0

55 4 15
                                    

ARKAN menatap datar botol aqua yang mengarah kearahnya.

"Truth or dare?"

Arkan mengalihkan tatapannya kearah Bagas yang tengah menatapnya sembari menaik turunkan alisnya.

Arkan memutar bola matanya malas, mengapa ia harus terlibat dalam permainan konyol ini.

"Dare." Jawab Arkan enteng, tanpa memikirkan resikonya.

Bagas, Daren, dan Alard saling menatap. Mereka bertiga tersenyum jahil.

"Lo harus pacaran sama Mela." Ujar Bagas.

"Buat dia nyaman sama lo." Daren melanjutkan ucapan Bagas.

"Terus tinggalin dia." Sahut Alard menambahi ucapan Bahas dan Daren.

Arkan membulatkan matanya, "Mela? Camela Putri? Cewe kelas sebelah?"

Bagas, Daren, dan Alard mengangguk semangat.

"Ogah. Bisa rusak reputasi gue, kalau seantero sekolah tau gue pacaran sama cewek kayak Mela." Arkan menolak tantangan temannya mentah-mentah.

"Tapi dia cantik loh, yakin gak mau? Cicipin dikit lah, sapa tau bibirnya manis." Daren menggeplak kepala Bagas keras akibat ucapan ngawur yang barusaja Bagas lontarkan.

"Lo kalau ngomong dipikir-pikir dulu anjir!"

Bagas mengusap-usap kepalanya yang sedikit pening akibat pukulan Daren, "Ye sialan! Kayak lo gak pernah cipokan aja."

"Udah woy. Malah ribut." ucap Alard menengahi pertengkaran Bagas dan Daren.

Alard menatap Arkan, "Lo yakin gak mau terima tantangan kita? Cupu banget lo." ucapan Alard memancing emosi Arkan.

"Tantangan gampang kayak gini aja lo gak bisa, payah."

Emosi Arkan terpancing, ia tidak terima jika ada orang yang mengatainya cupu sekalipun yang mengatainya itu adalah sahabatnya. Ia tetap tidak terima.

Bagas dan Daren menyenggol-nyenggol lengan Alard, terkejut dengan apa yang Alard ucapkan.

"Lo kalau ngomong disaring anjir." Bisik Daren tepat di telinga Alard.

"Oke. Gue terima dare dari kalian." putus Arkan dan langsung melenggang pergi membuat senyum Alard mengembang.

• C A M E L A •

Arkan berjalan masuk ke kelas XII MIPA 2, membuat para kaum hawa yang ada di kelas itu terpekik gembira.

Arkan mengabaikan teriakan-teriakan alay binti lebay yang kaum hawa itu lontarkan untuknya. Matanya sibuk mencari keberadaan Mela, cewe polos yang sebentar lagi akan menjadi pacarnya.

Dan ya ketemu. Mela tengah menunduk membaca buku di mejanya yang ada di barisan tengah.

Arkan langsung berjalan menghampiri meja Mela dan tanpa izin, ia menarik Mela keluar kelas.

Mela yang terkejut dan tidak tau apa-apa otomatis memberontak agar tangannya dilepaskan oleh Arkan. Namun bukannya dilepaskan, Arkan malah makin menguatkan cengkramannya dan itu membuat Mela sedikit kesakitan.

Dan disilah langkah mereka berakhir. Rooftop.

"Kamu ngapain sih bawa Mela kesini? Mela kan lagi baca buku." Tutur Mela kesal, membuat Arkan memutar bola matanya.

"Bawel lo."

Mela berdecak, "Kalau gak ada yang penting Mela balik." Mela berbalik, hendak melangkah namun Arkan menahan tangannya.

"Mulai sekarang lo pacar gue."

Mela menatap Arkan bingung, "Maksud kamu?"

"Mulai sekarang lo adalah pacar gue Camela Putri."

Mela menggeleng, "Gak mau."

"Sayangnya gue gak terima penolakan."

Mela memasang muka kesalnya, "Apa-apaan sih kamu! Mela aja gak kenal sama kamu, terus kamu dengan seenak jidat ngeklaim Mela sebagai pacar kamu. Intinya Mela gak mau."

Arkan menahan emosinya agar tidak meluap. Gadis di depannya ini sok jual mahal banget. Dan apa tadi katanya? Mela tidak mengenalnya? Parah sekali.

"Lo gak kenal gue?" tanya Arkan memastikan.

Mela menggeleng polos.

Astaga. Kemana saja Mela selama 2 tahun ini? Parah sekali jika ia tidak mengenali bad boy langganan BK, sekaligus anak pemilik sekolah yang satu ini.

"Gue Arkan Pradipta, anak pemilik SMA Garuda."

"Ngaco kamu! Sekolah ini itu punyanya Pak Pradipta, kamu jangan ngaku-ngaku."

Arkan menggeram tertahan, "Pak Pradipta bapak gue anjing."

Mela terkejut, "Astaga jadi kamu anaknya Pak Pradipta, wah kamu beruntung banget bisa jadi anak dia. Kamu tau gak, aku tiap malem itu ngehalu loh pengen jadi anaknya. Pasti enak banget bisa minta ini itu. Mela mah apaan, hari ini bisa makan tempe sama tahu aja Mela bersyukur banget." Mela terkekeh miris diakhir kalimat, ia bukan berasal dari keluarga yang berada. Bahkan bisa bersekolah disinipun karna beasiswa yang didapat karena kepintarannya. Maka dari itu selama ini ia terus bergelut dengan buku pelajaran dan membatasi berinteraksi dengan orang sekitar agar beasiswa yang ia dapat tidak berakhir sia-sia.

Arkan mendengus malas, niatnya mengajak Mela kesini adalah untuk melunasi tantangan dari teman-temannya tapi ia malah disuguhi cerita kehidupan Mela. Arkan malas menanggapinya.

Arkan memasukan kedua tangannya ke saku celananya, "Terserah. Gue gak peduli sama dongeng lo barusan. Lo pacar gue dan gue gak terima penolakan." Tanpa menunggu jawaban dari Mela, Arkan berjalan keluar dari rooftop itu.

Mela menghela napasnya, "Nyebelin banget sih itu cowo. Mela udah ngomong panjang lebar sampe mulut Mela berbusa tapi jawaban dia malah kayak gitu. Katanya pacar."

• C A M E L A •

Hai! welcome to cerita kedua aku wkwkwk, semoga di cerita ini aku bisa lebih baik lagi dalam merangkai kata" dan membuat alur cerita.

Jangan lupa vote dan komennya ya!

Jangan lupa koreksi juga kalau ada kesalahan, makasi banyak💜.

see you in next chapter💜✨.

Dear Mela [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang