Apakah kalian percaya dengan keajaiban?
Mungkin sebagian menjawab iya dan sebagiannya lagi menjawab tidak. Lalu, bagaimana dengan Yang Jeongin?
"Aku ga percaya dengan yang namanya keajaiban. Jadi, untuk kasusmu, pasti ada alasannya 'kan?" tanya Jeongin formal. Sebagai seorang reporter, banyak bertanya adalah keahliannya.
Bangchan, pria yang tengah di tanyai secara personal oleh keponakannya yang baru saja bekerja sebagai reporter itu tersenyum.
Ia adalah satu-satunya penumpang kapal yang selamat dalam perjalanan melewati badai. Sedangkan dalam kasusnya, Chan ikut tenggelam ke dalam air yang sedang dilanda ombak besar. Dan bagian anehnya, Chan baru ditemukan dua hari setelahnya dipinggir pantai. Bagian gilanya, Chan tidak mengalami trauma. Dia bahkan beberapa kali terlihat seperti orang gila yang selalu menunggu di pesisir pantai bahkan sampai pagi menjelang.
Dan untuk semua keanehannya itu..
Laut punya cerita.
"Kamu.. mau mendengarkan?"
---
"Chan,"
Panggilan dari ayah ku sahuti dengan sebuah dehaman malas. "Apa?" tanya ku pada beliau yang setia berdiri di depan pintu stateroom ku.
Ayah tersenyum, paham sepertinya bahwa aku sedang dalam suasana hati yang buruk. "Keluar yuk? Ada banyak hal menarik di sini, kalau diem di kamar terus kamu ga akan tau apa-apa mengenai kapal gimana?"
Baiklah. Ini sudah ke -entah berapa kalinya- Ayah membujukku untuk keluar.
"Okay. Aku keluar." kataku pasrah.
Kaki ku menapaki lantai. Perasaan takut itu muncul lagi.
"Ayah, aku ga bisa.." lirih ku sembari terduduk lagi di atas kasur besar milikku.
"Sini pegangan sama ayah. Bunda mu ga akan seneng liat kamu jadi penakut gini, Chan." Ayah kemudian menghampiri ku, tangannya terulur ke arahku yang dengan segera ku sambut.
Perlahan, kakiku kembali menapaki lantai. Aku takut sekali. Jujur saja. Aku benci situasi dimana aku harus menghadapi ketakutan terbesarku.
Satu menit sepertinya sudah ku habiskan hanya dengan berdiri dengan tangan yang memegang jemari kasar milik ayah. Perlahan ku tatap manik indah milik ayah, senyumku mengembang dengan sendirinya.
"Ayah, aku bisa." kemudian ayah tersenyum lebar sembari memelukku erat.
"Ayah tau kamu bisa, Chan."
---
Pandangan ku beralih dari satu tempat ke tempat lainnya. Ternyata, Kapal tidak se buruk itu.
Seorang wanita tua terlihat kesusahan membawa kain bundelannya, segera ku bantu beliau. "Namamu siapa nak?" tanya beliau dengan sorot hangatnya sesampainya di stateroom miliknya.
Ku pikir aku harus menjawabnya. Tidak mungkin pula seorang wanita tua yang terlihat hangat sepertinya melakukan macam-macam 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain to Your Heart
Fanfiction〔⩩. Banginho oneshoot collect〕 • 📽 • Ditemani rinai hujan, Minho dan Chan mengukir kisah cinta dengan akhir yang tak sesuai angan. ❛🔓» 2O November 2O2O. ❛🔒» Soon. ❨ 𖤐 ₊˚.꒷꒦ All writter sekocibanginho 。❩