02: Our Wedding Day

23 3 0
                                    

Jangan lupa untuk vote dan comment, happy reading!

***

"Aku akan menjemputmu pukul 10, tunggulah!"

Itu adalah pesan terakhir yang Doyoung kirimkan padaku. Jujur aku gugup luar biasa, akankah rencana gila ini berjalan dengan lancar? Akankah aku menyesalinya nanti?

Disinilah diriku berdiam diri, duduk dihadapan cermin menatapi diriku sendiri. Memegangi dadaku yang sedari tadi tak kunjung menenang.

Waktu terus berlalu, sudah hampir satu jam aku tak melakukan apa – apa, aku harus segera tidur dan bersiap untuk esok. Tapi sejujurnya, bahkan didalam tidurku, jantungku tak bisa berhenti berdegup kencang.

Sejuta pertanyaan melintas diantara tidurku yang tak begitu nyenyak. Aku sesekali menebak – nebak apa yang sedang ia pikirkan malam ini. Apakah ia juga khawatir atas pilihannya?

***

Tepat pukul sepuluh, Doyoung sudah berdiam diri didepan kediaman Soojin dimana aku tinggal. Ia dengan sebuah payung transparan tergenggam erat pada genggamannya.

"Aku tak tahu hari ini akan hujan." Ujarku sambil berlari kecil menghampirinya.

Doyoung secara otomatis memayungiku dan merangkulku lebih erat. Dirinya belum berbicara satu katapun, dan itu membuatku tambah cemas.

Kami berjalan menerjang hujan pagi dimusim gugur, dibawah payung transparan di hari pernikahan kami. Aku menyukai suasana seperti ini. Berjalan diatas trotoar becek dibalut wangi hujan dan suara cipratan air.

"Kau akan terus diam? Berbicaralah kepadaku!"

Langkahnya terhenti, iris hitam legamnya menatap dalam kepada milikku, "Nanti. Aku ingin menikmati suasana hening bersama gadis cantik ini." Ia memegang pergelangan tanganku, berjalan dibawah hujan menyebrangi jalan.

Hatiku berdegup kencang. Sebuah dusta jika aku berkata bahwa pujian darinya tidak membuatku terpana.

Stop pertama kami, kami menaiki bus dan duduk berdampingan dengan posisiku tepat di samping jendela. Aku tak bisa berhenti menatapnya yang sama – sama sedang menatapku juga.

Kami duduk terdiam saling menatap iris kristal secara bergantian, dibalut suara rintik hujan yang menerjang jendela kaca secara bergantian.

"Aku tidak bisa percaya hari ini adalah hari pernikahanku." Gumamku sambil tertawa kecil menatap jendela kemudian dirinya secara bergantian.

"Aku ingat beberapa minggu yang lalu aku sudah berikrar kepada diriku sendiri untuk tidak membuat komitmen dengan kaum laki – laki lagi." Lanjutku lagi.

Doyoung tiba - tiba bertanya, "Kau tahu mengapa manusia dapat tergolong lebih jahat dari pada kaum iblis?"

Ia melanjutkan, "Aku percaya bahwa manusia yang berhati malaikat pun dapat berubah menjadi sosok raja iblis dalam sekejap demi kepentingan mereka sendiri."

Satu kalimat, hanya perlu satu kalimat di waktu yang tepat untuk mengubah seseorang secara keseluruhan. Hal itu menyadarkanku lagi pada realita yang sedang dijalani.

"Oh ya, ngomong – ngomong, kenapa kau ingin melakukan ini denganku? Seketika kontrak yang nanti kita buat sudah tak berlaku lagi, kau akan mendapat julukan duda di masyarakat."

Ia menatap langit – langit, menghembuskan napas kemudian menatap kedua irisku lagi. "Entahlah, lagipula hidupku sudah cukup membosankan. Setidaknya aku harus melakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain."

Contradiction of Love - KIM DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang