03 | A Lie?

5 2 0
                                    

Sebelum membaca budayakan vote terlebih dahulu. Sudah? Cus baca!🤓
.
.
.
.

Ini masih terlalu pagi, aku yakin teman-temanku belum datang saat ini. Lalu, mengapa aku turun pagi sekali?

Aku mengintip ke dalam kelasku, benar-benar masih sepi. Namun ada satu punggung yang kulihat sedang duduk menyendiri di tempatnya. Wajahnya sengaja ditenggelamkan di antara kedua tangannya yang terlipat, entah dia tertidur atau tidak.

Aku mendekatinya perlahan, berusaha tidak menarik perhatian mahasiswa yang sudah datang.

"Renjun." Tanganku menyentuh pundaknya, berbisik cukup keras agar Renjun mendengarnya.

Renjun mengangkat kepalanya, seketika tersenyum saat melihatku.

"Nana, kamu—"

Aku menggenggam tangannya, "Jangan di sini, ayo." Kemudian menarik Renjun keluar dari kelas. Untungnya mahasiswa yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, jadi tidak ada yang memperhatikan kami.

Aku melepaskan genggamanku pada Renjun setelah berada di tempat yang cukup sepi. Mataku tak henti memperhatikan sekitar, berharap tidak ada yang sadar dengan kehadiran kami. Renjun mengikuti apa yang kulakukan, meskipun sepertinya dia tidak paham.

"Oke aman." Aku menghela nafas, menatap Renjun yang berada di hadapanku. "Kemarin kenapa gak datang?"

"Ke mana?"

"Ke kampus, nyiapin tempat untuk jurusan kita."

Renjun menunduk, nampak menyembunyikan sesuatu. Terlihat jelas jika Renjun ingin mengarang cerita.

"Aku sibuk kemarin, jadi gak bisa datang. Pekerjaannya banyak ya?"

Aku mengangguk, "Kami capek loh kerjain itu, kamu malah gak datang bantuin."

Wajah Renjun berubah sedih, "Maaf ya."

Melihat wajahnya itu selalu membuatku tidak tega. Sekeras apapun aku berusaha menghindarinya, tetap saja semua masa lalu Renjun menghalangiku. Aku satu-satunya orang yang menjadi saksi betapa tidak adilnya dunia padanya.

"Gapapa, udah selesai kok. Tapi lain kali harus datang ya! Kamu juga harus bersosialisasi." Aku tersenyum, berusaha membuatnya ikut tersenyum.

Renjun mengangguk, "Iya deh." Ikut tersenyum tipis.

Aku tau sebenarnya aku terlalu memaksanya, tapi aku pikir ini akan baik-baik saja.

🏡🏡🏡

Aku kembali ke kelas lebih dulu, menyuruh Renjun untuk datang setelah aku sampai di kelas. Berjaga-jaga jika saja teman-temanku sudah datang.

Benar saja, semua teman-temanku sudah berkumpul di kelas.

"Nari!" Nara melambaikan tangannya, menepuk-nepuk tempat duduk di sampingnya. Sepertinya Nara sudah menyiapkan tempat untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Goodbye" to "Hello" | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang