CHAPTER 1

580 21 4
                                    


"Lo pulang sendiri bisa kan?"

Mendengar pertanyaan dari calon tunangannya, Joana menatap tajam sambil tersenyum masam. "Kamu tega ninggalin aku disini? Em?" tanyanya agak manja.

Cowok bernama Stiven dengan paras badboy itu mengangguk mantap. "Lo bisa kan naik taksi? Perlu gue panggilin taksi?" tanyanya lagi dengan sangat jutek hingga hampIr membuat Joana membatin kesal.

"Ya bisa lah, aku bisa naik taksi," jawab Joana cepat dilanda seribu gengsi.

"Oke, bye." Stiven memasuki mobil lalu mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya malam. Dipandangnya dari kaca spion, cewek berambut panjang yang kini sedang menggunakan dress berwarna hitam masih berdiri memandang kepergiannya. Stiven tak peduli, ia terus melajukan mobilnya.

Joana Alexa Claudiana atau biasa dipanggil Joana menyerah, seberapa lamapun ia berdiri faktanya mobil itu tak kembali kearahnya. Ia melangkahkan kakinya, pergi menghampiri taksi yang berjejer di pinggiran jalan pusat kota.

Tatapannya kosong, pikirannya terisi oleh bermacam-macam lika-liku kehidupan. Ia melamun, namun lamunannya tersisihkan begitu saja saat handphone-nya berdering. Diangkatnya sebuah panggilan dari Gea, sahabatnya sejak duduk di semester satu jenjang S1, sampai kini ia berada di semester tengah jenjang S2.

"Lo dimana, Jo? Sini ke kafe gue, mumpung malam minggu!" ajak Gea yang suaranya tetap terdengar cempreng di speaker handphone.

"Iya.. tunggu. Otw..."

Joana mematikan handphone-nya, ia segera mengubah arah tujuan dan memberitahukannya pada sopir taksi. Tak seberapa lama pak sopir mengemudi, Joana sudah sampai disebuah kafe tingkat bernuansa Garden. Stay Gardenia, itu namanya. Nama Gardenia sendiri langsung diambil oleh nama sang pemilik kafe yang bernama Gea Gardenia, dengan konsep kafe rustic yang rimbun dan sejuk karena banyaknya pepohonan yang mengelilingi area indoor. Selain terdapat taman, ada juga kolam dengan ketinggian air semata kaki. Uniknya, kolam itu di tumpuki oleh meja dan kursi. Jadi para pembeli yang ingin duduk di area kolam sambil bermain air, bisa melepas sandal sebelum menuju area itu. Banyak para pengunjung yang berdatangan karena uniknya kafe ini, tak jarang kafe milik Gea dijadikan sebagi lokasi untuk hunting foto model, bahkan bisa di sewa untuk sesi prewedding.

"JO!" panggil Gea.

Joana melihat kearah kiri, tepat di sebelah bar dan kasir, Gea duduk disitu bersama Burhan yang tak lain adalah pacar Gea. Burhan juga adalah salah satu teman baik Joana, singkat cerita.. Gea dan Burhan berpacaran karena cinta lokasi.

Joana duduk disalah satu kursi, tepat didepan Gea.

"Udah sembuh beneran lo?" tanya Gea sambil menyodorkan cemilan dimeja.

Joana mengangguk lemas. Matanya memandang layu kearah Gea.

"Lo kenapa? Masih nggak enak badan?" sahut Burhan.

Joana menggelengkan kepalanya sambil memakan kentang goreng yang sudah tersedia diatas meja.

Gea meletakkan tangannya pada dahi Joana. "Nggak panas kok."

"Coba gue..." Burhan hendak meletakkan tangannya juga pada dahi Joana, namun dengan cepat Gea menepis tangan pacarnya itu.

Burhan hanya tertawa kecil melihat wajah cemburu Gea.

"Gea.. Burhan...," buka Joana setelah bermenit-menit membisu.

"Hm??"

"Tadi gue habis makan malam sama keluarga Stiven."

Sorry if Im Late to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang