1. Pertemuan yang tak terduga

977 41 4
                                    

DOR!

SELAMAT DATANG DI DUNIA FIKSI LAGI!

SELAMAT MEMBACA!
-coretanpacarjeno, spesialis rasa sakit yang begitu dalam-

**

Zia melangkah keluar dari gedung kantor yang menjulang tinggi, tubuhnya lelah setelah melewati hari yang panjang dan penuh tekanan. Sebagai wakil direktur di perusahaan keluarga, hari-hari Zia tak pernah mudah. Setiap keputusan yang ia buat selalu terasa dipertaruhkan, tidak hanya demi dirinya sendiri, tapi juga demi nama besar keluarganya. Saat angin malam menyentuh wajahnya, Zia menghirup udara dalam-dalam, mencoba mengusir penat yang masih bergelayut.

Ia berjalan menuju mobilnya, heels yang dikenakannya mengeluarkan suara ketukan halus di trotoar. Di tengah langkahnya, Zia merogoh tas tangannya untuk mencari kunci mobil, namun tangannya malah menyentuh sesuatu yang lain—ponsel yang tiba-tiba berdering. Nama yang muncul di layar membuatnya terkejut dan sedikit bingung.

"Rani?" Zia berhenti sejenak, bertanya-tanya kenapa sahabat lamanya tiba-tiba menelepon. Tanpa ragu, ia segera mengangkat panggilan itu.

"Halo, Rani? kenapa?" Zia bertanya dengan nada penasaran.

Di ujung sana, suara ceria Rani langsung menyambut. "Zia! Ya ampun, lama banget kita nggak ngobrol! Gue kangen banget sama lo!"

Zia tersenyum tipis, merasakan kehangatan yang sudah lama tak ia rasakan. Mendengar suara sahabatnya mengingatkannya pada masa-masa SMA, saat hidup terasa lebih sederhana dan bebas dari beban tanggung jawab yang berat.

"Gue juga kangen, Rani. Apa kabar? Kenapa baru sekarang telepon?" Zia menjawab dengan nada yang lebih santai, merasa sedikit lega bisa berbicara dengan seseorang dari masa lalunya.

"Ya, begitulah... Sibuk sana-sini. Tapi ada kabar seru buat Lo!" Rani langsung masuk ke inti pembicaraan, antusias seperti biasa.

Zia tertawa kecil, penasaran dengan kabar apa yang akan dibawa oleh Rani kali ini. "Oh ya? Apa itu?"

"Jadi, gue mau ngadain reuni kecil-kecilan buat kita semua anak-anak SMA dulu. Lo tahu kan, udah lama banget kita nggak ketemu. Gue pikir ini saat yang tepat buat kita kumpul-kumpul lagi. Gimana, lo mau ikut?"

Zia terdiam sejenak, pikirannya melayang ke masa-masa SMA yang penuh kenangan. Tawa teman-teman, kebebasan masa muda, dan... Naren. Bayangan pria itu seketika muncul di benaknya, membawa serta perasaan campur aduk yang selama ini ia coba kubur dalam-dalam.

"Lo masih di sana, Zia?" suara Rani memecah keheningan, menyadarkan Zia dari lamunannya.

"Ya, gue masih di sini," Zia menjawab cepat, berusaha mengendalikan pikirannya yang kalut. "Kedengarannya menyenangkan, tapi... siapa saja yang bakal datang?"

Rani tertawa kecil, seakan mengerti alasan Zia bertanya. "Tenang saja, sebagian besar teman-teman lama kita sudah setuju. Termasuk Naren."

Nama itu membuat Zia tersentak. Naren—seseorang yang dulu sangat berarti baginya, namun kini hanya tinggal kenangan pahit manis yang tak mudah dilupakan. Sejak mereka berpisah, Zia telah berusaha keras untuk melanjutkan hidupnya, jauh dari bayang-bayang masa lalu. Tapi sekarang, ia harus menghadapi kemungkinan bertemu dengan orang yang paling ia hindari selama bertahun-tahun.

"Oh... Naren juga akan datang?" tanya Zia, suaranya bergetar halus meski ia berusaha terdengar biasa saja.

"Ya, gue berhasil membujuknya," kata Rani dengan nada bangga, seolah menyiratkan bahwa itu adalah pencapaian besar. "Kapan lagi kita bisa berkumpul seperti ini? Gue yakin akan menyenangkan, Zia. Lo harus datang."

My Soulmate Turns Out to be an Actor (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang