2

12 0 0
                                    

"Membiarkan waktu tetap berjalan dan kita hanya perlu mengikuti alurnya."
~~~

"Sorry, tadi saya gak sengaja ngelempar ini," ucap seseorang di depanku.

Aku mendongak ke arahnya. Sosok tinggi, kulit putih dan sedikit pucat, rambut hitam dan sedikit berantakan, dan bibirnya tersenyum.

"Siapa, kamu?" tanyaku.

Aku mengamati sosok laki-laki di hadapanku. Dia memakai baju seragam, tetapi berbeda dengan yang aku kenakan.

Dia hanya nyengir dan mengusap kepala belakangnya.

"Kamu siapa?" tanyaku lagi.

"Hm... Sayaa... sekali lagi minta maaf." kata laki-laki itu melangkah pergi dengan terburu-buru.

"Hey mas, tunggu!" aku bangkit dari kursi karena ada sesuatu yang jatuh dari saku celananya.

Terlambat, dia sudah menghilang dari pandanganku. Sedangkan barangnya masih aku genggam. Sepotong kain berbentuk segi empat beludru merah marun bertuliskan, 'Andrew' .

"Apa nama dia... Andrew?" gumamku dalam hati.

Entahlah, semoga besok atau nanti pulang sekolah aku bertemu dengannya.

Dari kejauhan terdengar suara bel berbunyi tanda sudah waktunya masuk kelas. Aku lekas membereskan barang-barang di kursi taman. Setelah itu, aku pun berjalan menuju kelas.
~~~
Pukul 14.30 WIB

Guru sudah mengakhiri pembelajarannya dan para murid bersiap untuk segera keluar kelas.

Aku berjalan sendiri melewati koridor kelas atas, kulihat ada seseorang yang mirip dengan laki-laki tadi sedang bersandar ke dinding tangga sambil membaca buku sesuatu.

"Halo, kamu yang tadi di taman, kan?" ucapnya menatapku sambil tersenyum.Dia menyapaku lebih dulu.

"Iya, syukurlah ketemu lagi. Ini punyamu bukan?" kataku dengan menyodorkan kain beludru itu.

Air mukanya berubah, dia terlihat lebih muram. Beberapa menit kemudian, dia kembali lagi menampilkan senyum kepadaku, "Benar punya saya".

"Ya sudah, ambil nih.." aku memberikannya kembali, dan ia pun menerima.

"Saya... Bukan pemilik aslinya, tetapi saya harus menyimpannya," ucapnya lagi.

Aku pun mengangguk saja tanpa bertanya lagi, tidak sopan bukan kita bertanya pada orang asing tentang urusan pribadinya? Setidaknya sekarang urusanku sudah selesai. "Kalau begitu, aku pulang dulu."

Ketika aku hendak pergi dia berkata, "Saya Alfin, senang bertemu denganmu... El."

Aku terhenyak.

Dia, tahu namaku dari mana?

Jujur, aku sangat takut dan memilih untuk segera pulang ke rumah. Aku tidak berani menengok ke belakang, meskipun di sekolah masih agak ramai dan orang-orang kelihatan santai, tetapi tidak denganku.
~~~
Sesampainya di rumah, waktu sudah lewat dari azan ashar. Oma sudah menyiapkan makanan untukku, aku pun bergegas untuk mandi dan salat.

Setelah selesai dengan aktivitasku, aku bergabung dengan oma di ruang tengah dan makan bubur kacang ijo buatan oma. Harumnya saja sudah enak sekali, ini makanan kesukaanku sejak kecil.

"Bagaimana sekolahmu sayang, ada sesuatu yang terjadi?" tanya oma.

Aku tidak langsung menjawab, tetapi hanya menggeleng sambil meneruskan makan. Sedangkan oma hanya menatapku dengan sedikit helaan nafas.

"Oma sangat sayang sama kamu. Cucu satu-satunya yang oma punya. Kalau kamu masih susah buat cerita sama orang lain, setidaknya oma mau kamu bisa jadi orang yang terbuka sama oma,"

"Waktu akan terus berputar, semua akan terus berjalan, meski ada hal yang membuat kita berhenti bukan berarti selamanya tetap diam, justru kita harus melawan ketakutan dan mengikuti alurnya."

Oma pun mengelus kepalaku lembut seperti biasanya. Aku hanya terdiam sambil menghabiskan semangkuk bubur kacang ijo.

Kata-kata oma dan kejadian tadi di sekolah membuatku terus berpikir. Seperti sesuatu yang pernah terjadi dan aku alami sebelumnya.

Namun, aku tidak ingat kapan atau di mana tetapi yang jelas aku merasa bingung, takut, sekaligus tidak asing dengan semua ini.

~~~

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang