Xiao Twin's Love - 3

279 30 5
                                    


Yibo dan Zhan kini terduduk lesu di bangku depan ruang rawat Sean. Bahkan, wajah Zhan tak kalah pucatnya dari Sean.

Zhan terkejut saat Yibo semakin brutal memanggil nama Sean yang hampir tak sadarkan diri. Dokter dan perawat datang tepat saat Sean baru memejamkan matanya. Napas Sean sangat lemah, bahkan tak terlihat jika dilihat dengan tidak teliti.

"Kak!" Zhan hampir tak mau dibawa keluar saat dokter akan memeriksa Sean. Namun Yibo memberinya pengertian dan membawa Zhan keluar.

Kini, dokter didalam masih melakukan entah apa pada Sean. Yibo sudah memberitahu pada calon mertuanya tentang Sean yang kambuh, namun ia melarang keduanya untuk datang karena hari masihlah gelap. Ia meminta mereka datang jika hari sudah terang.

Yibo tersentak dan tersadar dari lamunannya saat Zhan bangkit dari sisinya dan menghampiri dokter yang baru keluar.

"Bagaimana keadaan kakak, kak Kuan?"

"Paru-paru Sean memang harus segera di operasi. Asma Sean membuat paru-paru nya berlubang. Jika dibiarkan, akan merusak paru-paru bahkan bisa berimbas pada jantung."

Tubuh Zhan melemas saat mendengar penjelasan dokter. Beruntung Yibo segera memeluk pundak Zhan hingga Zhan tak jadi jatuh ke lantai.

"Apa kalian sudah menghubungi paman?"

Liu Haikuan, dokter yang merawat Sean, memang sudah akrab di keluarga Xiao. Ia bahkan menganggap senior Xiao sebagai orang tuanya sendiri dan kembar Xiao sebagai adiknya.

"Aku sudah menghubunginya, namun aku melarang beliau untuk kesini. Beliau hampir saja kemari saat ini. Aku meminta beliau untuk datang jika hari sudah terang."

Haikuan mengangguk, Ia juga tak menginginkan mereka datang di pagi buta seperti ini. Sangat rawan.

"Baiklah, minta paman untuk ke ruangan ku jika beliau tiba." Haikuan pun berlalu setelah mendapat anggukan dari Yibo. Ia mengelus kepala Zhan sejenak guna memberinya sedikit semangat.

Yibo dan Zhan kembali masuk setelah para perawat keluar. Mereka menatap tubuh kurus Sean yang kini terbaring di ranjang pesakitan itu. Zhan duduk di sebelah ranjang Sean, Ia lalu menggenggam erat tangan Sean.

"Kak ... kau pasti akan sembuh, kan?" ujar Zhan lirih. Mata nya yang mulai berkaca menatap kearah wajah pucat Sean yang semakin tirus.

Sebelah tangannya mengelus wajah itu dengan lembut. Bagai lukisan yang akan rusak jika disentuh sedikit kasar. Wajah dari seseorang yang sangat menyayanginya, bahkan melebihi kasih sayang orang tua mereka yang selalu sibuk bekerja. Wajah dari seseorang yang telah ia abaikan beberapa tahun belakangan ini. Wajah dari seseorang yang menjadi tempat ia berkeluh kesah. Wajah Sean, kakak kembarnya.

"Maafkan aku, Kak. Harusnya aku sadar diri. Kakak pasti menderita sendirian. Maafkan aku ... maaf ...." Zhan mulai terisak sembari mencium punggung tangan Sean.

"Zhan ...."

"Baik ... aku akan berhenti. Air mataku takkan merubah apapun." Yibo tersenyum, Zhan masih mengingat ucapannya. "Aku hanya harus terus tersenyum agar pikiran kakak tidak terbebani, kan?" Yibo mengangguk pelan saat Zhan menatap kearahnya.

Zhan lalu mengusap wajahnya agar tak ada lagi sisa air mata di sana. Ia lalu menarik napas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Zhan terus melakukan itu hingga suasana hatinya tenang. Yibo mengelus punggung Zhan agar Zhan cepat tenang. Yibo sering melihat Sean menenangkan Zhan, Sean terus mengelus tangan atau punggung Zhan hingga tenang.

"Terimakasih, Yibo. Aku sudah merasa lebih baik," ujar Zhan sembari tersenyum.

"Tak perlu berterimakasih, aku hanya tak suka melihat air matamu menetes. Kau terlihat jelek dengan mata bengkak, wajah penuh bekas air mata dan hidung yang memerah," ujar Yibo yang diakhiri dengan kekehan pelan. Yibo berusaha menghentikan kekehannya saat Zhan memukulinya dengan tampang kesal.

Xiao Twin's Love <<end>>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang