bab 1

360 9 1
                                    

"Mana uang ganti ongkosnya?" Titan mengulurkan tangannya. "Empat puluh lima ribu!" Jelas Titan.

"Berapa?" Tanya Bagas.

"Empat puluh lima ribu!"

Bagas menghela lemah, "Aku belum selesai makan, kamu sudah minta tagihan. " Keluh nya

"Aku masih lebih baik, coba kalau kamu makan di K*C pasti minta di bayar duluan baru makan."

"Oke..oke." Bagas mengangkat kedua tangannya. "Aku bayar. " Lanjutnya sambil merogoh dompet dari dalam kantong celana.

"Aku minta uang, bukan kartu!" Titan kembali menggeser kartu berwarna hitam kehadapan Bagas.

"Aku gak punya uang cash, kamu bisa ambil dari situ."

"Hah! Bercanda!" Decak Titan. "Mana bisa ambil uang dibawah lima puluh ribu."


"Kenapa bingung banget sih.. Tinggal ambil seratus ribu, terus kembaliannya balikin. Udah bereskan."

"Iya juga. Kenapa kita jadi ribut ya?" Titan menertawakan dirinya sendiri.

"Kamu yang sejak tadi ribut. Padahal aku belum selesai makan." Keluh Bagas, ia pun kembali menikmati hidangan makan malam yang sudah terlewat.

"Tapi, aku gak punya ongkos pulang. ATM pasti tutup."

"Siapa yang nyuruh kamu pulang?" Tanya Bagas.

"Memangnya siapa yang mau nginep disini?"

"Kamu." Tunjuk Bagas dengan dagunya.
"Tadi pamitnya mau nginep kan?"
Titan mengangguk, membenarkan. "Berarti sebagai gantinya, kamu nginep disini."

"Mana ada perempuan bermalam di rumah laki-laki."

"Ada."

"Memang ada dan pasti ada yang bermalam disini. Tapi bukan aku."

Bagas menghela lemah. Rupanya terlalu sulit berbicara dengan wanita seperti Titan. Ia tidak mudah di bujuk dan sangat perhitungan.

"Begini." Bagas menaruh sendok dari pegangannya. "Karena sekarang sudah malam, naik ojek online oun bahaya. Jadi lebih baik malam ini kamu disini aja. Besok aku antar pulang." Jelas bagas dengan sangat hati-hati agar Titan mengerti tanpa salah paham.

"Ada banyak kamar di rumah ini. Kamu boleh pake salah satunya, terserah mau yang mana. Kalau kamu takut, boleh kunci pintu atau halangi pakai meja biar lebih aman.

Titan masih menimbang-nimbang saran Bagas.

"Aku boleh pake kamar mana aja?" Tanyanya meskipun masih ragu-ragu.

"Boleh. Silahkan pilih sendiri."

"Kalau gitu, aku mau tidur bareng Bi Rani aja."

"Apa?!"

"Tadi bilang boleh dimana aja."

Bagas mengerjap, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Titan lebih memilih tidur bersama Bi Rani, di kamar belakang daripada memilih salah satu kamar besar lainnya. Sungguh ajaib wanita ini.

"Memang boleh dimana aja. Tapi bukan berarti disana juga."

"Aku maunya disitu." Keputusan Titan cinta dan tidak ada tawar menawar lagi.

"Aku capek. Aku mau tidur." Ucap Titan sambil mengucek matanya. "Selamat malam Pak Bagas."
Seakan tidak ingin lagi mendengar alasan konyol dari Bagas, Titan pun segera berjalan menuju kamar Bi Rani yang terletak di bagian belakang, dekat dapur kotor.

"Ada-ada saja. Dasar!" Gerutu Titan karena ia masih kesal dengan ancaman Bagas yang membuatnya akhirnya pulang dan tidak jadi bermalam di rumah Indah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY BELOVED BRONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang