#0,2

5.9K 213 34
                                    

Setelah beberapa saat dalam perjalanan ia pun sampai di tempat yang di maksud. Sebuah gedung tua dan terlihat tidak berpenghuni di tepian pelabuhan. Jangan salah sangka dulu, nyatanya tempat itu adalah sebuah tempat untuk melakukan transaksi ilegal.

Setelah turun dari mobilnya, Cece yang di dampingi oleh beberapa bodyguard nya pun segera memasuki gedung tersebut. Terdengar suara tawar menawar yang bersahutan.

Para bodyguard Cece pun membukakan pintu untuk nya. Setelah memasuki gedung itu, Cece pun segera berlalu untuk mencari tempat duduk. Tepat di depannya terdapat sebuah panggung mini untuk melelang sesuatu.

Saat ini yang sedang di lelang adalah sebuah berlian langka. Dan Cece tidak tertarik untuk meminangnya. Hal itu pun terus berlanjut, hingga saat terakhir ada sebuah kerusuhan tak terduga. Mereka bilang, barang yang harusnya di lelang hari ini secara besar besaran menghilang. Entah itu sebuah barang asli ataupun manusia.

Merasa sudah tidak tertarik dengan apapun sejak awal, Cece pun bangkit dari tempat duduknya, beranjak pergi dari tempat itu.

....

Di lain tempat

"Maw pigi dali thini, nda bwoyeh thengeng Agi. Hwayuth thwuwat.... Potona hwayut pigi." (Mau pergi dari sini, nggak boleh cengeng lagi. Harus kuat... Pokoknya harus pergi). Gumaman lirih itu terus terucap dari bilah bibir pucat milik seorang  pemuda yang sedang lari terseok seok tak tentu arah. Kakinya yang ringkih dan penuh luka serta telanjang pun ia paksakan untuk terus bergerak.

Berharap agar bisa bebas dari tempatnya terdahulu. Tempat dimana dia menjalani kesengsaraan hidup. Setelah cukup lama berjalan menjauhi tempat dia tersiksa pun, akhirnya menemukan sebuah jalan raya, sebuah jalan yang menuju perkotaan. Didepannya terdapat banyak kendaraan yang melintas berlalu lalang. Gedung gedung tinggi yang berjejeran serta rumah rumah penduduk yang berada disekitar nya.

Ia pun mengistirahatkan tubuh nya dengan menyender disebuah pilar di mulut gang tempatnya berdiri.

.....

Back to Cece

"Tak ada yang menarik perhatianku disini." Ucap lirih Cece dalam hati.

Langkah kaki Jenjangnya ia jalankan untuk mengitari area tersebut, mata hitam tajamnya berpendar kesegala arah guna memperhatikan. Namun, hingga saat ini apa yang ia cari tak kunjung ia temukan.

Setelah sekian saat, rasa bosan mulai menghampirinya. "Sial tak ada yang berguna, lebih baik aku pulang dan mencari bayi kecilku." Gumamnya sekali lagi.

Ia pun memutuskan untuk segera keluar dari tempat kotor itu dan kembali ke arah mobil untuk kembali pulang dan mengistirahatkan tubuhnya.

Tak banyak yang ia lakukan di dalam mobil hanya saja matanya terfokus pada pemandangan alam sekitar di jalanan yang ia lewati dan rumah rumah penduduk.

Hingga tak sengaja netra hitam jelaganya menemukan sebuah gundukan manusia yang tengah meringkuk yang sepertinya karena kedinginan di tepi jalan tepat di depan sebuah pilar gerbang perumahan.

Awalnya ia tak peduli dan menghiraukan apa yang ia lihat, dan tetap meneruskan perjalanannya. Hingga, dia merasakan hal aneh dalam dirinya, dimana ia merasa bahwa ia harus kembali dan membawa gundukan yang menyerupai manusia yang ia lihat tadi.

Setelah ia berperang dengan pemikirannya cukup lama. Ia memutuskan untuk segera kembali, memutar arah menuju gundukan yang ia jumpai.

"Pak, bisa kah kita berputar arah? sepertinya saya telah melihat sesuatu tadi."

"Baik Nona Muda"

Akhirnya mobil yang ia tumpangi pun berbalik arah , Untung saja mobil tersebut tidak terlalu jauh dari tempat ia menjumpai gundukan tersebut.

Setelah ia rasa sudah sampai di tempat yang ia maksud, segera saja ia turun dan melihat apa sebenarnya gundukan tersebut.

"Astaga, siapa pemuda manis ini, apa yang terjadi padanya?" Ujarnya yang terkejut setelah melihat kondisi tundukan tersebut yang merupakan seorang manusia, tepatnya seorang pemuda manis yang lusuh dan penuh luka pada tubuhnya. Tak butuh banyak waktu dan tenaga, segera saja ia gendong pemuda tersebut untuk ia bawa menuju mobil dan akan ia bawa pulang setelahnya.

Saat di dalam mobilpun Cece memangku pemuda tersebut, hingga terjadi keheningan terlalu lama didalam mobil tersebut. Dengan setia, Cece masih memangku dan mengelus permukaan wajah dan rambut pemuda itu menggunakan tissue basah untum membersihkan kotoran yang berada di daerah tersebut.

"Nona Muda, apa kota sebaiknya membawa pemuda tersebut kerumah sakit? Saya rasa dia banyak memerlukan pemeriksaan." Tuan Kim, supir pribadi Cece berusaha memecah keheningan yang terjadi.

"Tentu saja kita akan ke rumah sakit, saya harap, kamu bisa melajukan mobil ini dengan cepat agar kita segera sampai dan dia dengan cepat mendapat pertolongan."

"Baik Nona Muda." Percakapan tersebut pun usai dan setelahnya kembali keheningan yang menguasai.

Setengah jam pun sudah terlewati, pemuda manis yang berada di pangkuan Cece pun masih setia memejamkan matanya. Mereka telah sampai di rumah sakit, rumah sakit milik pamannya.

Segera saja ia menuju UGD untuk memeriksa kondisi pemuda yang berada di gendongannya tersebut.

Tak butuh waktu lama, dokter dan para perawat pun segera memeriksa kondisi pemuda manis yang telah baru saja di bawa oleh Cece. Mereka dengan cepat dan cekatan melakukan berbagai tindakan setelah mengetahui bahwa pemuda yang mereka periksa merupakan pemuda yang dibawa oleh keponakan pemilik Rumah Sakit mereka bekerja.

Diluar UGD pun Cece dengan cemas menunggu hasilnya, ia harap pemuda yang ia bawa akan baik baik saja. Tidak mendapatkan sesuatu yang serius padanya.

Setelah satu jam ia menunggu dengan cemas di luar UGD, pintu UGD pun terbuka memunculkan sosok dokter yang ia duga sebelumnya telah memeriksa kondisi pemuda manis yang ia bawa sebelumnya.

"Dengan keluarga pasien ?" Tanya dokter tersebut pada Cece

"Ya, saya ibunya." Jawab Cece spontan. Tak mengelak, bahwa sebenarnya sejak ia memutuskan untuk membawa pemuda tersebut, ia sudah menginginkan pemuda tersebut untuk menjadi miliknya, menjadi bayi kecil miliknya.

"Mari ikut keruangan saya Nyonya, ada banyak hal yang akan saya jelaskan nantinya."

"Dan anak anda akan kami pindahkan keruang rawat terlebih dahulu sebelum bisa untuk di jenguk." Imbuhnya

Dokter tersebut pun melangkah menuju ruangannya dan diikuti oleh Cece di belakang.  Setelah sampai di ruangan dokter itu, mereka langsung duduk dan membicarakan banyak hal mengenai pemuda yang ia temukan tadi.

"Begini nyonya, sebelumnya saya meminta maaf jika saya lancang. Apa memang benar bahwa pemuda tersebut adalah anak anda ?"

"Ya, dia adalah anak saya. Ah, maksudnya bukan, dia adalah anak yang saya temukan sebelum saya ingin berkunjung kesini. Memangnya ada apa? Apakah ada sesuatu serius yang terjadi padanya ?"

"Begini nyonya, sepertinya pemuda tersebut sebelumnya mendapat banyak kekerasan pada tubuhnya. Banyak memar dan lebam lembam di sekujur tubuhnya, goresan di area punggung yang seperti bekas cambukan ,luka totol totol yang di sekitar paha yang seperti di sudu dengan rokok, serta luka luka lain di tubuhnya. Namun, nyonya tenang saja, tidak ada luka serius di dalamnya. Hanya luka luka luar di tubuhnya, yang jika rutin diobati akan segera membaik."

"Terimakasih banyak atas penjelasannya dokter"

"Sama sama nyonya, tapi sebelumnya saya ingin meminta maaf, apa saya boleh mengetahui nama pemuda tersebut nyonya ? Untuk mengisi data rekam medik data pasien."

"Ah, tentu saja dok. Namanya Adney, Adney Arkwright. Untuk sementara, pakai saja nama itu."

"Baik nyonya, tuan Adney sudah bisa anda temui di ruangannya. Dia berada di ruangan Mawar Nomor 127."

"Baik, sekali lagi terimakasih dokter dan saya akan pergi."

Setelah percakapan itu usai, Cece pun segera keluar dari ruangan dan mulai melangkah untuk menemui pemuda tersebut, pemuda yang dia beri nama Adney, tanpa ia ketahui bahwa nama pemuda tersebut juga ialah Ney.

****

DIY, 31-20-2021. 17.30.

Little BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang