Matahari untuk senja 2

1.8K 37 7
                                    

Semua siswa siswi yang mengenakan properti sama denganku berdiri rapih di halaman lapangan SMA Harapan Jaya. Aku segera lari mencari rombongan bewarna merah, mataku terus memperhatikan sekitar. Tap aku menemukannya, aku segera lari ke arah barisan itu.

Upacara pembukaan acara MOS di mulai, sejujurnya kakiku sudah sangat terasa lemah dan pegal, keringat di sekitar dahiku telah menetes. Sudah 15 menit berlalu tapi tak kunjung ke penghujung upacara.

"Hai" sapa gadis di sebelahku, gadis yang aku tahu namanya dari nametag, nama dia Lamel, cantik, putih, sipit.

"Hai Lamel"

"Kamu sakit? Muka kamu pucet. Mau ke belakang?" Lagi lagi mata kecilnya hilang

"Ga kok, gapapa. Paling bentar lagi selesai" balasku seraya membetulkan kunciran di sebelah kananku.

"Yaudah kalo gitu Senja. Nama kamu lucu ya senja, kaya pas sore matahari menjelang terbenam" suaranya makin menggebu gebu.

"Iya, seperti namaku Senja, aku suka sekali menyaksikan matahari terbenam saat sore"

Tiba tiba seorang cowo berkacamata menatapku, mengelap sedikit keringat "Lo manggil gue?"

aku mentapnya sekilas , kemudian menggeleng tapi mataku masih tertuju pada dirinya

"Yakin?" tanyanya menaikan alis

Aku mengangguk "gue ga manggil nama... Nama... At... At...hh.." mataku menyipitkan untuk dapat melihat jelas nama di name tagnya.

"Atha" ucapnya singkat

"Nah itu. Gue dari tadi ga ngomongin itu kok. Ya gak mel?" Lamela hanya tersenyum simpul

"Yakin gak manggil gue? Tapikan tadi lo nyebut ma..." omongannya terputus begitu saja saat melihat kakak kelas menatapnya dan memberikan jari telunjuk di bibir yang menandakan harus diam. Aku segera menundukan kepalaku.

Kini di benakku hanya sekilas memikirkanyya, iya dia... Atha. Bagaimana bisa ia merasa terpanggil? Bahkan saat ngobrol dengan Lamela pun tak ada kata "Atha" dalam perbincangan kami. Tapi kalau dilihat lihat Atha cukup ganteng, em... Maksudku, lihat saja badannya yang menjulang tinggi ke atas dan dadanya sangat terlihat berbidang, cukup kuat untuk sekedar menyenderkan kepalaku saat aku menangis. Eh apa sih? Tapi aku rasa itu benar, wajahnyapun bisa dibilang diatas standart . Hidungnya mancung, bibirnya kecil, dan saat menatap manik matanya yang kamu rasakan hanya kehangatan yang terpancar. Seakan akan ada sesuatu yang tak bisa kamu cegah untuk menatapnya kembali. Bahkan kacamata di depannya, seakan tak bisa memungkiri cahaya kehangatan yang terpancar.

Dong...Dong suara gong itu membuyarkan lamunanku. Suara gong itu menandakan telah resmi di bukanya acara MOS kali ini, suara tepuk tangganpun teriring.

Semua kakak kelas menghampiri barisan menuntun barisan menuju kelas masing masing. Aku memandang cowo itu -Atha- dia masih ikut membututi barisannya. Sementara aku melakukan hal yang sama sepertinya.

"Kamu liatin siapa?"

