Berteman dengan siapa saja boleh, mau dia kaya, miskin, jelek, tampan, lelaki, wanita, tua, atau muda. Semua boleh saja karena tidak ada aturan yang menghalangi seseorang untuk berteman dengan siapapun, baik Presiden sekali pun.
Dalam berteman, kita harus mempunyai tata krama, sopan santun, dan etika. Jika tidak, mungkin berawal dari teman kita bisa menjadi musuh atau bahkan menjadi seorang penjahat.
Itu lah gunanya tata krama, sopan santun, dan etika dalam berteman agar pertemanan berjalan dengan baik dan dapat saling membantu. Hal-hal itu harus diperhatikan dalam memilih teman baik atau sahabat karena teman baik dapat menentukan arah tujuan hidup kita juga. Misalnya, jika kita berteman baik dengan para pengedar narkoba, secara tidak langsung kita dapat menjadi pecandu narkoba ataupun pengedar narkoba. Sebaliknya jika kita berteman baik dengan orang yang pintar, maka kita akan mengikuti perbuatan orang pintar tersebut.
Berteman baik dengan orang yang lebih pintar, secara tidak langsung kita akan mendapat ilmu yang bermanfaat darinya. Hati-hati lah memilih teman baik dalam hidupmu. Harus bisa memilih dan menyaring, mana yang baik dan mana yang buruk.
Seperti Dobleh yang terlena dengan kata-kata Jamal dan Kuproy. Dobleh menjadikan mereka teman baik. Jamal dan Kuproy adalah anak yang nakal, suka merokok, dan tawuran. Mereka menghasut Dobleh untuk ikut merokok dan hasilnya Dobleh berada di rumah sakit dengan perban di kepala dan memar di tubuhnya.
Teman baik bukan teman biasa, melainkan teman yang selalu berada di samping kita ketika
"Temanmu adalah yang berkata benar bukan yang membenarkan kamu!"
Kata-kata itu terus membayangi pikiranku, menyesali atas apa yang telah terjadi kepadaku.
Kalimat itu adalah ucapan ibuku. Ibu selalu mengingatkannya kepadaku agar selalu memilih teman baik yang jujur. Hal ini karena teman yang menentukan arah hidup kita. Misalnya, temanmu adalah pemain sepak bola, dia akan mengajak kamu untuk bermain sepak bola dan membentuk sebuah tim.
ya, aku harus membayangi kata-kata itu agar selalu mengingatnya. Saat aku makan, berangkat ke sekolah, bermain, dan ketika akan tidur aku selalu mengingatnya, mengingatnya, dan mengingatnya.
tapi aku bodoh, aku tidak memegang teguh amanat ibuku itu. Hasilnya, aku mengalami suatu musibah karena salah dalam bergaul.
Kejadian itu berawal ketika aku tidak sengaja membuang sampah sembarangan di dalam kelas.
"Siapa yang membuang sampah di sini?" tanya Pak Djarbi, guru pelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum memulai pelajaran, Pak Djarbi selalu memeriksa kebersihan kelas dari kelas 1 sampai kelas 3.
Aku menyadari bahwa itu adalah bekas bungkusan makananku. Aku tidak mau mengaku, aku takut dimarahi, walaupun jika jujur tidak akan dihukum, tapi aku tetap tidak mau mengaku.
Teman sebangkuku, Maeel, menyenggol tubuhku.
"Tidak ada yang mengaku?" tanya Pak Djarbi dengan nada lantang. "Lebih baik jujur dan mengaku saja, daripada nanti ketahuan, akan Bapak hukum," lanjut Pak Djarbi sambil memegang kumisnya yang lebat.
Maeel terus menyenggol tubuhku, mengisyaratkan agar aku mengaku.
"Siapa?" suaranya kencang menggelegar.
Maeel menyenggolku lagi dan berbisik, "Sudah Bleh, mengaku saja, kalau jujur tidak akan dihukum," Maeel memperingatkanku.
Brakk!
Pak Djarbi, memukul meja.
"Kalau tidak ada yang berbicara, semua akan Bapak jemur di lapangan!"
YOU ARE READING
Dobleh dan Teman Nakalnya
القصة القصيرةKisah perjalanan dobleh dari sekolah sampai pulang