

      Akan tetapi, saat Devin melihat lurus kedepan, sudah tak terlihat gadis itu. Membuatnya mengeram kesal, lantas berlari masuk kedalam gedung.

***

      Selesai kelas, Devin memutuskan untuk makan di kantin. Ia sangat lapar karena tak sarapan dirumah pagi tadi. Mamanya, sih! hanya karna mengurusi Gevan, beliau jadi telat membuat sarapan untuk keluarganya. Haruskah si mama yang disalahkan?

Duda Mahasiswa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang