02

1.2K 70 0
                                    

Minggu sore pada Bulan April 1999

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu sore pada Bulan April 1999

Na Jaemin mendadak gembira. Pasalnya, Kak Jaehyun mengajaknya untuk melihat pertunjukan gajah di lapangan tak jauh dari rumahnya. Berbekal dua tiket yang sudah dibeli Kak Jaehyun sepulang sekolah, kini pantat Jaemin tengah duduk tenang di belakang jok sepeda, sementara kakaknya--Jaehyun mengayuh sembari melantunkan nyanyian khas anak-anak.

"Kak ... gajah itu sebesar apa?" tanya Jaemin yang kala itu memang belum masuk usia sekolah. Sebenarnya bisa saja, tapi tampaknya masih terlalu dini bagi Jaemin, sehingga sang ayah akan menyekolahkan Jaemin setahun lagi, saat tubuh dan usianya lebih cukup.

"Gajah itu badannya besar, punya belalai panjang bahkan badannya bisa sepuluh kali lebih besar dari kakak," jelas Kak Jaehyun masih mengayuh sepeda dengan tenang padanya.

Mendengar betapa besarnya gajah itu bagi Kak Jaehyun, membuat Jaemin kini mengeratkan pegangannya di pinggang Jaehyun. Kaus hitam Jaehyun bahkan sudah lecek akibat tindakan Jaemin.

"Ah, tapi Jaem ... meski besar, gajah sangat menggemaskan. Mereka lucu sekali," ujar Kak Jaehyun lagi seolah tahu apa yang tengah Jaemin pikirkan.

"Benarkah?" Jaemin menyahuti dengan antusias. Jaemin tahu, sang kakak tersenyum meski dia berada di belakang kakaknya.

"Serius, Jaem. Kalau tidak percaya, kau lihat saja nanti," pungkas Jaehyun. Sebab saat ini Jaehyun sudah menghentikan laju sepedanya.

"Jaem, turun. Kita sudah sampai." Sang kakak kini mencari lahan parkir untuk menstandarkan sepedanya.

Jaemin merasakan usapan lembut di kepalanya saat dia dan kakaknya berjalan menuju lapangan. Lapangan itu sudah diset sedemikian rupa, dibatasi penghalang hitam yang tingginya melebihi orang dewasa. Jaemin melihat kakaknya memberikan dua tiket itu ke penjaga pintu masuk.

Jaemin takut tapi juga antusias. Pegangan tangannya kembali dieratkan di tangan kakaknya. Lalu hal itu membuat sang kakak akhirnya menggendongnya.

"Takut?" Kak Jaehyun bertanya. Jaemin mengangguk sebagai jawaban, tetapi sang kakak malah melebarkan senyum hingga dua lesung pipinya terlihat jelas. Jaemin tahu, kakaknya sungguh tampan saat tersenyum.

Hidung Jaemin dicubit lembut, pula kepalanya yang diusak lagi oleh kakaknya.

"Kan ada Kak Jaehyun." Sembari menggendong dirinya, Kak Jaehyun berjalan mencari tempat yang teduh.

Jaemin diturunkan. Kakaknya itu duduk di tepi lapangan, melipat kedua kakinya, lalu menarik Jaemin untuk duduk di atas kakinya, sebab pertunjukan gajah akan segera dimulai.

Rombongan itu mulai keluar dari lapangan. Ada dua orang mc yang berada di sana. Memperkenalkan nama-nama gajah diikuti munculnya satu per satu gajah dengan punggungnya yang dinaiki seorang pawang.

Benar kata Kak Jaehyun, gajah itu tubuhnya besar sekali, tetapi karena jaraknya sangan jauh dari tempat Jaemin duduk, Jaemin jadi tidak takut.

Mata Jaemin mulai berbinar saat gajah mulai beratraksi. Dari mulai ber-tos ria dengan manusia, memijat punggung manusia, berjoget balon, memainkan hulahup, dan ini penampilan terakhir merupakan permaian terseru sejauh yang Jaemin lihat. Gajah-gajah itu bermain bola sepak. Ya, sangat seru. Jaemin terkagum-kagum sebab gajah sangat pandai, rupanya selain kelinci kesukaannya, gajah juga pandai. Jaemin tertawa di atas pangkuan kakaknya--Jaehyun. Sore yang menggembirakan. Sore itu menjelang petang kakak beradik itu pulang dengan perasaan senang.

 Sore itu menjelang petang kakak beradik itu pulang dengan perasaan senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19 November 2020

Maafkeun typo guys
Pagi pagi apdet bentar lah ehehehehe

우리 Jaehyun |2JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang