Capture 2

6 4 2
                                    

" Kau hanya perlu bertahan untuk memastikan bahwa kau 'Ada' "
- Mentari Senja -


Mentari berjalan keluar kelas, menyusuri koridor sekolah menuju ruang BK. Terlihat tidak jauh dari nya, guru sejarah tersebut sudah memasuki ruangan yang akan menjadi tempat menentukan nasibnya ke depan.

"Udah ketebak, pasti tuh guru ngelebih-lebihin apa yang gue lakuin tadi di kelas," Mentari mendengus kesal sebelum akhirnya ia memasuki ruang BK.

Terlihat dua wanita yang sedang berbicara dengan serius ketika Mentari membuka pintu, mereka sama-sama menoleh ke arahnya.

"Mentari silahkan duduk dahulu," ucap wanita bermata teduh tersebut sambil tersenyum.

"Iya buk," jawab Mentari.

"Saya tidak tahu anak ini mengapa ...," sambil melirik ke arah Mentari, "banyak kesalahan yang Pagi ini ia lakukan, mulai dari terlambat 15 menit masuk ke kelas lalu mempertanyakan tugas yang saya beri, padahal ia sama sekali belum menjawab satupun soal di bukunya." guru sejarah tersebut menjelaskan kepada wanita di hadapannya dengan serius.

"Saya akan menangani ini Bu segera, Ibu  bisa kembali ke ruang kelas, mungkin ia sedikit butuh bantuan," wanita tersebut menjawab dengan ramah.

Guru sejarah meng-iyakan dan berjalan keluar ruangan itu. Terlihat Mentari yang duduk tetapi matanya menyusuri seluruh isi ruangan. Ia tak menghiraukan percakapan antara guru sejarah dan wanita yang berada duduk didepannya.

"Mentari ... kali ini saja, jawab pertanyaan saya," wanita tersebut mencoba berbicara kepada Mentari.

"Oh ya, silahkan Bu ga ada tuh yang ngelarang," jawabnya dengan ringan.

Wanita tersebut terdiam sebentar memerhatikan apa yang Mentari lihat, fokusnya tidak tertuju pada wanita tersebut, bahkan tadi Mentari menjawab pertanyaannya tanpa melihat ke arah wanita yang bertanya.

"Ibu kurang cantik ya hari ini, makanya Mentari gak mau ngeliat ibu? Liat sini dong Ri ... kan ibu lagi ngomong," wanita itu sabar menghadapi tingkah Mentari.

"Duh bu ... cuma mau nanya ini doang bu? males banget jawabnya. Langsung aja tulis SPO nya bu, biar cepet urusan saya disini." Mentari menatap wanita itu sebentar, lalu memalingkan pandangannya lagi.

"SPO kemarin udah ibu kasih kan, tapi orang tua kamu juga gak pernah datang. Suratnya gak kamu kasih ya?" kali ini wanita tersebut terlihat serius.

"Bu ... ada nomor handphone ortu saya kan, tinggal telfon tanya. Kalo nanya ke saya pasti tetep ga ada jawaban." Kali ini Mentari kesal, karna sesi bertanya di ruangan ini terlalu lama.

"Kali ini ... Ibu tulis lagi, kalau orang tua kamu tetep gak datang. Kamu saya DO dari sekolah." Jawab wanita itu dengan tegas.

"Dih dia ngancam," ucap Mentari dalam hati.

Wanita tersebut mengeluarkan kertas dan di isinya nama Mentari didalamnya. Langsung saja ia beri kepada Mentari sambil tersenyum.
"Ditunggu kehadiran orang tua mu," ucap wanita itu.

Mentari meninggalkan ruangan dengan wajah yang terlihat biasa saja, tak terlihat rasa menyesal di dirinya. Hal ini sering terjadi dan ia menyikapinya dengan tenang. Saat ia memasuki kelas, sempat-sempatnya ia menatap guru sejarah tersebut sambil berjalan ke bangku tempat ia duduk.

"Kertas apa tuh Ri? Bon lu di kantin? Wkwkwkw," kekeh Nowi di sebelah mejanya, lagi-lagi ia meledek Mentari tanpa puas.

"Ssssttttttt! yang sering nelap jajanan di kantin diem aja," jawab Mentari dengan puas meledek balik sahabatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang