Part 3. SEORANG CHEF IDAMAN

0 1 0
                                    

Banyak pesanan dimana-mana. Banyak barang-barang yang berserakan di lantai kamarku. Sepertinya aku sudah menjadi orang yang super sibuk dengan semua orderan.

"Hai?! Lagi sibuk ya?" tanya seseorang yang baru masuk ke kamarku.

Aku menoleh ke arah pintu dan tersenyum saat menyadari bahwa yang datang adalah bidadari syurgaku.

"Eh? Enggak kok. Ini udah mau siap. Oh ya, ada apa kemari? Nggak biasanya," tanyaku padanya.

"Ini aku mau bolu cokelat kayak yang di instagram itu loh," ucapnya sambil memelas. Aku tau itu adalah kode yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita.

Imut banget saat aku menangkap dan menyimpan ekspresinya di ingatanku.

"Tapi lebih enak lagi kalau buat sendiri sih," lanjutnya.

Aku berpikiran untuk membuatkan dirinya bolu seperti yang ia inginkan. Lalu kami sama-sama terdiam sampai suara dering ponsel miliknya berbunyi.

"Aaa!!!!" teriaknya setelah melihat ponselnya membuat jantungku ingin melompat.

"Kenapa?" tanyaku khawatir.

"Ini, chef Juna! Ganteng banget. Udah ganteng bisa masak lagi. Cowok idaman banget sih," ucapnya memuji lelaki itu. Pujiannya itu membuatku cemburu. Bagaimana bisa ia memuji lelaki lain disaat ada orang lain yang menyukainya berada tepat di sampingnya.

"Kamu mau kemana?" tanyanya padaku saat aku tiba-tiba berdiri.

"Ke dapur," ucapku dan segera pergi.

Ku lihat isi di dalam kulkasku. Banyak bahan masakan yang belum digunakan sama Kakakku. Aku pun berniat untuk membuatkan Yayang makanan.

Ku ambil bahan yang ku perluka dari kulkas dan mulai memproses semuanya menjadi sebuah makanan yang sangat spesial.

"Tinggal tambahi garam," ucapku sambil menaburkan garam.

"Aduh... Kebelet pula nih." aku pun mematikan kompor dan segera ke kamar mandi.

Tak sampai sepuluh menit aku pun sudah kembali ke dapur. Mencicipi masakan buatanku.

"Ah... Mantap!" ucapku setelah mengetahui kalau masakan ku sudah berhasil.

"Nanti setelah gue kasih nih makanan, pasti dia langsung klepek-klepek sama gue," ucapku sambil membayangkan Yayang setelah memakan masakanku ini.

Aku pun mengantarkannya ke Yayang yang masih berada di kamarku.

"Wuah... Kamu masak ini buat aku?" aku mengangguk dan memberikan sepiring makanan yang telah aku buat.

Ekspresinya langsung berubah setelah memakan masakanku.

"Enak banget! Kamu pintar banget masaknya." mendengar pujiannya aku sudah berpikir kalau aku adalah cowok idamannya.

Sangking enaknya masakanku piring yang digunakan pun bersih mengkilap.

"Besok bisalah nih, bolu. Hm... Kalau kamu bisa buat bolu yang enak mungkin kita bisa..." dia menjeda ucapannya.

"Bisa apa?" tanyaku penasaran.

"Ya kamu tau lah," ucapnya dengan senyum-senyum malu.

Aku paham. Mungkin setelah ini aku bisa menjadi pacarnya.

....
....
....

"Aish... Kenapa salah lagi sih? Buang-buang tenaga aja deh!" keluhku karena kesalahan yang terulang lagi.

"Ini! Terus masukan bahan tepungnya," gumamku saat merapalkan kembali resep yang aku baca.

Satu demi satu langkah-langkah yang terteta dalam layar ponselku sudah ku lakukan sesuai dengan petunjuk.

Aku hanya berharap satu, yaitu usahaku tidak akan sia-sia dan membuahkan hasil.

Sebelum ku masukan loyang kue yang berbentuk lingkaran itu ke dalam kukusan aku membaca bismillah agar bolu ku ini berhasil dengan sempurna.

...
...
...

Rasanya sudah ada 30 menit aku menunggu sambil bermain ponsel.

Drtt... Drtt...

Benar saja. Alarm yang ku atur di ponselku sudah berbunyi.

Segera aku berjalan ke dapur dan melihat mahakaryaku. Ku buka tutup kukusan yang terbuat dari aluminium dengan serbet.
Aku menangis sejadi-jadinya karena bukannya berhasil malah bolu yang ku tunggu sudah hancur berantakan. Bolunya tidak masak sama sekali. Tidak pula mengembang dengan sempurna.

Kakak ku yang baru keluar dari kamar langsung ke dapur saat mendengar suara tangisanku.

Ia menatapku bingung, lalu tatapannya beralih ke arah tempat kukusan bolu. Setelah tau penyebab tangisanku ia pun tertawa keras sambil mengejek diriku.

"Kan udah gue bilang. Lo itu nggak usah banyak gaya. Udah mending lo main game aja sana kayak teman laki-laki lo yang lain. Ini laki-laki kok malah masak bolu. Udah nggak pernah masuk ke dapur buat masak. Eh, malah coba bereksperimen," ejeknya yang membuat ku kesal padanya.

"Kemarin masakan gue enak," ucapku mengingat masakan yang gue buat kemarin.

"Kemarin itu lo yang masak?" tanya Kakakku tiba-tiba.

Aku mengangguk. "Kemarin masakan lo itu asin banget! Jadi gue tambahi gula biar enak masakannya." mendengar cerita Kakakku membuat diriku kesal sekesal-kesalnya. Bagaimana bisa dia berbuat seperti itu kepadaku?

"Gue kan juga mau bisa masak," ucapku dengan nada sedih.

"Udah mending lo beresin semua itu! Gue nggak mau ya beresinnya," titahnya sebelum akhirnya pergi dari dapur.

Seperti katanya tadi, aku pun membersihkan semuanya dengan perasaan sedih.

"Kek gini, gimana bisa gue jadi cowok idamannya si Yayang," ucap gue pasrah dengan semua ini.

Nasib diriku yang hanya bisa halu memiliki dirinya.

By jarakata

Halu°Kakak TingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang