Merdeka yang Sesungguhnya

17 2 0
                                    

Apa sih, merdeka itu?

Pertanyaan yang sama dengan yang guru Bahasa Indonesiaku utarakan. Pertanyaan tersebut menjadi sebuah tema sajak yang harus kami bacakan minggu depan. Entah, apa mungkin Aku bisa buat sajak yang menarik.

Aku hanyalah anak kelas 4 SD yang hobinya bermain kelereng dengan sahabatku, Toni. Toni juga teman sebangku yang setia duduk bersamaku. Prestasi akademik Toni tidak beda jauh denganku, kami sama-sama selalu berada diperingkat 20-an. Perbedaan antara Aku dan Toni yaitu Toni selalu unggul di bidang olahraga. Setiap sekolah kami mengadakan class meeting, dia selalu menang mengalahkan siswa kelas lain.

“Kau tidak pulang, Raka?” tanya Toni dengan pensil yang masih digenggamnya.

“Gara-gara melamun memikirkan tugas sajak, Aku jadi lupa untuk pulang hahaha”

Seketika tawa kita menyelimuti kelas yang sepi ini. Tersisa Aku dan Toni yang belum pulang. Lekas Aku memasukkan alat tulis yang bertumpuk dimejaku kedalam tas bergambar superhero batman ini. Namun, ketika aku hendak bangun terlihat Toni masih sibuk memikirkan sesuatu untuk ditulis.

“Kau menulis apa Ton? Bukankah PR kemarin sudah kau kumpulkan?” tanyaku penasaran.

“Aku sedang mencoba merangkai tulisan untuk sajak tentang merdeka, Ka” jawabnya antusias dengan wajah yang sedikit kusut.

“Tumben sekali, mengapa kau begitu bersemangat Ton? Bukankah kau hanya menyukai pelajaran olahraga saja Ton?” tanyaku heran dengan perubahan tingkah Toni.

“Sebenarnya Aku itu bukan menyukai pelajaran olahraga, tapi aku itu gemar bersaing, berusaha, berjuang, dan menang. Begitu juga dengan tugas sajak tema merdeka yang menurutku itu sangat menarik untuk dikerjakan” jelas Toni yang bersemangat.

“Semangatmu itu seperti pahlawan Indonesia saja, Ton, hahaha”

“Kamu benar, Ka. Aku sangat menyukai para pahlawan Indonesia. Merdeka!” teriak Toni tiba-tiba mengagetkan Aku.

“Hahaha, sudahlah Ton. Lagipula itu hanya tugas mingguan, bukan perlombaan” Toni kalau sudah membicarakan tentang negeri ini tidak akan ada habisnya. Semangat Toni harus kutiru.

***

Pagi hari, Toni tampak senang seolah usai memenangkan taruhan.

“Kau ini kenapa? Tidak kusut lagi seperti kemarin?” tanyaku sembari meledek Toni.

“Kau tahu? Tugas sajakku sudah selesai! Aku menyelesaikannya semalaman penuh, Ka”

Toni memang hebat. Jika dia menginginkan sesuatu, dia akan mendapatkannya dengan usaha sendiri. Banyak sekali sifat Toni yang baru Aku tahu. Mulai sekarang Aku harus semangat juga dan tentunya lebih rajin lagi. Aku ingin menjadi juara!

*

Sebelum memasuki pelajaran, Toni berlari ke meja guru dan memberikan sajaknya untuk dikoreksi oleh Bu Ida, guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas kami. Setelah memberi beberapa koreksi, tiba-tiba Bu Ida berdiri dan memberikan sebuah pengumuman.

“Oh iya, Ibu baru teringat. Sajak dua orang terbaik akan diadu dengan kelas lain. Setelah itu bagi yang intonasinya bagus akan dipilih dan dibacakan pada saat upacara peringatan HUT RI pekan lusa. Jadi, buat yang menarik ya agar kelas kita bisa menjadi perwakilan.” Jelas Bu Ida.

Ternyata tugas sajak ini sebuah perlombaan. Ini waktunya Aku mengikuti jejak Toni. Aku harus unggul minimal di satu mata pelajaran.

“Kata Bu Ida tentang sajakmu apa Ton?” tanyaku penasaran.

Merdeka yang SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang