Seorang anak laki-laki terlihat sedang termenung di depan sebuah rumah keluarga yang
sangat megah. Rumah tersebut sangatlah kontras dibandingkan dengan perumahan yang ada
disekitarnya, bagaikan bunga di antara ribuan lebah. Namun anehnya, dalam pandangan anak
tersebut bunga itu adalah bunga raflesia yang mengeluarkan aroma busuknya guna menghabisi
segala hal yang dianggap menganggu. Tidak lama waktu berselang terdengar suara kakek-kakek
yang masuk ke dalam indra pendengaran anak tersebut.
“Nampak indah bukan?” Kakek itu berucap sambil memandang rumah tersebut dengan wajah
sedihnya. Anak laki-laki itu tidak mengubrisnya sedikitpun, ia hanya melirik sekilas ke arah
kakek yang nampaknya sudah sangat tua itu, lalu kembali memandang lurus ke arah rumah
megah tersebut. Kendati demikian, anak tersebut merasakan seperti ada ribuan jarum yang
menusuk ulu hatinya.
Dari arah pintu utama rumah, terlihat banyak orang yang hilir mudik seperti sedang
menyiapkan sesuatu. Ekspresi dari orang-orang itu sangat beragam, ada yang terlihat sedih, ada
yang terlihat marah, dan ada pula yang terlihat gembira. Kemudian di dekat pintu utama rumah,
anak laki-laki tersebut melihat sebuah keluarga yang sedang berbincang dengan salah seorang
tamu dengan ekspresi yang terlihat sangat sedih . Keluarga tersebut tak lain adalah keluarga
yang tinggal di rumah itu.
“Mereka terlihat bahagia bukan?”, ucap kakek itu kontras dengan apa yang terlihat. Anak laki-
laki itu kembali tidak mengubris ucapan kakek tesebut, namun satu persatu bulir air mata jatuh
mengalir di pipinya. Air mata itu semakin deras tak kala keluarga tersebut memasuki rumah
megah itu. Merasa tak sanggup menahan rasa sakit, anak laki-laki itu memilih pergi dan menjauh
secepat mungkin dari sana. Anak laki-laki itu menyadari bahwa kakek yang sangat rapuh itu
mengikutinya. Kakek itu berjalan dengan menggunakan tongkat dan langkah kakinya sangat
tertatih-tatih. Namun anehnya kakek itu tetap bisa mengikuti langkah anak laki-laki yang
berjalan dengan sangat cepat.
Setelah beberapa lama melangkah, anak laki-laki itu melihat seorang pria yang sedang
bekerja mengangkut batu-bata. Namun anehnya, walaupun keringat bercucuran dari wajah
bahkan seluruh tubuhnya, pria tersebut tetap tersenyum dan melakukan pekerjaannya dengan
sepenuh hati. Karena penasaran anak laki-laki itu mendekatinya dan menegur pria tersebut.
“Kenapa paman bekerja dengan tersenyum seperti itu, apakah ada hal yang menyenangkan dari
pekerjaan mengangkut batu-bata”
Pria tersebut semakin tersenyum, ia hanya menjawab dengan satu kata sederhana namun mampu
membuat anak laki-laki itu teringat dengan salah satu masa lalunya yang kelam, yakni ketika ia
ditegur dengan satu kata yang sama oleh mantan sahabatnya.
‘Seorang pria menjabat sebagai seorang direktur di salah satu perusahaan ayahnya. Pada
awalnya pria itu bekerja dengan normal, walaupun pekerjaan itu adalah paksaan dari ayahnya.
Namun suatu ketika, ayahnya tiba-tiba mendatanginya dan menurunkan jabatannya menjadi
seorang karyawan biasa.
pria itu tahu bahwa dalang dari semua ini adalah ibu tirinya. Melihat hal tersebut, sahabatnya
berusaha menghiburnya dan ia pun tenang. Akan tetapi kesialannya tidak berhenti sampai
disitu, suatu hari ketika hendak pulang ke rumahnya, ia melihat ibu kandungnya yang menangis
tersedu-sedu di depan rumah mereka berdua. Ya, pria itu tinggal bersama ibu kandungnya
semenjak ayahnya meninggalkan mereka untuk menikah dengan seorang gadis muda.
Setelah mencari tahu sumber dari kesedihan ibunya, ternyata rumah mereka disita oleh bank
karena hutang yang belum dilunasi, padahal pria itu yakin bahwa ia dan ibunya tidak pernah
berhutang sekalipun, dan ternyata ini semua adalah ulah ibu tirinya yang berfoya-foya
menggunakan kartu debit yang pernah menjadi milik ibunya hingga over limit tanpa membayar
kembali tagihannya. Kekejaman ibu tirinya tidak berhenti sampai disitu, dikemudian hari pria
itu dikeluarkan dari perusahaan ayahnya sendiri dengan tuduhan korupsi yang sangat berat.
Berbagai cobaan ia hadapi namun pria tersebut tidak pernah goyah, dengan bantuan
sahabatnya ia berhasil membangun perusahaannya sendiri. Namun dendam terhadap ibu tirinya
ternyata selama ini sudah menggelapkan matanya. Usaha keras yang awalnya ia lakukan demi
bertahan hidup bersama ibunya berubah menjadi niat balas dendam terhadap ayah dan
keluarga barunya. Bebagai cara ia lakukan, dan ia berhasil menggulingkan perusahaan-
perusahaan ayahnya satu demi satu. Namun pria itu tidak pernah merasa puas dan hendak
menjatuhkan perusahaan pusat ayahnya dan menjatuhkan seluruh keluarga besar ayahnya.
Nasihat dari sahabatnya sudah tidak bisa ia terima lagi, ia bahkan tega memaksa sahabatnya
melakukan tindakan kotor demi mencapai tujuannya. Hingga akhirnya sahabatnya pun tewas
akibat kecerobohannya sendiri, namun sebelum menghembuskan nafas terakhir, sahabatnya
memberi pesan dengan satu kata yang membuatnya tertegun dan menangis sejadi-jadinya.’
Anak laki-laki tersebut hanya dapat tersenyum pedih mengingat kilasan balik dari
kehidupannya, dan ia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.
Di tengah perjalanan anak laki-laki itu tiba-tiba tertegun melihat sebuah rumah sederhana
yang teramat sangat ia rindukan berdiri kokoh di depan matanya. Tidak hanya itu, seorang
perempuan yang cantik nampak tersenyum hangat ke arahnya dan menjulurkan kedua tangannya
seperti hendak memeluknya. Perempuan cantik itu tak lain adalah Ibu kandungnya yang sudah
lama meninggalkannya sendirian di dunia yang dianggapnya sangat kejam ini. Mengabaikan
fakta bawa ibu tercintanya telah tiada, dengan wajah sumringah anak laki-laki itu berlari kencang hendak menghambur ke dalam pelukan ibunya, namun ketika ia hampir berada dalam pelukan
ibunya, tiba-tiba anak laki-laki itu terjungkal keras ke depan disebabkan ibunya beserta rumah
sederhana itu lenyap tak berbekas.
“TIDAAAAK, TIDAAAK. IBUUU, IBUU KUMOHON JANGAN TIINGGALKAN AKUU”.
Anak laki-laki itu menjerit histeris dan terus memanggil ibunya. Kakek yang tadi mengikutinya
hanya tersenyum dalam diam menyaksikan hal tersebut.
“Kenapa kau tidak menolongnya?” ucap anak laki-laki itu lemah. “Kenapa kau tega
membiarkannya pergi?sebenarnya kesalahannya dimulai dari mana?”, gumam anak laki-laki
tersebut pada dirinya sendiri. “Semuanya sudah terlambat”, anak laki-laki itu kemudian bangkit
dan hendak pergi melanjutkan langkahnya.
“Belum terlambat nak, kau masih bisa menolong ibumu”, ucapan kakek itu membuat langkah
anak laki-laki itu terhenti seketika.
“Sebenarnya siapa kamu? Atas hak apa kau mengatakan bahwa aku masih dapat menolong
ibuku”, Kakek itupun menjawab
“Aku adalah perbuatan baikmu selama ini, namun dirimu mengikisku hingga menjadi terlalu
rapuh untuk bisa menolongmu atau bahkan menolong ibu mu disana. Sekarang kembalilah ke
rumah mewah itu, tubuhmu menunggumu disana. Lupakan dendammu dan jadikanlah masa
lalumu sebagai sebuah pelajaran bagimu”
Anak laki-laki itu terdiam cukup lama, hingga akhirnya ia berkata
“Bagaimana cara melakukannya?”
“Lillah”, ucap kakek itu seperti apa yang dikatakan paman yang sebelumnya ditemuinya di
perjalanan. Kakek itu kemudian melanjutkan
“Lakukan semuanya karena Allah, niscaya hatimu akan tenang dan akan selalu bersyukur
terhadap apa yang sudah kau miliki. Lakukan semua karena Allah, karena Allah akan selalu ada
untuk hamba-hambanya. Lakukan semua karena Allah, maka kau akan bisa melanjutkan
langkahmu walaupun kau terpuruk sekalipun. Lakukan semua karena Allah, maka Insya Allah ,
Allah akan menyayangimu. Berdo’alah kepadan-NYA agar ibumu selamat dan dihapuskan
segala dosanya”
“Bagaimana dengan ibu tiriku?dia bahkan tega membunuh ibu kandungku dan sekarang hendak
mengambil hartaku ketika aku terbaring koma”
Kakek itu kembali tersenyum lembut
“Lillah Farhan, Allah tidak akan membiarkan hamba-hambanya berbuat kerusakan di muka
bumi. Kesalahan sebesar biji dzarrah akan ada balasannya . Biarkan Allah yang memberikan
ganjaran dari segala perbuatannya”
“Sekarang kembalilah, dan jangan lupa bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk
menyambut kembali cahaya-NYA. Teruslah berbuat baik sekecil atau serapuh apapun, karena
hal itu dapat menolongmu seperti saat ini”
Setelah mengatakan hal tersebut, anak laki-laki itu berbalik lalu melangkah menju rumah mewah
tadi, yang tak lain adalah rumahnya sendiri.
…
Seorang pria yang bernama Farhan sudah lama terbaring koma dan kini telah
memperoleh kesadarannya kembali. Keluarganya sangat terkejut karena mereka mengira Farhan
telah mati. Mereka kecewa karena pengacara yang sudah mereka panggil menjadi sia-sia, dan
akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari rumah mewah itu.
Kini Farhan hidup dengan perasaan tenang dan bahagia. Ia sudah mengikhlaskan segala apa yang
terjadi di masa lalu karena ia kini hanya ingin berserah diri kepada Allah SWT dan memulai
lembaran baru dengan melakukan segala sesuatu karena Allah SWT.THE END
Jangan lupa vote dan komen ya, ini salah satu cerpen yang pernah saya ikutin lomba hehe. Nanti klk banyak yang vote dan komen akan saya buat cerita lengkapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Lillah (Karena Allah)
Short StoryHai hai, ini adalah cerpen yang pernah saya buat untuk lomba. Tolong beri komentar ya