Aku menengok ke arah Lamel

"Eh... engga kok"

Lamel tersenyum "Kamu bohong, kamu liatin Atha? Pasti terpesona ya sama dia hayoo"

Aku mengerucutkan bibirku "Gak lah. Aneh kali masa pertama kali ngeliat tiba tiba terpesona"

"Hih kamu mah, terpesona pada pandangan pertama tuh bisa tau" ucap Lamela sambil menatapku

Aku kembali menatapnya "Aku ga pernah percaya akan hal itu" . Lamel mendengus kesal "Yaudah, paling kamu ngerasain nanti"

"Semuanya sekarang baris berjajar, tim merah lawan tim biru. Kalian harus ngerebut bendera yang udah di sangkutin ke ranting pohon. Setiap bendera ada perintahnya dan kalian harus ngelakuin apa yang di perintahin. Kalo udah masukin bendera tadi ke botol yang di ujung sana" tanggan kakak senior itu menunjuk sebuah botol di ujung lapangan "Nah, sistemnya cepet cepetan, jadi yang paling banyak benderanya tim itu yang menang. Yang menang bakalan dapet istirahat selama 15 menit dan yang kalah lari 10 kali lapangan. Semuanya ngerti?"

"Ngerti kak"

Aku memperhartikan tim lawan mencari tak tik agar aku dapat mengetahui dan menebak apakah mereka terlihat lebih gesit dariku. Tatapanku berhenti pada sosok yang sepertinya sudah aku kenal. Ya dia Atha dan... yap great! Aku tertangkap basah menatapnya.. maksudku tak sengaja menatapnya. Dia kembali membalas tatapanku, senyum itu mulai terlihat di wajahnya, menambah point tampan pada dirinya.

Aku reflek kembali membalas senyuman itu. Sumpah mungkin kharisma akan senyum dan tatapan hangatannya itu mampu merubah pikiranku.

"Hei Senja, badan kamu kecil, gampang tuh larinya. Ketua tim cewe ya?" Ucap si senior.

Aku menangguk pelan

Aku mulai berjalan ke arah garis start dapat aku lihat dari arah depanku juga sudah ada tim dari lawan. Setiap ketua diberi pita bewarna hitam di kepalanya, termasuk aku. Aku menatap ketua dari arah lawan, entah kenapa perempuan itu memberikan lirikan sinis kepadaku.

"Ha! Kau akan kalah" teriakku

Cewe berambut coklat itu menyengir mendengarnya.

1..... 2.......3...... GO!!!

Aku berlari sekuat tenaga, cukup gesit lariku dan kini aku berusaha untuk mengambil bendera yang tergantung diranting. Siap siap aku meloncat dan yup bendera itu sudah di tangganku.

Aku mulai membaca tulisan yang tertera di bendera itu "LONCAT  DAN NARI DAERAH SAMBIL NYANYIIN LAGUNYA" 

Oh... please haruskah aku lakukan ini?

Aku melirik cewe berambut coklat itu telah menyanyi nyanyi semaunya.

Oke aku harus menutup dan memutuskan urat maluku. Aku gamau kalah dari cewe itu.

Dengan segera aku menyanyi, lompat, dan menari daerah setahunya yang pernah aku lakukan.

Oh shit malu.

Setelah melakukannya,aku kembali lari ke pohon ke dua, dan... kali ini aku mesti jalan jongkok. Dengan rasa lelah aku terpaksa jalan jongkok sampai pohon ketiga, lututku terasa sangat lemah. Aku meloncat dengan sisa kekuatanku, tapi sayang pohon ke 3 bendera itu diletakan sangat tinggi.

Oh ayolah... badanku meninggilah. Tinggiku memang tidak pendek pendek banget. Tapi mengapa bendera ini susah sekali ku gapai? Aku terus meloncat loncat dan hasilnya gagal!

Aku mengelap keringatku, bruk... bendera itu jatuh dikepalaku dan segera aku ambil. Aku menatap sosok pria di belakang pohon itu.

Atha! Cowo itu tersenyum kepadaku dan memberi isyarat agar aku lanjut berlari. Aku tersenyum dan mengangguk.

Pritt...   Prit.....

Suara peluit menghentikan langkahku.

Sial. Aku kalah dari perempuan berambut coklat itu.

***

Haiiii maaf lama banget ngepublish ini padahal udh dari kapan tau ada.... hehe maafkan diriku yaaa.... btw makasih bgt buat yg udah ngevote "matahari untuk senja dan jar of heatsnya" mwah mwah

-re

Matahari untuk senja.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang