Prolog

19 1 0
                                    

Seorang gadis melempar kasar pasir yang ia genggam. Ia terus melakukannya berulang-ulang kali. Gadis itu larut dalam perasaannya sendiri hingga tak menyadari bahwa orang disekelilingnya tengah memerhatikan tingkah anehnya itu.

"Yaaa, siapa gadis itu? Mengganggu sekali!" Ucap seorang pria paruh baya dengan nada kesal.

"Hei, nona! Tolong minggir! Anda mengganggu proses syuting kami!" Pria itu berteriak, namun nihil mendapatkan respon, meskipun jarak tak terlalu jauh, namun suara ombak dan angin kencang yang berhembus kala itu sangat kencang.

"Aisshhh," Pria tersebut berdecak kesal. Bagaimana tidak, gadis itu ikut masuk ke dalam frame musik vidio dibawah produksinya, ia seorang produser. Sudah diakali untuk diganti angle take vidionya, tetap spot dimana gadis itu tengah berdiri adalah yang terbaik dimana matahari tepat menyisakan setengah tubuhnya dan semburat langit membiaskan sisa-sisa cahaya matahari menjadi sangat indah. Sunset di pantai memang selalu indah.

Salah satu kru produksi akhirnya menghampiri gadis tersebut dan mengatakan bahwa ia telah mengganggu proses produksi. Dari kejauhan, terlihat sang gadis mebungkukkan badannya berkali-kali pada kru, tanda permintaan maaf.

"Ah tidak tidak, tidak perlu melakukan itu. Sekarang kau hanya perlu menepi, setelah itu selesai."
Begitulah kru tersebut mengakhiri pembungkukkan badan sang gadis. Namun perasaan bersalah dari sang gadis belum dapat dihilangkan.

Ia menghampiri produser,
"Pak, maafkan saya pak, saya sungguh tidak bermaksud apapun. Sekali lagi, tolong maafkan saya." Alih-alih mendapatkan penerimaan dari permintaan maafnya, sang gadis justru mendapat respon sinis dari si produser.

"Selmaa (jangan-jangan) ... kau seorang sasaeng, huh?" Celetuk pria paruh baya tersebut. "Ah, itu tidak penting sekarang. Sudah sudah, pergilah!" Lanjut sang produser yang kembali melanjutkan aktifitasnya.

Namun, gadis dengan rambut lurus yang teracak oleh kuatnya angin pantak itu tidak bergerak selangkah pun. Matanya menatap tajam produser tersebut yang segera disadari oleh orang yang dimaksud.
"Mengapa menatapku demikian, huh? Aigoo, kau terlihat menyedihkan."

"Tolong jangan salah paham. Saya hanya ingin anda tahu bahwa sekalipun saya terlihat menyedihkan, saya tidak pernah mengorbankan harga diri saya untuk mengganggu kehidupan orang lain."

Dua pasang mata itu menatap tajam satu sama lain.
"Saya permisi." Bahkan sang gadis masih tetap membungkukkan badannya (walau tak sepenuhnya) kepada si pria paruh baya, lantas meninggalkan pria tersebut dengan tatapan sinis terakhirnya. Terdengar sekilas desis tawa keluar dari mulut pria itu. Namun gadis yang kini telah jauh meninggalkan lokasi perdebatannya tadi memilih untuk tak menghiraukannya sama sekali.

Tunggu.
Ada satu hal yang seakan-akan melekat dalam pikiran gadis tersebut sejak meninggalkan lokasi.

Tatapan itu.. tatapan sendu itu..

Ya, selama perdebatannya dengan seorang produser tadi, ia sadar bahwa seseorang memerhatikan keduanya dengan sangat intens. Hingga sebelum ia mulai melangkah pergi, sepasang mata mereka sempat bertemu, beberapa saat, sejenak.

Walau sekilas, namun sungguh membekas.

Aksara SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang