Chapter03.doc

59 11 16
                                    

Chapter03.doc
Purple Iris

Tanpa melihat langsung pun aku dapat mengetahui kalau preman-preman itu serius ingin menyiksa Ichimatsu sampai mati. Gila. Ini gila. Aku harus menyelamatkannya.

Kalau Ichimatsu mati, sumber keuanganku akan lenyap!

Sialan, itu terdengar berengsek sekali. Melihat nyawa seseorang sebagai lahan untuk mendapatkan uang. Tapi apa boleh buat, aku hidup memang agar menjadi kaya! Setidaknya jika aku berhasil menyelamatkannya, dia hidup dan aku tetap mendapatkan uangku. Win win solution bukankah begitu?

Baiklah, aku tidak punya banyak waktu. Aku tidak boleh terlibat perkelahian karena sudah jelas dibandingkan tubuh kekar mereka, aku pasti akan mati dalam sekali pukul. Aku harus menyelesaikan semuanya dengan cara paling efisien.

Aku mengamati kerumunan itu berusaha mencari Ichimatsu (yang mudah saja aku lakukan karena di antara mereka, hanya Ichimatsu yang terduduk dengan badan gemetar).

Setelah mengetahui lokasi Ichimatsu, secara perlahan, aku mengambil sebuah kursi dan melemparnya ke salah satu preman secara acak.

Braaaakk.

Bunyi kursi yang patah menghantam tubuh salah satu dari mereka. Aku tidak tahu apakah dia pingsan atau tidak, tetapi yang kuincar adalah mengalihkan perhatian mereka.

Mendengar suara kursi tersebut, para preman serentak menoleh ke arah sumber suara. "SIAPA DI SANA?!" Teriak salah satu dari mereka.

"BANGSAT, BERANI-BERANINYA MELEMPAR KURSI KE ARAHKU!"

Sudah kuduga, monster ini dilempar dengan kursi pun tidak pingsan.

Di saat mereka sedang ribut mencariku (tentu sambil mengamuk, menjerit-jerit, dan menendang-nendang meja), aku perlahan mendekati Ichimatsu dan menarik tangannya. "Diam." Bisikku.

Aku kira dia akan marah dan menyuruhku meninggalkannya sendirian. Karena, yah, dia kan ingin mati.

Tetapi dia diam dan menurut ketika aku perlahan membawanya mendekati pintu keluar gudang. Kami berjalan perlahan dengan menempel pada dinding seperti cicak.

Saat kami sudah mendekati pintu keluar, seorang preman berdiri menghalangi pintu tersebut dan membelakangi kami. Aku sudah menduganya sih, mana mungkin tidak ada yang berjaga di depan pintu duh.

Aku ingin sekali mendorongnya, tetapi aku sadar diri kalau kurus ceking sepertiku mana kuat mendorongnya sampai jatuh. Karena itu, aku memberi Ichimatsu kode untuk diam dan aku perlahan mendekati preman tersebut. Saat sudah dekat, aku menarik celananya sampai celana dalamnya kelihatan. Menjijikkan.

Preman itu kaget dan segera menoleh ke arah kami, tetapi sebelum dia melihat wajahku, aku dengan cepat menendang "si kecil"-nya dengan tenaga penuh. Tentu saja ini cara pengecut dan si kecilku juga ikutan ngilu saat mendengar "masa depan"nya yang pecah.

Tetapi, apa boleh buat kan? Aku harus bertahan hidup.

Aku bersyukur jarena walaupun kekar ternyata "anu"nya tidak ikutan berotot juga. Saat dia berguling-guling karena "itu"nya kutendang, aku segera menarik tangan Ichimatsu dan berlari meninggalkan gudang lama.

Belum jauh kami berlari, mereka sudah sadar kalau kami kabur dan mengejar kami tanpa memedulikan teman mereka yang meraung kesakitan. Kasihan.

Aku segera menarik Ichimatsu ke lorong yang lebih sempit. Tubuh kekar mereka tidak mungkin cukup untuk melewati lorong ini. Untunglah aku dan Ichimatsu sama-sama bertubuh kerempeng. Aku segera menariknya dengan cepat sambil sekali melirik ke belakang. Tiga, ah bukan, empat orang mengejar kami!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Osomatsu-san] || BraastadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang