; prolog

26 4 1
                                    

Pada sebuah perjalanan panjang, apa yang diharapkan oleh manusia seperti Raesangga Damar Lazuardi?

Pulang ke tempat ternyaman?

Atau justru terjerumus di jurang yang curam?

Melihat bagaimana burung - burung terbang mengepakan sayap dan membentuk segitiga membuat Raesangga tersenyum kecut sambil memandang langit.

Pesawat seketika melintas di angkasa tepat saat matanya menatap langit yang kala itu sedang merona berwarna jingga.

Raesangga hanya berharap satu.

Kepulangan di rumah yang hangat.

******************

Sementara di mil - mil jarak tempat Rae menatap langit. Kini Rindu menatap hamparan laut lepas dengan sebuah harapan - harapan lama yang ia tulis di surat lama yang sudah lusuh.

Ombak terasa tenang dan bersahabat. Namun, tidak pada dirinya yang sedang pilu. Dirinya merana akibat semesta yang mempermainkannya dengan apik.

Semesta mungkin saja ingin bermain dan menjadikan Rindu sebagai objek dari fantasi gila untuk percobaan yang Rindu tak paham kapan akan berakhir.

Yang lalu biarlah berlalu.

Kalimat gila,

Rindu menyebut itu sebagai kalimat paling gila. Bagaimana bisa ia menganggap yang lalu biarlah berlalu dengan hati yang nelangsa akibat kehilangan?

Rindu sudah berkorban banyak.

Rindu sudah kehilangan dengan termat.

Dan kini Rindu ingin tenggelam ke dasar laut tanpa ingin kembali.

copyright : oceagna happy reading 🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


copyright : oceagna
happy reading 🌻🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angkasa & Semesta | Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang