Sungai Pui

23 7 8
                                    

Pagi hari Wu Ruyi terbangun dari tidurnya. Dia tidur hanya beralaskan lantai kayu, mata yang melek di sambut dengan penampakan mayat temannya yang masih tergeletak di atas lantai rumah kayu itu. Darah segar masih mengalir dari potongan badan dan kepala itu saking banyaknya sehingga menjadi hitam.

"Dasar manusia bajingan. Kau pantas mati seperti itu. Apakah itu yang kau sebut teman, teman yang mengkhianati kawan?" Wu Ruyi berbicara pada mayat temannya sendiri. Ruyi hanya tertawa kecil.

Entah kenapa hatinya tidak sakit melihat temannya mati dengan keadaan mengenaskan. Apakah ini pengaruh dari sihir iblis yang dianut Ruyi. Memang benar, kalau sihir iblis bisa membekukan hati siapa saja dan membuat mereka menjadi kejam. Rela melakukan apa pun demi nafsu dan kekuatan. Bahkan Ruyi seorang kultivator gadis tercatat sudah membunuh lebih dari 500 orang di kota Yang negara Tang.

Kultivator : Orang yang melakukan praktek sihir iblis.

Wu Ruyi hanya mengabaikannya kemudian meninggalkan mayat itu di dalam rumah dan pergi keluar mencari sarapan dengan pakaian yang masih lusuh karena terkena noda saat dia mabuk tadi malam.

Dia sampai di keramaian pasar. Seperti biasa para pedagang menjajakan dagangannya di depan lapak mereka dan pembeli yang berlalu lalang.

Ia hanya berjalan di antara keramaian dan menemukan sebuah restoran.

Seperti biasa, setiap dia masuk ke suatu lapak pasti akan disambut dengan wajah takut para pembeli dan pedagang yang ada di kedai. Ini merupakan sesuatu yang menguntungkan baginya, karena ia bisa bebas makan dan minum di mana saja tanpa harus membayar.

"Pak aku minta Mie dingin dan mantao,!" mintanya pada pelayan di kedai. Si pelayan hanya mengangguk pelan kemudian pergi menyiapkan pesanan Ruyi.

Sembari menunggu pesanan datang, Wu Ruyi hanya melihat sekeliling. Tidak ada yang bersuara sama sekali, hanya dentingan sumpit dan mangkok. Dia tahu kalau orang-orang takut dengannya jadi mereka tidak mau mengganggu singa yang sedang tenang.

"Ini pesanannya nyonya Ruyi.!!" pelayan membawakan pesanan Ruyi.

Ruyi tak membalas apa pun dan langsung melahap mie dingin itu. Selesai makan, ia langsung saja meninggalkan kedai tanpa membayar sepeser pun. Pemilik kedai pun hanya bisa pasrah, kalau pun dia meminta bayaran pasti sudah dicincang oleh Wu Ruyi.

Sedangkan Wu Ruyi sekarang, ia pergi ke hutan untuk berburu. Melewati semak belukar dengan sulur berduri menjalar ke tanah. Dengan gigih Ruyi menerjang semak-semak itu.

Sehingga sampailah dia di ujung semak dan terkejutnya dia melihat sebuah sungai yang lebar, panjang, dan jernih. Ia berjalan pelan ke tepi sungai. Dari arah hulu, nampak dari kejauhan sebuah bongkahan peti besar yang mengambang menuju ke arahnya.

Tanpa pikir panjang Wu Ruyi mencekal peti tersebut dan mengangkatnya dari air. Wu Ruyi berniat untuk membukanya, namun sayangnya peti tersebut digembok. Jadi ia memutuskan untuk membawanya saja ke rumah.

Hendak kembali ke rumah. Tiba-tiba saja ada sebuah kilatan cahaya keluar dari air. Wu Ruyi dibuat terkejut dengan itu hingga terjungkal ke belakang.

"Ah aduh,!!" ringisnya sembari memegang kepalanya karena jatuh terkejut tadi. Dengan langkah pendek dan pelan dia mendekati kilatan cahaya itu. Tak lupa juga ia menaruh peti tersebut di antara pohon dan semak agar tidak dicuri orang.

Pancaran benda itu terus berkedip dari dalam air. Wu Ruyi pun memberanikan diri untuk turun ke sungai. Langkahnya pelan dan lututnya gemetar karena dinginnya air yang semakin dalam dan dalam sesekali ia hampir terpeleset.

Sampailah ia di dasar sungai seluruh badannya sudah tenggelam dalam air.
Ia menyelam menuju pusat cahaya itu. Mengayuhkan lengan dan kakinya di dalam air.

Akhirnya ia melihat benda yang mengedipkan cahaya kemerahan. Wu Ruyi memungutnya dan kembali berenang ke permukaan.

Usai berhasil mengambil benda kecil itu dari air. Wu Ruyi mengelapnya dengan hanfunya dan menatapnya lekat-lekat. Tiba-tiba saja ada sosok bayangan hitam yang keluar dari kalung tersebut, Wu Ruyi sampai kaget.

Sosok hitam itu berdiri tegap di depan Wu Ruyi dengan jubah hitam muka tertutup dan kepala yang terus menunduk.

"Selamat kau mendapatkan kejutan," ucap orang itu dengan suara serak. Wu Ruyi hanya mengerutkan dahinya diam tak membalas.

"Aku tahu kau seorang pengendali sihir iblis ? " imbuhnya lagi.

"Ya, " jawab Ruyi singkat.

Orang tersebut mengangkat kepalanya menatap tajam Wu Ruyi disertai senyum seringaian yang menakutkan.

Si jubah hitam merogoh kantungnya mengeluarkan sebuah kotak kecil.

"Ini untukmu" memberikan kotak kecil itu pada Wu Ruyi. Dengan ragu Wu Rugi menerimanya.

"Apa gunanya ini?" Tanya Ruyi.

"ini adalah pil dengxian. Ini berguna untuk kesehatanmu dan memperpanjang umurmu. Paling penting adalah ini bisa menguatkan kekuatan sihirmu!" Jawabnya dengan nada yang begitu datar.

Wu Ruyi mengangguk kecil. Sepertinya dia mendapat keuntungan dengan pil ini, jika kekuatannya semakin kuat maka dia bisa saja mengendalikan dunia dan merusak segel Buddha. Kalau Buddha runtuh dan kalah Ruyi bisa menguasai alam semesta.

"Sungai yang kau temui ini adalah Sungai Pui. Tempat bersembayangnya para roh dan makhluk jahat yang Buddha hukum" imbuhnya lagi. Wu Ruyi mencerna setiap kata-kata orang ini. Ruyi mendongakkan kepalanya.

"Aku ada satu pertanyaan?" Wu Ruyi.
Jubah hitam menaikkan satu alisnya.

"Kau ini siapa? Dan apa alasanmu memberikan aku benda ini?" Tanya Ruyi logis.

Jubah hitam hanya tersenyum tipis.
"Aku memberikanmu ini. Karena aku tau kau adalah seorang pengendali sihir iblis terhebat. Aku memberikanmu ini agar kekuatanmu semakin besar dan kuat. Motif aku paling penting memberikan ini adalah dengan tujuan agar kau bisa membebaskan kami semua dari belenggu Buddha."  Lanjutnya dengan ekspresi muka yang serius dan mata yang berkaca-kaca.

Wu Ruyi mengepalkan tangannya meremas kotak itu urat syaraf terlihat jelas di telungkup tangan.

Ruyi menghela napas.
"Baik lah seperti kemauanmu!"

Mereka berdua saling membungkuk hormat. Si jubah hitam masuk kembali ke dalam liontin di leher Wu Ruyi. Sebuah energi gaib merasuki tubuh Ruyi, merasakan kekuatan besar dan jahat dalam tubuhnya.

Ruyi sampai di depan teras rumah bambunya. Melangkah masuk dengan menggotong peti kecil dan kotak ke dalam kamar.

Ruyi duduk di kursi kayunya. Membuka kotak berisi pil itu, mengambil sebutir kemudian menelannya.

Usai menelan pil tersebut. Wu Ruyi merasakan kekuatan yang sangat amat besar dalam tubuhnya, tubuhnya bergetar kejang-kejang.

Wu Ruyi melototkan bola matanya yang berubah warna menjadi biru.

Esok hari.

"Tangan manusia ini sangat gurih, dasar manusia tua Bangka.!" Cibirnya sambil mengoyak dan memakan tangan manusia yang baru saja ia bunuh tadi pagi.

Di dapur ada mayat wanita tua hasil buruannya tadi. Kondisinya mayat itu dengan tangan kanan terpotong, kaki dipotong setengah, kepala yang hancur sebelah, kolong mata mengalir darah segar.

Darahnya dijadikan minuman oleh Ruyi.

Sekilas.
Bila pengendali sihir iblis memakan daging manusia tua atau daging bayi. Maka kekuatannya semakin besar. Maka demi kekuatannya Wu Ruyi harus berburu pada malam hari mencari mangsa.

"Sherk, sherk" suara koyakan daging manusia yang Ruyi makan. Mulutnya dipenuhi darah, pipinya bercelemotan dengan nanah yang pecah saat Ruyi menggigitnya.

Siang harinya, Wu Ruyi pergi ke pasar untuk mencari restoran dia singgah. Tapi ditengah keramaian. Ada sebuah dekrit Kekaisaran yang tertempel di dinding lapak yang sedang tutup.

Dekrit itu berisi.

"Demi kemajuan Tang. Kaisar akan membuat jamuan bagi para wanita yang berminat untuk menjadi selirnya. Atas bantuan surga Tang akan lebih kuat.

Oleh Kaisar sendiri"

Kesempatan untuk Wu Ruyi untuk dapat masuk ke istana Tang.

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wu Zetian 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang