Perasaan

96 17 10
                                    

Hari ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Suasana belajar di kelas pun tidak jauh beda dengan sekolahku sebelumnya. Tapi di sini ada banyak orang kaya dan juga lebih tertib mungkin. Baru aja pelajaran dimulai, ada suara teriak-teriak dari luar.

"Sialan! Aku terlambat! Gawat! Aku harus cepat! Aaaa gawat!," Teriak seseorang dari luar.

Bruk!!

Suara pintu didobrak seseorang. Ternyata itu Rin. "Fiuh aku masih sempat," Ucap Rin dengan nafas terengah-engah. Lalu saat Rin melihat kedepan, "Eh buset dah ada guru!?," Ucap Rin. Akhirnya Rin di hukum berdiri di luar karena terlambat.

"Cih sialan! Kenapa ga ada yang ngebangunin gua!? Si kacamata sialan itu ga bangunin gua! Sialan lu Yukio! Lain kali coba bangunin gua sepuluh kali kek, sampai gua bangun. Kuro juga tadi ga ada di rumah. Padahal kalo yg ngebangunin kuro lebih efektif. PERSETAN DENGAN MASA SMA!!, Teriak Rin.

"Okumura, jangan berisik!" Tegur pak guru. "Ah maaf pak," Ucap Rin. Rin itu memang benar-benar ga niat sekolah. Malah nyalahin orang lain segala, padahal kamu sendiri yang salah. Semua orang di sini memang disiplin kecuali Rin kurasa.

Tring tring!~

Bel istirahat telah berbunyi. Seperti biasa aku pun hendak keluar untuk makan siang di taman. Lalu saat aku sedang menuruni tangga, aku melihat ada Rin dan orang berkacamata yang waktu itu. Kurasa mereka sedang membicarakan sesuatu. Lalu tiba-tiba aku kehilangan konsentrasiku dan terpeleset.

Bruk!

Aku terjatuh menimpa Rin. Kita diam sejenak lalu, "Waaaaa!!" Teriak kaget kita bersamaan sambil cepat berdiri. Wajahku dan Rin memerah, sementara orang yang berkacamata di pinggir kami hanya diam dengan memasang muka datar. Untung saja barusan ga ada orang.

Beberapa menit kemudian ada seseorang yang datang. Dia adalah Shiemi, "Hai Rin, [y/n], Yuki-chan!," Ucap shiemi. "Hai juga Shiemi-san," Balas Orang berkacamata itu.

"Loh Rin, [y/n], kalian kenapa?," Tanya Shiemi tapi kami tidak merespon sedikit pun. "Oh iya, mari kita makan siang bareng," Ajak Shiemi. Lalu kita pun makan siang bareng. Tapi suasana antara Aku dan Rin jadi sangat canggung karena kejadian tadi. Kami tidak bicara satu sama lain.

Pada malam hari, saat aku sedang enak-enaknya tidur, tiba-tiba ada suara berisik dari luar yang membuatku terbangun. Karena aku penasaran, jadi aku melihat dari jendela ada keributan apa di luar.

Loh bukannya itu Rin dan orang berkacamata yang tadi ya? Kalau tidak salah, Shiemi memanggilnya "Yuki-chan"?

Tapi ada yang beda dari mereka. Rin jadi memiliki ekor, dan orang itu memiliki banyak banget peralatan seperti pistol dan peluru. Apakah aku mengigau? Mana mungkin ada manusia yang memiliki ekor, dan ga mungkin anak SMA punya perlengkapan berbahaya seperti itu. Ya mungkin hanya khayalanku saja. Lebih baik aku kembali tidur.

-Skip time beberapa minggu kemudian-

Kemarin ada ulangan semesteran, dan hari ini adalah pengumuman hasilnya. Ada sebuah Mading besar di dinding, dan di situ terpampang nilai semua murid. Akupun mencari namaku, dan akhirnya ketemu.  Nilaiku gak begitu bagus, tapi itu lumayan. Ya walaupun ga sesuai ekspektasi.

Saat aku sedang melihat-lihat nilai di mading itu, aku melihat Rin pergi dari tempat itu dengan sikap acuh tak acuhnya. Aku penasaran kenapa dia. Lalu aku pun mencoba mencari nama Rin. Dan ternyata dia berada dirank paling akhir. Lalu kenapa dia bersikap acuh tak acuh seperti itu, Padahal rank terakhir. Aku pun mengikuti Rin.

"Huh menyebalkan! Ntar pasti gua diceramahi lagi sama si kacamata sialan itu! Males banget gua dengerin ocehan dia! Memangnya dia ibuku huh!!" Oceh Rin.

Lalu tiba-tiba Rin berbalik ke belakang dan melihat kearahku. "Huh [y/n]? Ada apa?," Tanya Rin. "Ah ti-tidak ada apa-apa. Tapi eumm Rin, kurasa kau harus lebih rajin belajar," Ucapku. "Huh apaan!? Kau mau menceramahi gua!?," Ucap Rin. "Bu-bukan begitu. Tapi Rin, kamu harus mengubah kebiasaan burukmu itu! Aku yakin kau pasti mau mendapatkan nilai bagus kan? Jadi cobalah untuk memiliki kemauan belajar walaupun sedikit," Ucapku.

"Yang dikatakannya itu benar, nii-san," Ucap seseorang di belakangku. Akupun berbalik ke belakang dan ternyata itu adalah orang yg berkacamata yang waktu itu.

Ganteng banget. Eh tunggu, tadi dia manggil Rin "Nii-san"?

"Woah Yukio!? Sejak kapan kau di situ!? Apa lu mau ceramahin gua lagi!?," Ucap Rin.

Yukio?

"Oh iya, kau belum mengenalnya ya. Dia Okumura yukio, adikku. Yukio,. Kenalkan dia [y/n]," Ucap Rin.

Ehhh apa? Adiknya Rin? Tapi beda jauh...

"Kau pasti berpikir kalau Yukio itu lebih terlihat seperti kakak daripada aku. Yukio itu berbeda jauh denganku. Dia pintar, tinggi, banyak fans cewenya, dia juga seorang gu--," Ucapan Rin tiba-tiba berhenti, "Gu?," Tanyaku heran.

"Ah sudahlah lupakan," Ucap Rin sambil pergi begitu saja. "Maafkan perilaku Nii-sanku," Ucap Yukio. "I-iya gapapa kok," Ucapku. Sepertinya masih banyak hal yang tidak ku mengerti tentang Rin.

Keesokan harinya, aku pergi menemui Rin untuk minta maaf kepadanya tentang yang kemarin. "Rin, maaf soal yang kemarin," Ucapku.

"Tak perlu meminta maaf, kau tidak salah. Kata-katamu itu benar, aku harus berubah. Tidak ada yang ingin di bicarakan lagi kan? Kalau begitu aku pergi dulu," Ucap Rin sambil meninggalkanku begitu saja. Rin bilang begitu tapi aku merasa dia masih marah padaku. Kenapa setiap aku di dekat Rin, rasanya jantungku berdebar kencang.

Okumura Rin x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang