"Omong kosong apalagi yang ingin kamu jelaskan?"
aku menghentakkan tangan ku, melepaskan genggaman erat yang pernah menggenggam ku waktu itu. Rasanya hangat namun semua itu sekarang berbeda. Dia bukan lagi Dewa-mu Luna sadarlah batinku .
"Luna tungggu luna ..."
Arkan terus mengejarku ,aku cukup terkejut dia ikut naik bus kota juga bersamaku. kali ini dia berdiri dibelakangku, nafas nya memburu akibat dia berlari tadi. Kumohon bisa kah dia pergi dari sini Tuhan aku belum sanggup untuk menatap matanya kembali .
kita diam, tanpa masing-masing obrolan diantara kita. Aku masih ingat kenangan semasa putih abu-abu ku bersama dia
Hingga bus tersebut berjalan mengiring langkah tanpa arah tujuan, mataku menatap arah jendela melihat jalan yang tampak sedikit gelap.
"Lun..."
Dia memulai pembicaraan, namun aku tetap diam bergeming. Kenangan itu kembali lagi
Siang itu sangat panas membuat seorang gadis yang sedang menunggu bus kota berkeringat bercucuran.
"Aduh lama banget si, biasanya juga jam segini dah ada"
Wajahnya nampak kesal, namun beberapa saat setelahnya matanya berbinar melihat bus yang dinantinya telah datang. Tangannya berusaha menggapai pegangan bus namun dicekal oleh seseoranng.
"Hei nona, kita bertemu kembali "
Seorang laki-laki datang dengan tampang nya tersenyum namun terlihat menjengkelkan di mata laluna.
Perempuan itu tidak membalas sapaan pria tersebut justru segera masuk kedalam bus, Arkan yang melihatnya buru-buru turun dari motornya dan naik ke bus tersebut,
Gadis itu terkejut dan bingung, kenapa Arkan mengikutinya kembali ?
Kini gadis itu duduk dengan telinganya yang sudah ia kenakan dengan headset.
Dia sambil mengangguk-anggukkan kepalanya menikmati melodinya.
Malam-malamku bagai malam seribu bintang
Yang terbentang di angkasa bila kau disini
'Tuk sekedar menemani, 'tuk melintasi wangi
Yang s'lalu tersaji di satu sisi hati"Suka dewa 19 ya ?"
Gadis itu menoleh karena mendengar salah satu band favoritnya disebut.
"Iya, kamu tau?"
"Tentu saja aku tau, oiya aku punya lagu yang mungkin bagus dan cocok dengan genre mu"
Arkan mengeluarkan ponselnya dan segera memasangkan earphone ke gadis itu.
Beritahu aku cara melupakanmu
Seperti kau ajarkanku dewasa
Beritahu aku cara merelakanmu
Seperti kau ajarkanku bahagiaGadis itu tersenyum melodinya mirip seperti salah satu band kesukaannya yang lain.
"Ini siapa ? lagunya enak " Luna bertanya.
"Serana, ini salah satu lagu kesukaanku"
"Seleramu bagus juga"
Sore itu merupakan hari yang indah untuk mereka berdua, mendengarkan lagu kesukaan masing-masing.
Luna segera turun dari bus tersebut, menghindari Arkan yang mencoba untuk mengajak berbicara, tangan pria itu segera ia tepis.
"Sampai kapan kamu terus menghindari saya Luna"
Luna berlari semakin jauh, meninggalkan Arkan dibelakangnya. Gadis itu seperti memiliki kekuatan super karena ia bisa berlari secepat yang ia bisa.
Luna akhirnya berhenti di sebuah taman sudut kota, rambutnya tampak berantakan karena ia berlari tadi.
"Kaka.. kenapa"
Suara anak kecil menyapa nya.
Luna segera menghapus air matanya, melihat seorang anak perempuan yang cantik didepannya.
"Adek siapa? kenapa disini sendiri? oh iya kaka tidak kenapa-napa"
Anak kecil itu duduk disamping Luna.
"Namaku Aya, ngga ko ka tadi sama Abang. Kaka kenapa nangis"
"Kaka tadi kelilipan Aya" Jawab Luna sambil tersenyum.
"Ohiya kok Aya sendirian, abangnya Aya dimana ?"
Gadis itu menunjukkan dengan jari telunjuk mungilnya, seorang pria yang sedang antri membeli eskrim dengan anak anak disekelilingnya.
Pria itu lalu datang membawa dua buah eskrim di tangannya.
"Aya , abang dah dapat es krim nya nih"
"Abang, ciniiiii Aya lagi sama kaka cantik "
"Nih eskrim kamu, ohiya ini buat kamu saja"
"Ah tidak usah mas" Luna menolaknya sungkan , dia tidak terbiasa menerima pemberian dari orang yang tak ia kenal.
"Ngga papa Kak, tadi Abang emang mau kasih kaka es krim ko"
Ucapan gadis itu membuat Luna mengernyit bingung.
"Tidak, Aya hanya bercanda saja. Kebetulan tadi dari jauh saya lihat Aya sedang duduk bersama kamu, terima saja ini bukan racun kok" Ucap pia tersebut dengan wajah yang tak berubah sejak tadi selalu datar.
"Ah iya terimakasih, bukan maksud saya berburuk sangka. Maaf ya mas"
"Kaka ngga kenalan ? Kata bu guru aku kalo kita ketemu olang kenalan dulu , katanyaa ada pepatah tak kenal maka tak sayang" Ucap Aya sambil memakan es krim di tangannya.
"Kamu tuh tau apa si cil" Ucap pria itu sambil mengacak-ngacak rambut Aya.
"Abanggggg" Aya merengut dengan sebal.
"Ah ya kenalkan saya Pramudya Ady Pratama, panggil saja Tama "
" Saya Laluna selene, panggil saja Luna"
"Kaka, aku juga mau kenalan. Nama aku Kanaya Larasati, dipanggil Aya aku umur 9 tahun aku suka makan ice krim emm suka ayam goreng terus..." Belum sempat Aya melanjutkan omongan mulut nya sudah dibekap duluan oleh Tama.
"Dek sudah sore ayo balik, nanti bunda nyariin "
"Abanggggggg , nanti aku laporin ke Bunda ya. Kaka itu Abang nakal " Gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan lucu.
" Adek cantik, Abang benar ini udah sore nanti adek dicariin Bunda kamu loh. Kapan -kapan kita bertemu kembali" Luna mengusap kepala Aya dengan lembut.
"Janji ya kaka cantik" gadis itu mengacungkan jari kelingkingnya.
"Eh, iya janji" Luna juga mengacungkan jari kelingkingnya tanda setuju.
Entah apakah benar ia akan bertemu mereka kembali, namun daripada gadis kecil itu menangis dan membuat panik.
Mereka pun beranjak dan pulang kerumah masing-masing.
Ketika Luna sampai rumah ia melihat seorang pria sedang duduk disana, mata mereka bertemu...
Apa yang ku fikirkan
Inilah penyiksaan
Biarpun beribu tahun
Dan namun kau sentiasa dihatiku
Menuai senyumanmu