kamu sedang menatapnya dari luar, berdiri di luar gerbang rumah Jisung dengan gaun peach yang kamu kenakan bahkan sebelum ini, Jisung menatap heran, bukankah kamu gadis yang bertemu dengannya di halte? Bagaimana kamu bisa tahu rumahnya ada di sini? Tapi sebaiknya Jisung menemuaimu sebelum kamu basah kuyup karena hujan.
"Kenapa dia gak pake payung? Ini kan hujan." Jisung segera beranjak, menuruni anak tangga untuk sampai di pintu utama rumah, sebelumnya ia mengambil sebuah payung di sudut ruangan samping rak sepatu.
"Mau kemana de?" Ibu Jisung yang melihat anaknya hendak keluar di tengah cuaca yang tidak baik ini merasa harus tahu kemana anak itu akan pergi.
"Eh Mah, mau...di luar ada temen aku, kasian ke ujanan." Jisung segera mengenakan alas kakinya dan berjalan terburu-buru meninggalkan sang Ibu yang hanya ber oh saja sambil melihat ke arah luar yang hanya menampakan udara dingin yang di temani hujan.
"Ga ada siapa-siapa." Liana bingung, apa anaknya berbohong? Bagaimana bisa, ia akan menemui temannya bahkan di luar tidak ada siapa-siapa?
Ia menggelengkan kepalanya heran, merasa tidak begitu tertarik mengikuti anaknya, ia melanjutkan melangkahkan kakinya menuju dapur.
"Hey, lo ngapain ke sini? Kenapa gak pake payung?" Jisung membuka gerbang rumahnya, mendapati kamu yang tengah memandangnya dengan raut wajah tak terbaca.
"Ayo." Jisung menarik tubuhmu untuk merapat padanya, pasalnya payung itu tidak terlalu besar, harus berdempetan agar tak kehujanan.
"Duduk sini." Jisung menarik satu kursi di teras rumahnya, kamu mengangguk lalu duduk di sana, hujan tiba-tiba reda, gadis itu tersenyum manis.
Mengapa kamu tersenyum? Ah Jisung! Apa yang dia pikirkan?
"Bi, minta teh anget dua." Jisung sedikit berteriak agar asisten rumah tangga di rumahnya itu mendengar dengan jelas.
"Nama lo siapa? Kita belum kenalan." Jisung memulai percakapan.
"Noyi, namaku Noyi ka, umurku 16 tahun." kamu menaikan alis lalu tersenyum manis.
"Ini Den, tehnya, eh bibi bawakan dua, apa bibi salah dengar." Ijah meletakan dua gelas di atas meja.
"Loh, aku emang minta dua, Bibi ga liat ada temen aku?" Ijah menatap Jisung curiga.
Jisung menatapmu yang sedang tersenyum ke arahnya, seperti ingin memberitahukan sesuatu pada Jisung. Ijah mengikuti arah pandangan Jisung, kursi itu terlihat kosong, tak ada yang duduk di sana, Ijah merasakan udara yang semakin dingin menusuk, mungkin anak Majikannya ini sedang mencandainya.
"Yasudah Bibi permisi Den." Ijah pergi dengan raut wajah tak terbaca, membuat sebuah tanda tanya besar bertengger di otak Jisung, ada yang salah?
"Ka Jisung, ini milikmu?" kamu meletakan benda kecil melingkar itu di atas meja, Jisung menggaruk tengkuknya asal.
"Ka Jisung menjatuhkannya dari saku jaket, aku ingin mengembalikannya." kamu tersenyum ke arah lawan bicaramu.
"Makasih ya Noy, gue nyariin tadi, lo pasti kedinginan ya? Masuk yu, gue bisa minjem baju Mamah buat lo." Jisung menarik pergelangan tanganmu, menuju pintu utama rumahnya. Rumah ini cukup besar dan hangat, saat pertama kali menginjakkan kaki melewati pintu utama, kamu di suguhkan dengan pemandangan ruang utama yang begitu luas dengan sofa yang di tata rapih menyerupai huruf L.
Ruangan dengan nuansa warna biru muda hangat itu terus saja menggenggam pandangan kamu, tepatnya pada sebuah foto berukuran sedang yang berada di atas nakas di samping televisis dengan layar berukuran besar.
Bahkan setelah kalian hampir sampai di dapur, foto itu masih mengganggu pikiran kamu.
"Mah, pinjem baju Mamah dong satu, kasian ni temen Jisung kedinginan." Jisung melangkah menuju dapur, di sana ada Ibu Jisung dan Ijah yang sedang membisikan sesuatu pada Majikannya, tidak terdengar oleh Jisung, kedua wanita itu menatap Jisung penuh curiga serta tanda tanya.
"Mana temen kamu? Kenapa gak disuruh masuk?" tanya Ibu Jisung membuat Jisung memicingkan mata ke arah Ibunya apa Ibu Jisung sedang bercanda? Kenapa dia bicara seperti itu? Jelas-jelas kamu ada di dekatnya pikir Jisung heran.
"Ka..." kamu khawatir.
"Ini Ma, kenapa kalian jadi aneh sih? Ni kenalin Noyi, temen Jisung." Jisung tersenyum ke arahmu yang memasang wajah penuh rasa khawatir.
Berbeda dengan Ibu Jisung dan Ijah, mereka saling pandang ketika melihat Jisung tersenyum sendiri ke arah samping tempat ia berdiri.
Udara dingin mulai terasa di ruang dapur itu, bulu kuduk Ibu Jisung dan Ijah mulai berdiri.
"Jisung Mamah tanya sekali lagi, di mana temen kamu yang namanya Noyi itu?" Ibu Jisung memastikan.
"Ini Mah, kalian ngajak aku becanda ya?" Jisung kesal, mengapa mereka menjadi aneh?
"Kamu yang mengajak kami becanda Jisung Pratama." Ibu Jisung berkata tegas, Jisung memandang tidak percaya.
"Mamah ko marah sih?" Jisung masih tidak habis pikir dengan Ibunya.
"Mamah ga marah De, mamah takut, sejak kapan kamu temenan sama dia?" Ibu Jisung mengelus dadanya yang terasa sesak apa ini karena perjodohan yang ditolak Jisung tetap dilaksanakan oleh mereka hingga jiwa Jisung terganggu? Ibu Jisung taku-takut kalau anaknya ini jadi tidak waras.
"Hah? Kenapa Mamah takut?" Jisung membelalak, kenapa mereka seolah tidak melihat kamu yang jelas-jelas ada di samping Jisung?TUNGGU! tidak melihat? Apa mereka benar-benar tidak melihat?
Bapak-bapak di dalam Bus, Bi Ijah yang mengantar teh hangat juga Ibu Jisung, setiap orang yang ia temui tidak melihatmu.
"No-Noyi?" Jisung menatap kamu penuh tanda tanya, kamu menggaruk tengkuk yang tak gatal, tersenyum kikuk. Setiap kali kamu akan memberitahu Jisung, selalu saja kamu tidak memiliki kesempatan untuk membicarakan hal itu padanya.
🌻🌻Jangan lupa tinggalkan jejak😘😘😘
![](https://img.wattpad.com/cover/248026522-288-k501355.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN || Han Jisung X You
Fanfiction--------------------------------- Seperti angin yang membawa daun kering kembali pada sang ranting. Bukankah takdir akan membawa siapa saja pada pemiliknya? Seperti desisan angin yang mengiringi bumerang kembali pada sang pelemparnya. Ia tidak ta...