Prolog

3.7K 493 288
                                    

"Tolong, Whiskey-nya satu gelas."

Sang bartender yang tengah meracik minuman untuk pelanggan yang lain langsung mengiyakan saja. Tak peduli dan juga sudah terbiasa mendapatkan pelanggan yang datang ke Club tempatnya bekerja. Mereka biasanya datang karena lelah seharian bekerja, stress dengan tekanan hidupnya atau bersenang-senang untuk setidaknya meringankan beban di pundaknya.

Seperti yang dialami oleh pria muda yang baru saja memesan satu gelas minuman keras dengan kadar alkohol cukup tinggi.

Wajahnya yang tampan tak bisa menutupi kacau dan terpuruknya ia. Tubuh tingginya itu nampak terduduk lesu. Punggungnya yang tegap kini membungkuk. Kedua tangannya bertaut satu sama lain, menopang kepalanya yang sudah tidak sanggup lagi untuk terangkat.

Park Chanyeol, pria muda itu baru saja mengalami fase terberat selama dua puluh tahun hidupnya. Hubungan rumah tangga kedua orang tuanya yang sudah diambang kehancuran, pendidikan kedokterannya yang tak berjalan lancar dan disaat terpuruknya justru sang kekasih yang ia banggakan lebih memilih pria lain. Pria yang lebih tampan, yang lebih memanjakannya dan yang pasti berduit.

Ck, Chanyeol berdengus miris sembari merasakan dada kirinya sakit dan sadar bahwa napasnya sesak. Sial, dia tak bisa menahan tangisnya lebih lama.

Semua masalah itu datang tanpa bisa ia cegah. Satu per satu menerpanya tanpa menunggu ia bernapas sebentar. Ia mempunyai satu orang kakak perempuan yang sedang menggeluti dunia Fashion di Newyork. Kemudian adik laki-laki yang kini duduk dibangku kelas dua Menengah Atas.

Chanyeol sebagai anak laki-laki tertua tak bisa memberikan beban ini kepada adiknya. Ia tak tega melihat Jeno yang baru saja merasakan indahnya melewati romansa percintaan dengan kekasihnya harus memikirkan kehancuran rumah tangga keluarganya. Cukup sudah Jeno mendengar kedua orang tuanya bertengkar satu sama lain sembari membanggakan masing-masing kekasih mereka.

Dan Chanyeol tak ingin membuat usaha dan cita-cita Yoora berantakan karena semua ini. Bahkan sampai sekarang kedua orang tuanya tak mengatakan apapun, Yoora bahkan masih meneleponnya bertanya kabar orang tua mereka. Yoora tak tahu keadaan keluarga mereka yang sebenarnya.

Mendengar orang tuanya yang berebut hak asuh anak membuat kepala Chanyeol ingin pecah. Emosinya bahkan tak terkendali saat mendengar ibunya hamil lagi. What the fuck! Bagaimana bisa diumur segini Chanyeol mempunyai adik? Apakah ibunya tidak berpikir dahulu sebelum memberitahunya? Beruntung, Chanyeol berjalan keluar meninggalkan mansion besar yang menjadi saksi hidupnya sejak lahir. Jika lebih lama daripada itu, mungkin Chanyeol sudah memaki ibunya dan menjadi anak durhaka.

Tak ada yang bisa ia jadikan sebagai sandaran dan tempat cerita. Teman-temannya tidak berguna, datang ketika ia bahagia dan menghilang bak ditrlan bumi ketika ia terpuruk. Mungkin hanya ada satu orang yang peduli padanya, tapi ia tak tahu dimana sosok itu sekarang berada.

"Pesananmu." Ucap bartender dengan tubuh tinggi dan kekarnya itu.

Chanyeol mengambil dan meliriknya sekilas.
"Terima kasih." Gumamnya pelan.

Minuman beralkohol itu tidak langsung ia minum. Tangannya memutar gelas itu dengan gerakan pelan, namun tatapan matanya nampak kosong. Hingga sepuluh detik berlalu, Chanyeol menghela napas keras hingga akhirnya menenggak habis Whiskey itu dalam sekali minum.

Wajahnya mengernyit, ia meringis. Tenggorokannya kini terasa panas. Kepalanya ia gelengkan cepat, tak menyangka bahwa hanya satu gelas saja sudah mulai mabuk.

Ditengah batas kesadarannya dan juga rada frustasinya. Telinganya cukup peka dengan suara sediit berat namun begitu merdu ia tangkap. Kepalanya menoleh pada sosok pria cantik berambut hitam disampingnya, tengah tersenyum manis menatap sang bartender.

Take It Off [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang