"Jisuuung." Mia bergelayut di tangan Jisung, tidak memperdulikan wajah Jisung yang terlihat frustasi, Jisung melihat kanan kiri, tidak mendapati apa yang ia cari Hana mungkin masih di kantin.
Jisung menarik Mia ke pinggir kelas agar tak ada yang melihat mereka, ia takut Hana melihatnya dengan gadis ini.
"Akh, sakit sayang." Mia meringis, murid baru itu memegangi pergelangan tangannya yang di hempaskan kasar oleh Jisung.
"Arrggghhh...lo harusnya gak sekolah di sini Mia." Jisung mengacak rambutnya frustasi, ia bahkan berat untuk menyebutkan nama gadis itu.
"Om Pratama yang nyuruh aku sekolah di sini, biar kita makin deket." Mia tersenyum menang ketika melihat wajah itu semakin kalut.
"Ayah." Jisung menatap gadis di depannya, sebuah kutukan datang ketika tiga hari lalu Mia pindah sekolah ke tempat Jisung, dan sekarang mereka satu sekolah, meski beda kelas Mia merasa begitu puas.
"Liat deh, cincin ini bagus banget sayang." Mia memperlihatkan jari manis di tangan kanannya yang dilingkari sebuah cincin dengan permata biru kecil menghiasinya, terlihat sangat cantik, tapi bagi Jisung itu adalah benda paling menjijikan, ia membenci benda itu.
"Jangan manggil gue sayang, lo gak berhak manggil gue sayang." Jisung menatap wajah itu, apa lagi yang semesta siapkan setelah ini untuknya?
"Loh, kok gak boleh? Aku kan tunangan kamu." Mia tanpa aba-aba menghamburkan tubuhnya memeluk Jisung.
Prakkk...sebuah gelas plastik terjatuh begitu saja, membuat cipratan kecil di kaki Jisung dan Mia. "Akh dingin." Mia menatap tidak suka gadis yang menjatuhkan vanilla bule yang ia genggam tepat di hadapannya.
Jisung menatap mata itu, bergetar, bola matanya terlihat semakin hitam dan besar, mata itu tak mampu lagi menampung air mata yang bersarang di sana, jatuh, air mata itu lolos dari sana, jatuh mengikuti gravitasi bumi, mengalir di pipi manisnya.
Sakura hanya mengelus punggung tangan Hana dan memandang Jisung penuh tanda tanya juga tak percaya, Hana menatap iris coklat itu, hatinya hancur.
"Ayo Na." Sakura menuntun Hana berbalik, ia lari sekencang mungkin, berharap ini hanyalah sebuah mimpi, siapa saja tolong bangunkan Hana dari mimpi buruk ini.
Sakura berbalik, meninggalkan Jisung dan Mia di sana, Jisung terlihat semakin kalut, ia memandang Mia penuh benci, ia membenci gadis ini.
"Jisung." Mia menghentakan kakinya beberapa kali, kesal karena Jisung meninggalkannya begitu saja tanpa bicara, bahkan dengan pandangan benci serta meremehkan, ia tahu itu.
Jisung mengacak rambutnya frustasi, bingung kemana ia harus mencari Hana, ia tidak menemukannya di kanti, bahkan hampir seluruh sudut sekolah ia datangi, namun nihil, Hana tidak ada di sana "Arrgghh, ini semua gara-gara Mia." Ia duduk di kursi panjang pinggir lapangan basket "Woy." Jisung terperanjat, kaget dengan kelakuan temannya yang datang tiba-tiba, Felix Prayudha sang kapten basket di SMA Guaradana, menatap wajah temannya yang terlihat frustasi, rambutnya acak-acakan, wajahnya memerah marah juga matanya yang sendu, kecewa.
"Lo kenapa boy?" Felix hati-hati menepuk pundak Jisung, mencoba mencari tahu apa yang membaut wajah temannya seperti ini? Juga berusaha menenangkannya.
"Lo liat Hana gak?" Jisung bertanya lirih 'apa Hana nangis gara-gara ni bocah?' pikir Felix dalam hati.
"Tadi gue liat dia nangis, gue gak tau sih kenapa, terus pulang naik grab," Felix beranjak dari duduknya "Keknya mau hujan, pulang kuy." Lanjut Felix meraih ranselnya dari atas kursi.
"Lo duluan aja, gue mau naik bus aja." Jisung tersenyum hambar.
"Lo yakin gakpapa?" Felix terlihat khawatir, namun ia tetap melangkahkan kakinya meninggalkan Jisung di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN || Han Jisung X You
Fanfiction--------------------------------- Seperti angin yang membawa daun kering kembali pada sang ranting. Bukankah takdir akan membawa siapa saja pada pemiliknya? Seperti desisan angin yang mengiringi bumerang kembali pada sang pelemparnya. Ia tidak ta...