Setelah berjuta purnama.

1 0 0
                                    

CKITT!!!

"Adnan?" Setelah mengerem mendadak, aku menoleh kebelakang. Lelaki dengan punggung tak asing itu sangat risih dipenglihatan mataku. "Lu disini? Nunggu siapa?"

"Eh, Git." Ucapnya sedikit kaget, "Gua yang harusnya nanya, kok lu kesini? Mau kemana emang?"

"Hehe, mau ke Ayu nih. Lu ga langsung pulang?"

"Engga, nunggu mba gua nih." Katanya sembari menggenggam ponsel.

"Oh, okey gua duluan ya."

Dengan senyum yang tertutup masker saat itu, aku meninggalkannya yang masih saja dengan setia bersama motor bebek itu. Lelaki yang dengan jelas aku kenali, lelaki yang aku tau bagaimana sikapnya, bagaimana rasa masa bodohnya. Masih sama, rasa yang meledak di deru jantungku. Aku tersipu.

Langit sore yang saat itu menjadi latarnya, aku kembali mengendarai motor ini menuju rumah temanku. Dengan hoodie kebesaran, lebih cocok sebenernya hoodie ini digunakan saat musim dingin. Tetapi dengan bodohnya aku malah mengggunakannya untuk kerja, hehe. kebayang ga gimana panasnya? Tapi aku nyaman kok. Dengan bersiul pelan, rasanya senang bertemu Adnan. rasanya seperti bertemu dosen pembimbing yang sulit ditemui. Iya, bahagia. Rasanya seperti itu.


Tink, Are u Okey?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang