BAB 9 - Keraguan

617 70 14
                                    


Bisa jadi kau menemukan tempat baru untuk pulang, tetapi tidak dengan perasaan nyaman yang kau harapkan.

***

Setelah memasuki gerbang kurang lebih 3 menit yang lalu, perempuan itu langsung menaiki tangga menuju kamarnya berada. jari-jarinya bergantian menghapus air mata yang turun di kedua pipinya. Tubuhnya langsung ia lempar ke kasur dan seketika tangisannya pecah. 

Gadis memukul dadanya berkali-kali, rasa sesak yang ia rasakan semakin menjadi-jadi saat ingat tiba-tiba Raka memeluknya begitu erat. yang ia inginkan pada momen itu hanyalah pulang.

Gita         : Woi

Gita         : Katanya ke toilet, lama banget lu

Dua pesan dari Gita membuat perempuan itu ingat bahwa ia telah meninggalkannya sendirian. Gadis menepuk jidat, sedikit tersungging sudut bibirnya mengingat bahwa muka Gita pasti sudah sebal.

Gadis     : Sorry Git, sorry banget

Gadis     : Gue pulang, lupa kalau ada lu

Gadis     : Gila serius gue lupa

Gita's Calling...

Tombol hijau itu Gadis geser ke kanan dan 1 detik berikutnya suara perempuan diseberang sana terdengar berteriak.

"WAH GILA LU. GUE SENDIRIAN."

Gadis menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya, lalu perempuan itu mengulingkan badannya ke arah kanan.

"Ye maap Git, gue lupa beneran."

"Gadanta lu. Yaudah nih laptop mau dijulal atau gimane."

Gadis terkekeh, "Yaudah lu bawa dulu aja, besok gue ke kelas lu."

"O-kay." Gadis tahu bahwa Gita mungkin sedang mengangguk di sana.                                                      "Btw suara lo kok sumbang gitu sih."

"Pilek." jawab Gadis refleks.

"Di toilet ada es apa dah?!" Gita sewot, "gaya lu kayak sok-sokan pilek orang tadi ngerjain tugas masih gapapa."

Gadis terdiam.

"Oiya Dis, gue tadi kaya liat Raka deh. dia juga dari arah yang sama mau ke toilet, lu ga ketemu?" 

Gadis menghela napas, "Iya gue ketemu."

"Oh! tuh kan, lu nangis ya? diapain lu? yaudah deh matiin aja jangan lewat telpon karena gue ke rumah lo sekarang ." belum sempat Gadis membalas Gita sudah bersuara lagi, "See u!"

Tut.

Telpon terputus.

 "Okay."

***


Ali harus menerima kenyataan bahwa polisi baru saja menghubunginya dan menyuruh anak laki-laki itu untuk segera ke rumah. perasaan Ali dilanda kebingungan. ia tidak tahu harus senang atau sedih dengan kenyataan yang ia hadapi. Ketika ia sampai depan gerbang, dua mobil polisi dengan keadaan mesin menyala berada di depan rumahnya menutupi pintu masuk menuju teras. 

Ali menghela napas. tidak berselang lama, 4 orang pria bertubuh kekar keluar dari pintu dengan menggiring satu orang lelaki yang di borgol tangannya. 

"Kami dari pihak kepolisian, melakukan penangkapan terhadap ayah saudara dengan kasus pengedar narkoba jeni sabu seberat 2,5 kilogram." satu polisi datang menepuk pundak Ali.

After BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang