🌻🌻
Hujan mengguyur Kota Jakarta, petir terdengar saling bersahutan dari kiri dan kanan, sore yang terasa malam, langit kelabu dengan awan-awan yang menggulung menutupinya, jarum-jarum kecil yang dingin itu terjun bebas menghantam apa saja yang ada di bawah sana.
Seorang remaja yang tengah menunggu bus di sebuah halte dengan ransel yang setia menempel di punggungnya, pria itu duduk sendirian di sana, seperti tidak perduli dengan petir dan kilat yang semakin keras dan menerang, ia menikmatinya.
Ia tersentak menegakan tubuhnya, kilat-kilat itu membuat matanya menangkap sebuah potret nyata seorang gadis dengan gaun peach tengah berdiri di samping tiang listrik di dekat sana, ia memicingkan mata, membidik lebih jelas apa yang tengah ia lihat.
'Aneh.' Gumamnya dalam hati, bahkan tak perduli dan kembali mendengarkan musik yang mengalun lewat earphone yang menyumpal kedua telinganya.
Hujan semakin deras, bus tak kunjung lewat, ia melirik ke arah kiri, di samping tiang listrik itu, masih setia berdiri menghadap jalan, menendang angin dengan kakinya bergantian, mengganggu pemandangan pria remaja 18 tahun itu.
"Oy, ngapain di sana? Lo bakalan flu kalo gak neduh." Jisung sedikit berteriak, takut-takut suaranya tidak terdengar karena bisingnya hujan.
kamu menghentikan aktivitasmu menendang angin, melirik kanan kiri seolah mencari sesuatu, tak ada siapa-siapa lagi di sekitar sana, hanya ada kamu dan pria SMA itu, angin bertiup sembarang, meski tak begitu kencang, dinginnya mampu menusuk menembus pakaian tebal yang Jisung kenakan.
"Ck, malah liat kanan kiri, buruan sini sebelum lo mati kedinginan." Jisung menggelengkan kepalanya heran, kamu menegakan tubuhmu, bertemu pandang antara iris matamu yang biru gelap dengan iris mata remaja itu yang coklat pekat, indah.
Pria dengan nametag Jisung Pratama yang bertengger di seragamnya itu bangkit, membuka jaket yang ia kenakan sebelumnya lalu membentangkannya di atas kepala, seolah hujan hanya sebuah cahaya yang tak pernah basah, ia berjalan ke arah kiri menuju samping tiang listrik tempat kamu berdiri membelalak.
Kamu beringsut mundur, Jisung mengerutkan dahi heran. "Gak usah takut, ayo!" namun kamu tak dapat melakukan apa-apa, tanganmu yang dingin digenggam lalu dibawa mengayun lembut, menyeret tubuhmu untuk mengikuti langkah Jisung.
Kalian berakhir duduk di kursi halte berdampingan, Jisung menatap wajahmu yang terlihat lebih muda darinya, ia tersenyum.
"He!?" kamu memekik kaget, menegakan tubuhmu refleks ketika melihat senyum tulus di wajah remaja tersebut, apa yang harus kamu lakukan? Kenapa kamu merasa sangat takut?
"Kenapa? Oh iya, gue lupa." Jisung menggaruk tengkuknya asal, membuatmu menatapnya semakin curiga, tidak habis pikir dengan manusia yang kamu temui saat ini.
"Nama gue Jisung," Jisung mengulurkan tangannya ke arahmu, namun ia tak mendapatkan balasan, bahkan sebuah kalimat pendek sepertinya enggan untuk kamu ucapkan.
"Lo pasti kedinginan." Jisung menarik kedua tanganmu, lalu menyelimuti dengan tangannya, dingin sekali tanganmu. Langit semakin gelap, awan-awan kelabu semakin menggulung menyatu, angin entah mengapa menjadi semakin bertiup dengan kencang, Jisung kedinginan tapi entah mengapa tangannya setia menggenggammu, meski tidak ada kehangatan yang tersalur darinya.
Kamu menunduk, matamu menyendu, kemudian bagaikan hujan, air matamu lolos mengalir deras, terjun bebas menjatuhkan diri pada pipimu, kamu menangis.
"Eh? Lo kenapa? Ko nangis sih?" apa Jisung salah bicara? Serasanya ia hanya memperkenalkan dirinya. Ia mendekatkan dirinya pada tubuhmu, mendaratkan ibu jarinya di pipimu yang bulat, dingin tapi ia tetap berusaha menghapus air mata yang semakin mengalir deras di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN || Han Jisung X You
Fanfiction--------------------------------- Seperti angin yang membawa daun kering kembali pada sang ranting. Bukankah takdir akan membawa siapa saja pada pemiliknya? Seperti desisan angin yang mengiringi bumerang kembali pada sang pelemparnya. Ia tidak ta...