Menikahlah, Aku Terpaksa Ikhlas

8 3 0
                                    

Bab 1. Biru

Seorang gadis muda, menatap lekat undangan pernikahan warna biru muda di tangannya. Raut wajah dan matanya menyiratkan kegelisahan. Harusnya hari-hari ini menjadi saat sibuknya untuk menyiapkan saat bahagia itu, Dan itu tinggal sebulan lagi. 

Banyak hal yang dipermasalahkan bundanya. Hal-hal yang baginya tidak penting, tetapi itu prinsip bagi bunda. Komentar bundanya tentang desain undangan, siapa yg diundang, 𝘸𝘢𝘳𝘥𝘳𝘰𝘣𝘦 dan lain-lain. Sementara ayahnya seperti biasa tidak banyak berkomentar. 

Merasa bundanya sudah kelewatan, terucaplah kalimat yang  tak seharusnya.

"Sebenarnya bunda ikhlas nggak sih aku menikah?"

 Wanita paruh baya itu setengah terkejut, tetapi berusaha menyembunyikannya. Malahan terdengarlah kata-kata yang membuat gadis itu tak bisa berucap.

"Sudahlah, kamu nurut saja. Toh ini semua demi kebaikanmu!"

Sebulan bukan waktu yang lama. Tiba-tiba di benak wanita paruh baya itu muncul kilas balik keberadaan anak gadisnya di dunia.

"Secepat itu waktu berlalu," gumamnya. Serasa masih berdenyut rasa sakit rahimnya menjelang gadis itu lahir, tangisan kerasnya, menapakkan langkah pertamanya, dan suara celoteh lucunya. Tiba-tiba ia akan meninggalkannya dan pergi dengan seseorang yang belum lama dikenalnya.

Bagaimana hatinya tidak menjadi gundah. Walau dari saat lamaran beberapa bulan lalu ia berusaha memastikan banyak hal, tetap saja ia  tak bisa menutupi perasaannya.  Banyak pertanyaan yang harus dijawabnya.

"Apakah calon suaminya itu benar-benar akan bertanggung jawab terhadap putrinya?
" Apakah ia akan menyayangi sepanjang hidupnya?"
"Bagaimana kalau nanti ia menyakiti anak gadisnya?"

..... To be continue...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikahlah, Aku Terpaksa IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang