Satu

1.7K 25 1
                                    

Joshua mengetatkan rahangnya ketika matanya lagi-lagi menangkap basah beberapa pria menatap gadisnya secara terang-terangan di depan matanya. Ia berdiri dari duduknya, kemudian menghampiri Luna yang membalas pria-pria itu dengan senyuman tulusnya.

Tangannya terulur meraih pinggang ramping gadis itu, kemudian merengkuhnya dengan kuat. "Apa kau akan tetap tersenyum meski aku ada di hadapanmu saat ini?"

Luna memanyunkan bibirnya. "Senyum itu ibadah, Josh."

Joshua memutar bola matanya malas. "Jika senyum itu ibadah, kenapa kau tidak tersenyum saja kepadaku? Kenapa harus ke orang lain?"

"Jika aku senyum kepadamu terus, bibirku bisa-bisa kram." Joshua menatap Luna dalam, membuat Luna salah tingkah dibuatnya.

"Tidak akan kram, jika kau hanya tersenyum. Tetapi, akan kram jika aku melakukan sesuatu pada bibirmu," kata Joshua. "Bagaimana kalau aku melakukannya sekarang? Di sini bukan tempat yang buruk."

Luna mengerutkan keningnya. "Di sini? Memangnya apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja membuat bibirmu kram." Setelah itu, Joshua mendaratkan bibirnya ke atas bibir Luna.

Luna mengedipkan-ngedipkan matanya.

Joshua membiarkan bibir mereka menempel cukup lama, sampai akhirnya pria itu melepaskannya.

"Kita butuh tempat yang lebih privasi. Ayo, ikut aku." Joshua menarik tangan Luna mengikutinya. Luna yang masih bengong karena kejadian tadi, hanya bisa menurut. Entah ke mana pria itu akan membawanya pergi.

Joshua menutup pintu ruangannya, lalu menguncinya. Ia mendorong tubuh Luna hingga menabrak pintu di belakangnya, lalu mencium kembali bibir gadis itu. Luna berusaha mendorong tubuh Haris agar menghentikan ciuman mereka, tapi pria itu seakan tidak peduli dan semakin memperdalam ciuman mereka.

"Balas ciumanku," kata Joshua.

Akhirnya Luna berhenti untuk melepaskan diri, dan memilih untuk mengikuti perkataan Joshua yang memintanya membalas ciuman pria itu. Sebenarnya Joshua tidak tahu cara berciuman, meski mereka sudah sering melakukannya. Joshua tersenyum di sela-sela ciumannya. Ia sangat suka ciuman Luna yang kaku, itu membuatnya semakin bernafsu untuk melahap bibir gadis itu.

Kini ruangan yang tadinya hening dan sunyi, terdengar ramai karena suara decapan bibir yang saling beradu.

Cukup lama mereka berciuman hingga akhirnya mereka melepaskan ciuman mereka untuk memasok oksigen ke dalam tubuh mereka. Tangan Joshua mengusap bibir Luna yang terlihat basah karena ulahnya. "Bibirmu sangat manis."

Wajah Luna memerah karena perkataan Joshua yang memuji bibirnya, padahal ia merasa biasa-biasa saja. Mungkin karena tadi ia memakai lipgloss rasa strawberry, makanya Joshua memujinya.

"Bibirmu memang benar-benar manis, meski tidak memakai apapun," kata Joshua yang seakan-akan membaca pemikirannya barusan. "Dan bibirmu selalu menjadi candu untukku." Joshua menundukkan kepalanya, lalu melumat kembali bibir Luna.

Ia meraih tengkuk Luna, lalu memiringkan wajahnya agar semakin memperdalam ciuman mereka. Tangan kirinya yang menganggur, merambat ke atas meremas payudara gadis itu dari luar kemejanya.

"Ahh," desah Luna di sela-sela ciuman mereka.

Joshua menuntun Luna agar berbaring di bawahnya, tanpa melepaskan ciuman mereka.

Belum puas dengan hanya meremas payudara gadis itu dari luar kemejanya, Joshua membuka satu persatu kancing kemeja Luna hingga memperlihatkan tank top hitam yang gadis itu gunakan. Joshua meraih bagian bawah tank top Luna, kemudian menariknya ke atas.

Mine #FL5 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang