Dia

81 5 5
                                    

Kenalin nama gue putri, yang pemendam tapi bukan pendendam. Baru kali ini gue bisa seterbuka ini. Bukan karna terpaksa, karna ini soal rasa. Gue pernah tenggelam dalam masalalu yang kelam. Gue juga pernah menyerah karna kehilangan arah. Gue pasrah kepada hati yang sudah patah. Kepercayaanku kepada orang disekelilingku hancur bersamaan dengan rasa yang pernah ada. Gue bangkit dari rasa sakit. Mencari jalan ditengah ramainya gunjingan. Kali ini gue gak akan bahas masalalu, tapi membahas masalah rasa yang baru.

Yups, cerita gue tentang seseorang yang berhasil buat gue jadi gila. Nyatanya gila cinta mengasyikan juga, cuma perbanyak sabar aja hehe. Kata orang orang LDR itu menyakitkan, tapi menurut gue selagi beda rt,dusun,desa,kota fine fine aja sih. Kecuali beda perasaan, mampus kan tuh. Itu yang buat gue jadi gila tapi tetep sekolah.

15 Agustus hari dimana gue bertemu dia. Awal pertemuan kita sungguh sebuah kebetulan, mungkin ini sudah takdir dari Tuhan. Salah satu hobi gue adalah menari. Waktu itu ada sebuah event lomba tari antar kelas, kebetulan gue dan temen gue namanya Hakim yang ditunjuk untuk mewakili kelas. Segala persiapan dan tempat sudah kami tentukan. Awalnya gue pilih tempat di candi jago, Tumpang. Entah kenapa sampai ditempat sana gue ngerasa gak nyaman. Malaikat baik sedang ngebisikin gue kalau yang gue cari bukan disini. Gue langsung ngajak hakim buat pindah tempat di padepokan. Ternyata benar, mata gue langsung tertuju pada satu titik yang buat gue langsung terdiam dan serasa mulut gue dibungkam. Yang dikatakan malaikat baik sungguh benar, yang gue cari ada didepan mata gue.

Dia, cowok idaman kaum hawa di SMA. Harapan buat ngedapetin dia bagi gue hanya sekecil biji anggur. Tapi apa salahnya untuk mencoba. Semoga kali ini keberhasilan berpihak pada gue, dan pliss jangan sampai coba lagi. Perkenalan gue sama dia berawal dari follow instagram. Gue tipe orang yang suka kepo. Kalo belum gue kepoin sampek akarnya, serasa dihantui dengan pertanyaan yang ada dipikiran gue. Gue punya nomer nya dia, tapi gue gak berani mengirim pesan duluan. 𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘨𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘭𝘦𝘴, 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘤𝘶𝘦𝘬𝘪𝘯, 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘢𝘮𝘢𝘵. Setiap saat pikiran pesimis gue selalu bilang gitu.

Sebelumnya gue udah tau dia, waktu itu yang gue rasain hanya rasa kagum. Siapa yang gak kagum sama cowok dj tampan di SMA, penampilannya juga sangat oke. Tapi saat itu, perasaan gue udah mati. Gue ngerasa semuanya gak ada yang harus dimengerti. Gue takut kejadian brengsek itu terulang lagi disuatu hari nanti. Namun seiring berjalannya waktu, gue mulai berani membuka lembaran cerita yang baru. Gue sadar , gue butuh sosok penyemangat dalam hidup gue. Gue butuh sosok yang bisa menemani dan membantu gue untuk bangkit dari kisah yang suram itu. Akhirnya gue menemukan apa yang gue inginkan. Yang selama ini gue mimpikan semua bisa jadi kenyataan, 𝘤𝘢𝘶𝘴𝘦 𝘯𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘪𝘴 𝘪𝘮𝘱𝘰𝘴𝘪𝘣𝘭𝘦.

𝘋𝘪𝘢. Yang berhasil mengubah kelabu menjadi warna warni yang baru. Membawa cahaya jingga datang memelukku. Senyuman manis menyapaku seakan mengobati lukaku. Memberi harapan baru disetiap tatapan dan pandanganku. Eitss, itu sedikit syair untuk cinta pertama dan terakhir.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote and comment biar aku semangat ngelanjutin ceritanya. Dan jangan lupa share ke temen-temen kamu.
Thankyouu guysss

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Sejajar CandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang