Cap. 1

9 2 1
                                    

《CERITA INI HANYA FANTASI DAN TIDAK BERKAITAN DENGAN DUNIA NYATA

■■■■■■■■■■■■■■■■


Bagi sebagian besar manusia menganggap bahwa hidup mereka adalah takdir. Mereka hidup di dunia karena telah diciptakan, lalu berjalan sesuai rencana tuhan.

Tidak bagiku.

Hidupku adalah pilihan. Tuhan mempunyai kedudukan tertinggi di dunia ini. Menjadi bagian dari pengabdian, aku harus tau arah hidupku. Aku tidak bisa di sentuh, tidak bisa tertawa, tidak bisa menangis, dan tidak bisa berbicara bebas seperti manusia.

----Manusia----

Aku mengepalkan tangan, aku tidak berbicara semauku pada makhluk yang kedudukannya lebih tinggi dariku. Rahangku mengeras, "lalu?" Dia menatapku memalingkan wajahnya, "Bukankah ayahmu ada dineraka sekarang?" Aku membuang sisa oksigen dalam paru-paruku. "Aku akan kamu bawa kesana?"

Lagi-lagi tatapan mematikan itu. "Kau punya dua pilihan! Jika mau melihat ayahmu kembali lagi seperti dulu." Ah raut wajahnya sangat menjengkelkan. Jika aku manusia, anak-anak seperti ku pasti akan menangis dan menggigit lengannya lalu menendang tulang keringnya. "Apa konsekuensinya?"

Dia mengangkat wajahnya, "kamu akan tetap punya kewajiban dan tugas saat menjadi manusia. Kau masih punya peraturan yang sama." Wohohoo, jadi tuhan menghukumku. Manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia butuh menjalin hubungan dan perasaan. Apa yang tuhan pikirkan? Aku masih anak-anak!

"Apa aku akan sendiri?" Aku bertanya padanya dengan sedikit hati-hati. "Kau tidak akan membawa malaikat lainnya. Putuskan sekarang. Qiran akan mengawasi hidupmu!"

Qiran akan mengawasi hidupku. Kurasa tidak buruk menjadi manusia, aku akan punya rumah sendiri, punya keluarga yang bahagia, punya segalanya yang ku mau. Aku menganggukkan wajahku, saat itu juga Qiran bersiap dengan pedangnya mematahkan satu sayapku.

Dan.......

------
Kring..... Kring......

Alarm itu sungguh menjijikan. Menganggu setiap mimpi-mimpi yang tersusun dalam tidur. Hah, tanpa alarm tidak ada yang membangunkan gadis mungil ingusan ini.

Hoammmmm.... "Jam berapa sekarang? Hah, masih jam 09.00 pagi." Gadis itu kembali tertidur dan alarm kembali berbunyi. "Berdebu, hitam dan brisik. Dasar Alarm, tanpamu hidupku terus tertidur..." ia bersenandung sembari berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi.

Terlahir di dua dunia, mungkin terdengar menyenangkan Manusia sering mendambakan menjadi Malaikat. Suci, berhati tulus, bersih, tampan atau cantik. Bagi malaikat yang selalu berdampingan dengan manusia seperti Gae adalah hal yang biasa-biasa saja. Menjadi malaikat bukanlah hal yang mudah. Malaikat tidak boleh salah, tidak boleh melewatkan takdir manusia, mereka tidak tampan ataupun cantik, tidak punya rambut, berekspresi saja sulit bagi mereka.

Gae membuka knop pintu kamar mandi. Berdiri diatas cermin, kedua tangannya mulai bekerja pada sikat dan pasta gigi. Gae melihat dirinya di pantulan cermin, dia menampar keras pipi sebelah kanannya. "Sakit," Gae meringis kemudian melanjutkan menggosok giginya.

Menjadi manusia dengan gelar malaikat memang aneh, membosankan, dan tekanan. Tidak bisa bergaul dengan orang banyak, membuat Gae kesepian. Gae berjalan menuruni tangga. Sedikit berpikir, lalu menghela napasnya. "Mau ngapain lagi? Hidup cuma buang nafas, makan, minum, tidur, nonton tv....." Gae melihat pot bunga diatas meja, lalu mengambilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rein KarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang