Seperti di film-film. Sang putri akan berakhir bahagia dengan seorang pangeran.
Tak peduli bagaimana strata sosialmu. Pangeran adalah milikmu.
Tak sama sepertiku. Orang orang memandangku sebagai 'Antagonis'. Atau memang seperti itu? Entahlah.
Berbeda dalam cerita. Ketika putri yang malang jatuh cinta. Orang orang akan menentang bagaimanapun caranya. Namun akhir dari segala akhirnya, sang putri tetap bersama dengan pangerannya.
Namun di dunia nyata, seseorang yang selalu dituduh menjadi antagonis. Ketika ia mencintai seseorang. Orang-orang tidak akan menentang seperti caranya menentang putri dalam cerita.
Hanya saja, mereka merusak mati-matian di belakang seorang yang dipaksa menjadi antagonis. Memaksa akhir dari segala akhir agar antagonis tetap berakhir tragis seperti dalam cerita.
Biar ku tanya pada kalian, wahai.
Bagaimana kategori untuk menjadi putri malang bernasib baik seperti dalam cerita?
Haruskah menyedihkan hidupnya? Penuh penderitaan?
Haruskah seperti itu dulu agar cinta malangnya bersambut tulus?Aku.
Aku juga tidak ingin menjadi antagonis.
Pun tidak dengan putri malang di dalam cerita fiksi.Tapi haruskah sekejam itu?
Mereka menuduh bagai belati bermata tujuh.Atau...
Haruskah aku menjadi seperti yang diimpikan?Antagonis mengerikan seperti yang
mereka inginkan.•••
a/n.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Aku, Si Pecandu Pilu
Teen FictionIngin mendengar sederet kisah? Misal secuil rasa dari antagonis, atau sepilu mawar dari seekor sapi yang menolaknya?