PROLOG

664 42 0
                                    

FOLLOW BARU BACA!

___

"Apapah! Apah! Apapaaaaa!" celoteh seorang bocah laki-laki.

"Apa sayang?" sahut seorang pria yang terus sibuk memainkan ponsel tanpa memerhatikan si kecil.

"Apah! Apaapapah!" bukan hanya dengan celotehan, bayi tersebut juga mencoba menarik ujung baju si pria yang di duga adalah ayah dari bocah itu.

"Aduh, kenapa sih! hah?" kesal pria tersebut, akhirnya ia menyudahi untuk bermain ponsel. Beralih menggendong si kecil kedekapannya.

Melihat wajah garang sang ayah, si kecil pun memanyunkan bibir bawahnya. Agaknya, ia akan menangis.

"Mmah ... Apah?" si kecil mulai memukuli wajah sang ayah dengan kepalan tangan mungilnya.

"Eh! eh! kok muka Papa di pukul sih, nak? jangan dong! nanti muka ganteng Papa jadi ilang, dong?!" seloroh pria itu, dengan sigap menangkap tangan anaknya.

"Eaaaaah! Apah atcah! Mmmah haaaa!" bayi itu menangis, berusaha memukul wajah sang papa namun ditahan.

"Jangan nangis dong sayang! bukan jagoan Papa kalo gini doang langsung nangis." pria itu menyeka air mata si kecil, beralih mengusap keringat didahi anaknya. Berusaha menenangkan si kecil.

Namun, bukannya membaik, malah semakin memburuk. Tangis bocah itu kian mengeras. Membuat sang ayah meringis kala mendengar suara anaknya yang memekikkan telinganya.

"DEVIN! KAMU APAIN CUCU MAMA! HAH!" teriak wanita paruh baya didepan pintu kamarnya.

Devin Argazicco. Pria yang baru saja menginjak umur sembilan belas tahun, tapi sudah berstatus menjadi duda anak satu.

Devin mengaduh tanpa suara. "Itu Ma, ini-"

"BUKA PINTUNYA! MAMA MAU LIAT!" sahut mamanya menyela ucapan Devin.

Devin berdecak sebal, sembari menggendong anaknya, ia berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Pria itu hanya biasa menyengir saat melihat wajah ibunya merengut marah.

"Ammah Apapah atcah!" kedua tangan bocah berusia enam bulan itu terulur pada neneknya, yang dengan cepat si nenek mengambil alih si kecil.

"Kamu apain lagi cucu Mama?" tanya mamanya pada Devin, seraya mengusapi punggung cucunya dalam dekapan.

Devin mendesah berat. "Dia gangguin Devin, Ma! Devin jadi gak fokus buat belajar." eluh Devin.

Feliya yang merupakan nama ibu Devin itu, langsung mengangguk paham. "Kamu tu Ayahnya, bukan Kakaknya. Harusnya kamu bisa ngatur waktu dong. Tenangin dulu anak kamu, baru belajar! gimana sih kamu!" oceh Feliya beranjak menuruni anak tangga dengan hati-hati.

"Kalo belum bisa jadi ayah, ngapain bikin anak segala? ngerepotin aja!" lanjutnya.

"Gak becus!" lanjutnya lagi, membuat Devin mengusap dada ratanya, sabar.

"Salah lagi, salah lagi!" kesuh Devin membanting pintu kasar.

_____

TBC•

JIKA MAU LANJUT MEMBACA, MOHON UNTUK FOLLOW AKUN TERLEBIH DULU, AGAR KALIAN TIDAK KETINGGALAN NOTIF, BISA?

VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA, YA!


Sekian,

Khob khun na kha🙏

Duda Mahasiswa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang