2.7

1.7K 187 3
                                    

"Lo kenapa Kak?" tanya Salsa yang melihat kakaknya itu terlihat kacau di koridor sekolah.

"Caca dek"

"Caca kenapa?"

"Pindah sekolah" Salsa membulatkan mulutnya terkejut. Dia tidak menyangka kalau Caca sampai sejauh ini, maksudnya sampai semarah ini hingga pindah sekolah. Dia merasa iba dengan kakaknya itu. Jujur memang dia juga menyukai kepribadian Caca dan setuju-setuju saja dengan hubungan Caca dan kakaknya.

"Kakak tau dari mana?"

"Wali kelasnya" Salsa membawa kakaknya menuju taman belakang sekolah. Salsa tau kakaknya itu butuh waktu dan suasana yang hening untuk ketenangan hatinya.

"Duduk dulu" ucap Salsa meminta kakaknya untuk duduk di bangku taman.

"Tunggu disini jangan kemana-mana" setelah mengucapkan kalimat itu Salsa pergi entah kemana membiarkan kakaknya sendirian di taman menjelajahi pikirannya sendiri.

Tak lama Salsa kembali membawa dua botol air mineral dan juga satu bungkus tissue.

"Nih minum dulu" Salsa menyerahkan satu botol air mineral yang sudah dia buka tutupnya.

Salsa meminum air itu. "Makasih"

"Trus kakak mau gimana sekarang?" Salsa mencoba memecah keheningan yang ada di antara mereka berdua. Salsa tidak peduli dengan bel masuk yang sudah berbunyi, sekarang dia hanya ingin menemani kakak keduanya ini.

"Kakak nggak tau" Sastra menunduk. Menyembunyikan air mata yang membasahi pipinya dari pandangan adiknya. Dia tidak ingin adiknya tahu kalau dia sedang menangis. Mana sempat, Salsa sudah mengetahui kalau kakaknya itu menangis namun dia hanya diam membiarkan kakaknya itu meluapkan semuanya. Dia memilih diam dan menemani kakaknya itu.

Salsa menarik kakak tersayangnya itu kedalam pelukannya. Dia tau masalah yang sedang di hadapi kakaknya itu, kebetulan dia di beri tahu oleh kakaknya yang pertama, Shafaa. Sejak kepergian dan putusnya kakaknya itu dengan Caca hubungan Shafaa dan Sastra juga kurang baik, bukan apa cuma Shafaa tidak menyukai sifat Sastra yang seperti itu. Shafaa tidak suka Sastra menyakiti Caca yang sudah seperti adiknya sendiri.

"Papa sama Mama udah tau?" tanya Salsa, dia merasakan Sastra mengguk yang berarti iya.

"Papa nggak bantu kakak cari Caca?"

"E-nggak" Salsa menghela nafas. Dia tau mana mungkin Papanya itu mau membantu jika sumber masalahnya adalah anaknya sendiri, apalagi kepergian Caca adalah keputusan Caca sendiri sudah pasti Papanya itu tidak akan ikut campur.

"Kakak nggak coba minta bantuan orang suruhan kakak untuk melacak?"

"Udah dari kapan hari lalu tapi nggak ada tanda-tanda" jawab Sastra.

"Kakak harus gimana?"

"Kenapa kakak waktu itu nggak jujur aja sama Caca pasti sekarang ngga kaya gini"

"Kalau kakak jujur pasti dia nggak setuju"

"Ya seharusnya kakak sebagai pacar ya ikutin kalau dia nggak ijinin kakak buat ngelakuin itu ya jangan di lakuin. Maksud aku ya bukan semua hal harus kakak turutin tapi maksud aku yang berkaitan langsung dengan jalannya hubungan kalian" Salsa menjeda ucapannya.

"Apalagi kakak sampai mau kaya gitu sama Kak Zef sudah pasti Caca mikir kalau kakak itu selingkuh. Apalagi kakak waktu itu ngabaiin dia beberapa hari"

"Kakak nggak mikir kalau kejadiannya bakal kaya gini"

"Mau bagaimana endingnya kakak juga tetap harus jujur sama pacar sendiri apalagi kalau kakak emang serius sama dia"

"Kakak bingung Sa"

SASTRA  (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang