03

532 86 30
                                    


























Mayat-mayat berdiri itu langsung mengalihkan atensinya pada dua anak manusia yang sedang ketakutan setengah mati.

“LARIIII” Teriak Jay, dan akhirnya dua anak manusia itu pun memutuskan untuk berlari. Ohh jangan lupakan Sunoo yang masih menggeret koper, jangan di bayangkan bagaimana repotnya dia. Kasihan.

Namun sebelum itu...

“Jay tunggu aku! Koperku tidak bisa bergerak sepertinya tersangkut!” Teriak Sunoo, sementara Jay sudah jauh di depan.

“JAYYYY!!!”.

“APA???! Ehh ko ketinggalan” Jay yang melihat Sunoo masih berdiri di tempatnya akhirnya memutar balik langkahnya, sementara mayat-mayat hidup itu masih berusaha mendobrak kayu-kayu yang digunakan sebagai dinding pembatas tadi.

“Cepat!! Kenapa kau masih di sini? Kau mau mati?”.

“Jay, roda koperku tersangkut”.

“Tinggalkan saja!”.

“Heh? Tidak bisa begitu” Keukeh Sunoo masih menarik-narik kopernya.

“Apa peduliku” Jay tidak perduli tentang koper Sunoo paling yang ada di dalamnya hanya baju, yang penting dia dan Sunoo selamat.

“Huh huh... Jay tadi itu apa?”.

“Zombie”.

“Benarkah? Aku kira zombie hanya ada di film-film” Ujar Sunoo, sebenernya Jay juga tidak yakin itu makhluk apa, dia hanya asal bicara tadi tapi ternyata dengan polosnya Sunoo percaya.

Keluar dari area terlarang itu mereka tidak berhenti berlari, orang-orang yang kebanyakan adalah pedagang dari desa yang baru pulang berjualan di kota itu hanya menatap mereka bingung, pasalnya mereka berlari keluar dari area terlarang dengan raut wajah yang sulit di jelaskan.

“LARI CEPAT LARIIII!!!!” Teriak Jay pada orang-orang di sekitarnya.

“LARI CEPAT ADA ZOMBIE!!” Teriak Jay lagi.

“Zombie? Apa itu zombie?”.

“Siapa zombie?”.

“Pasti mereka salah satu tahanan yang kabur”.

“Apa zombie enak?”.

“Memangnya zombie makanan?”.

Bisik-bisik warga ketika melihat Jay dan Sunoo yang lari-lari kesetanan sambil teriak-teriak.

“Sunoo, kau lelah?” Sunoo mengangguk.

“Tahan, sebentar lagi kita akan naik kereta” Ucap Jay, mereka masih berlari.

Tidak lama kemudian mereka berdua melihat kereta, kereta tua yang di gunakan warga desa untuk ke kota. Kalau di kota biasa di gunakan untuk jalan-jalan di tempat wisata tapi ini versi low budget.

“Ahhh”.

Suara teriakan dari belakang mulai terdengar, Jay tau itu adalah mereka yang tidak percaya pada ucapan Jay tadi. Lihat sekarang, mereka sedang berbondong-bondong lari menghampiri kereta. Dan di belakangnya ada mayat-mayat hidup yang mengejar, cukup banyak, mungkin ada ratusan jumlahnya.

“Sunoo, cepatlah naik” Suruh Jay.

Kereta sudah mulai berjalan, sementara itu masih banyak warga yang masih berusaha untuk naik. Bahkan ada banyak yang jatuh karena berdesak-desakan.

“Tapi bagaimana denganmu, Jay?”.

“Aku akan menyusul, cepat!” Jay mendorong Sunoo untuk naik ke kereta. Sekarang Sunoo sudah ada di dalam kereta, sementara Jay berlari ke belakang untuk membantu para warga yang sedang memukuli mayat hidup atau yang Jay sebut tadi Zombie.

Bugh

Bugh

Bugh

“JAY AYO NAIK, KERETANYA SEMAKIN CEPAT”.

Bugh

Bugh

Sebenarnya masih sangat banyak, zombie-zombie itu sepertinya tidak berkurang mereka terlihat semakin banyak, Jay buru-buru lari ke kereta. Dia mau selamat, dia mau pulang.

“Huhh huhh”.

“Kau baik-baik saja?” Jay mengangguk.

“Ini!” Jay memberikan sebatang kayu pada Sunoo.

“Untuk apa?”.

“Untuk berjaga-jaga, aku tidak bisa selalu melindungimu” Ucap Jay, dia masih mengatur napasnya.

“Jangan berkata seperti itu!”.






























“PERHATIAN!!”.

Semua orang yang menaiki kereta itu langsung memfokuskan atensinya pada pemuda berbaju kotak-kotak.

“KERETA INI KELUAR JALUR!!! SEMUANYA SIAP-SIAP KARENA LIMA MENIT LAGI KERETA INI AKAN MENABRAK BUKIT” Teriaknya lantang, penumpang yang berada di gerbong paling depan mulai berlarian menuju gerbong paling belakang yang di tempati Sunoo dan Jay, ada juga yang keluar dari kereta dengan cara melompat.

Suara-suara teriakan itu membuat Sunoo meringis ngilu, mereka akan mati.

“Jay, bagaimana ini?” Sunoo mau menangis saja rasanya.

“Kita tidak akan kena!” Ucap pemuda yang tadi memberi pengumuman, bagaimana caranya pemuda ini bisa secepat itu berpindah gerbong padahal tadi Sunoo lihat dia ada di gerbong paling depan.

“Kenapa?” Tanya Jay.

“Gerbong terakhir tidak akan kena, kereta akan otomatis berhenti karena ada gerbong di depan yang akan menabrak terlebih dahulu” Jelasnya, tapi tetap saja Sunoo dan Jay takut.

Bukit sudah ada di depan mata, penumpang yang ada di dalam kereta pun sudah menutup matanya, mereka pasrah.

Tiga...

Dua...

Satu...


BRAKKK

“AKHHH” Teriakan itu kembali melengking, memekakkan telinga.




















“Kita selamat!!” Teriak Jay, Sunoo membuka matanya dan benar saja dia selamat, mereka selamat. Ahh bukan, bukan semuanya. Pasalnya penumpang yang ada di gerbong pertama dan kedua itu sudah ringsek terdorong ke gerbong terakhir.

Benar-benar ringsek, sampai tidak ada yang bisa mengenali mana tangan, kaki atau kepala. Mereka seperti di tumbuk menjadi satu, tulang-tulang sudah terpotong-potong kecil menyatu dengan darah dan berbagai material kereta yang ikutan ringsek. Kasihan sekali. Sunoo menangis, bagaimana tidak, selain karena kasihan ternyata tubuh para korban yang sudah remuk itu tepat berada di kaki Sunoo, menyentuh kaki Sunoo lebih tepatnya, untuk dia memakai celana panjang dan sepatu.

“Hikss”.

“Menjijikan sekali” Jay mengibas-ngibaskan kakinya yang juga terkena remukan korban tadi.

“Ayo pergi!” Ajak pemuda berbaju kotak-kotak.

Dari sekitar lima puluh penumpang hanya sekitar tujuh yang selamat, dan dua di antaranya adalah Jay dan Sunoo.

_________




Pub : 2 Desember 2020
T o  B e  C o n t i n u e

Our Connect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang