DON'T PLAGIARISME
START : 02 JUNI 2022
🦋🦋🦋
Seorang laki-laki berjalan santai di koridor, dengan pakaian khas seragam sekolah berwarna putih dan abu. Ia berjalan dengan kedua tangan nya yang berada di dalam saku dan mulutnya yang sedang mengunyah sebuah permen.
Victor Arbarata. Yang biasa disapa Vee. Penampilan nya khas dengan anak sekolah yang urakan, kancing baju yang tidak semuanya terkancing, bajunya yang dikeluarkan serta dasi yang digulung menjadi seperti hand warp.
Samar-samar ia mendengar langkah kaki dan suara tertawa seorang siswi dari lorong yang akan ia lewati. Kaki nya berhenti sejenak dan membalikkan tubuh nya, berusaha menyembunyikan diri dari siswi itu.
Setelah siswi itu berlalu bersama teman nya, ia membalikkan kembali tubuhnya. Ia dapat melihat siswi itu tertawa bersama teman nya.
"Indahnya ciptaan mu, Tuhan," ucap nya mengagumi keindahan yang baru saja disuguhkan padanya.
Namanya adalah Alyssa—Alyssiana Anastya. Seorang siswi yang memiliki perawakan biasa saja. Tidak cantik dan tidak juga sebaliknya. Namun, ia memiliki senyuman yang sangat indah di mata laki-laki bernama Victor Arbarata.
Alyssa si pemiliki tubuh mungil yang tinggi nya hanya 154 cm, terlihat begitu menawan dimata Vee.
Vee sudah menyukai Alyssa sejak masih ada di sekolah menengah pertama. Laki-laki itu sudah mengaguminya selama lima tahun. Sayangnya sampai saat ini, ia tidak mendapatkan balasan, bahkan Alyssa tidak tau ada laki-laki di dunia ini yang sudah mengaguminya selama lima tahun.
Tapi— "Bukankah tidak ada kata balasan dalam cinta." Vee tersenyum tipis kemudian melanjutkan langkah nya kembali menuju kelas.
Saat dirinya melangkah masuk kedalam kelas, ia langsung disambut dengan suara berisik. Ada siswa yang sedang bernyanyi, bermain game, bahkan ada yang kejar-kejaran antara siswa dan siswi.
Tidak heran jika semua guru men-cap kelas ini sebagai kelas teribut. Selain isinya adalah murid nakal kelas kakap, kelas ini juga berada di posisi paling pojok bagian sekolah.
Bisa dibayangkan betapa barbar nya kelas ini, sampai suara penghuni nya pun bisa terdengar ke ruang guru. Hal ini, membuat para guru sedikit malas untuk mengajar di kelas itu.
Hanya ada berapa guru yang akan tetap masuk, seperti guru matematika. Pelajaran yang hampir semua orang tidak sukai.
Vee melangkahkan kakinya ke bagi pojok kelas dan duduk di kursi nya. Di sebelahnya terdapat teman nya yang bernama—Revan. Sedangkan di depan nya ada Bryan dan Gerald. Mereka bertiga adalah teman akrab Vee, sejak sekolah menengah pertama.
Ya, selain mendapatkan cinta, dirinya juga mendapatkan sahabat di masa sekolah menengah pertama nya.
"Darimana, Lo?" Tanya Bryan sambil mengunyah ciki yang ia bawa dari rumahnya.
"Walk-walk."
"Ha?"
"Jalan-jalan. Gitu aja nggak tau." Ketus nya langsung merampas ciki miliki Bryan.
"Troll, bego. Walk-walk apaan," ucap Bryan sinis.
"Troll itu yang di projen, bjir. Si ahli sihir," ucap Revan menjitak kepala Bryan membuat nya meringis kesakitan.
"Lah, terus apaan?"
"Setrol." Bryan mengangguk paham.
"Nah, setrol, Vee. Biar Lo tau. Jangan sampe doi nanya, lu habis dari mana, eh malah ngejawab walk-walk. Nggak lucu." Kata Bryan memberi nasehat.
Gerald menghela nafasnya sejenak. Tidak ada satupun kata yang benar yang diucapkan oleh sahabatnya.
Mereka bertiga memang memiliki kesamaan dalam hal kebodohan. Memang, diantara mereka berempat hanya Gerald yang memiliki kewarasan manusiawi.
"Napa lu? Kayak capek banget," ujar Bryan masih mengemil ciki nya. Gerald menggeleng pelan.
"Oiya, gimana, Vee? Ada perkembangan?" Tanya Gerald mengalihkan pembicaraan.
Vee menaikkan sebelah alisnya bingung dengan pertanyaan Gerald. "Perkembangan apa? Perkembang biakan?"
"Bjir, perkembang biakan. Nggak ekspek gue," ucap Bryan sambil tertawa.
"Perkembang biakan apatuh?" Sambung Revan.
"Lupain aja." Gerald membalikan tubuhnya menghadap ke depan. Ia langsung membuka ponsel nya dan melanjutkan bacaan manga nya.
🥀🥀🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Ending
Teen Fiction"shit! Aku tidak memiliki jalan untuk keluar. Perasaan ku padanya sudah melangkah terlalu jauh."