Diketik oleh STEVANYLA
Terdiri dari 3062 kata
Cerita ini adalah fiksi.
Nama wilayah, kota, dan negara hanyalah imajinasi penulis.Bijaklah dalam memilah bacaan. Jangan meniru adegan yang berada di dalam cerita ini.
Orang buta diberi tongkat.
Bunyi sirine polisi dan mobil ambulans bersatu dalam keheningan malam hari ini, ditambah suara teriakan dan tangisan duka yang menyayat hati. Beberapa polisi memasang garis polisi di sepanjang depan rumah mewah itu dan dua petugas ambulans baru saja ke luar dari dalam rumah seraya membawa kantong jenazah berwarna kuning.
"Ayah, ayah." Seorang pria yang memakai baju piama menangis histeris dan merancau memanggil-manggil ayahnya, yang sedang dalam pelukan seorang wanita berpakaian formal.
Malam ini untuk kesekian kalinya, aku melihat mereka--para keluarga korban--menangis sampai terkadang ada yang terjatuh pingsan. Bahkan ada yang mengalami depresi berat dan berujung di rawat di rumah sakit jiwa, sebab kehilangan akal sehat mereka. Namun, aku tidak pernah merasa iba sedikit pun.
Aku rasanya ingin bertanya kepada mereka atau siapa pun yang mau menjawab pertanyaanku ini. Kenapa mereka menangis? Memangnya sesedih itukah kehilangan salah satu anggota keluarga? Sesedih itukah ditinggalkan oleh orang terkasih? Sesedih itukah? Kenapa aku tidak pernah merasakannya? Aku penasaran bagaimana rasanya. Aku juga ingin sekali-kali menangis, tetapi sulit sekali air mataku menetas walau hanya satu tetes saja.
Yang kurasakan selama ini hanya satu. Perasaan bahagia saat melihat orang yang kubunuh merintih kesakitan dan memohon untuk segera kubunuh. Perasaan bahagia saat berhasil membunuh orang yang kubenci.
Aku memandangi kedua telapak tanganku. Sudah berapa puluh kali tangan ini memegang pisau dan bom? Sudah berapa puluh kali tangan ini digunakan untuk menghilangkan nyawa?
Sudah berapa puluh kali mata ini menyaksikan kebrutalan diriku sendiri membunuh seseorang? Melihat seseorang membunuh dan dibunuh?
Sudah berapa kali telinga ini mendengar jeritan memohon untuk tidak dibunuh dan memohon ampunan?
Sudah berapa kali bibir ini mengukir senyuman puas dan bahagia, kala memandangi wajah orang yang berhasil kubunuh? Juga memandangi wajah orang-orang yang dibunuh oleh rekanku sesama pembunuh?
Baru-baru ini aku sadar. Apa yang kulakukan selama ini salah. Menghilangkan nyawa seseorang demi membalaskan rasa dendam dan uang, itu perbuatan yang sangat salah. Perkara mati adalah urusan Tuhan, Sang Maha Pencipta.
Entah berapa banyak dosa yang kutanggung atas perbuatanku ini.
Meskipun aku sadar ini salah, tapi aku tidak bisa mundur. Aku hanya memiliki satu pilihan, yaitu tetap melanjutkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute But PSYCHO (Slow Update)
Mystery / ThrillerPsikopat itu kelainan jiwa. Tidak memiliki rasa belas kasih dan empati. Emosi selalu mengambil kendali jiwanya. Kamu yakin psikopat bisa disembuhkan? Dia dijuluki Baby Face, si wajah imut. Kata orang yang melihat dari penampilannya, meskipun pendiam...