" Tak apa bertindak bodoh sesekali, jika kalian berada di posisi terendah aku yakin kalian akan mengerti "
- Mentari Senja -
Pranggg!!!Serpihan gelas itu berhamburan di lantai kamar mandi.
"Ayolah ri...ini gelas ketiga, kapan lo berhenti?" umpat Mentari dalam hati. Ini sudah jadi kebiasaan ia kalau tak bisa lagi berbicara. Mentari menatap lantai kamar mandi yang basah karna darah bercucuran dari tangan kirinya. Lagi-lagi ia harus berurusan dengan luka yang ia buat sendiri serta pecahan gelas di lantai kamar mandi. Jika kebanyakan orang memecahkan gelas dengan cara melempar atau menjatuhkannya tapi tidak dengan Mentari Senja, ia mengambil gelas tersebut memegang erat dengan tangan kirinya lalu segera saja dia pecahkan ke lantai tanpa melepaskan genggamannya ke gelas tersebut.
"Bisa gak ngerasa sakit gini ya gue haha," sambil mencopoti satu per satu serpihan kaca di tangannya ia berbicara sendiri seolah itu bukan masalah besar. Mentari terdiam sejenak melihat darahnya menetes ke lantai, tanpa Mentari sadar air mata yang ia benci itu keluar dari matanya, membasahi pipinya. Ini hal yang paling ia benci, menangisi kebodohannya hanya karna tak bisa lagi berbicara.
"Bodoh banget sih lo.Cuma lo yang bisa nge-handle diri sendiri tapi kenapa hanya untuk membuka mulut lo gabisaaaaaaaa?!" Mentari terisak...meremas tangannya yang masih terdapat beberapa serpihan. Darah segar itu menetes lebih banyak sekarang, bahkan Mentari tak merasa kesakitan. Suara isak tangisnya mengalahkan segala perih di tangan maupun di hatinya.
Ponsel Mentari berdering, cukup lama ia abaikan namun tak tahan karna ini sangat menggangu waktunya untuk berfikir sendiri. Ia mengambil ponselnya dan melihat pesan teks masuk.
Adev
Sore menjelang malam sodara, di harapkan meluangkan waktu untuk membalas pesan anak TuhanMentari mendengus kesal, cetusnya dalam hati, "Bahkan ini bukan waktu yang tepat argggghhh!"
Mentari
Bisa gak lo langsung ke intinya? Gue mumet bacanya njir,Adev
Hehe galak amat sih Senja di ufuk Timur :v
Tau aja lo gue ada maunya, baca deh soal nomor 5 yang dikasih guru "masa lampau", ngajak gelud dianyaMentari
Iya ntar kalo lagi moodAdev
Tampol dari jauhh, kenak mampus loMentari memasukkan ponsel dengan malas ke dalam saku celananya. Hening terdiam ia sejenak menatap tangan, serpihan kaca serta darah yang sudah hampir berhenti menetes ke lantai. Mentari teringat orang tuanya akan pulang sebentar lagi jadi dengan cepat ia segera bangkit dari posisi duduknya lalu membersihkan darah serta kaca yang berserakan. Perih baru dirasakannya setelah luka itu menyentuh air.
"Lo yang mau kan ri...tahan sendiri deh," ringisnya sambil menahan perih di tangan kirinya. Setelah siap dengan lukanya langsung saja Mentari mengumpulkan serpihan kaca tersebut dan membuangnya.
Setiap kali Mentari dalam situasi yang tak bisa diselesaikan hal ini yang dilakukannya. Semua tekanan itu tersimpan jauh didalam pikirannya.
Jika luka bisa dengan mudah sembuh hanya dengan menempelkan plaster mungkin ia tak butuh penjelasan dari siapa pun tentang posisinya dirumah ini.Mentari merebahkan tubuhnya, meluruskan tangannya. Menatapi langit-langit kamar memikirkan selembar foto usang di tangannya. Hingga akhirnya ia terlelap karna pusing tiba-tiba menjalar di di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
RandomKalian suka senja tidak? :) Di saat itu kalian akan melihat matahari yang bersiap untuk istirahat dan di gantikan oleh bulan. Mentari Senja gadis yang suka suasana sepi saat senja seperti namanya ini tidak akan mengizinkan siapa pun yang berniat men...