Bad Dream

12 5 2
                                    

Tak semuanya berjalan seperti ekspektasi. Bhuddy perlahan berubah sikap, berusaha begitu keras untuk putus. Bahkan, lelaki itu tanpa sungkan mengemas barang-barangnya dan hampir pergi. Chubby yang tak ingin kehilangan segera memeluk Bhuddy dari belakang, membisikkan berbagai pernyataan soal perasaannya yang teramat dalam selama bertahun-tahun.

"Jangan pergi."

"Hubungan kita udah nggak sehat, bby. Kamu menjauhkanku dari segala hal yang aku sukai. Aku juga mau melakukan apa yang aku mau," ungkap Bhuddy . Ia menarik napas panjang, mencoba terus mengingat saran teman-temannya. "Akhiri aja."

"Jadi, bersamaku... nggak menyenangkan? Bersamaku membuatmu ngerasa nggak bebas?" tanya Chubby , ia berusaha menahan tangisnya. Segalanya terlalu menyesakkan baginya. "Kamu udah janji nggak ngecewain aku. Sejak awal ini dimulai."

Meskipun menjadi bimbang, Bhuddy tetap mengikuti pemikiran logisnya. Ia melepaskan diri dari pelukan Chubby , kemudian berjalan santai keluar dari kamar tersebut. Chubby memandangi punggung Bhuddy yang mulai jauh dengan tatapan sendu. Namun, gadis itu tak tinggal diam.

Chubby dengan cepat kembali memeluk Bhuddy dari belakang. Terlalu erat, Bhuddy bahkan tidak tega untuk melakukan tindakan kasar agar Chubby menyerah.

"Kamu mau jadi seperti ayahmu?" tanya Chubby , kali ini suaranya terdengar tegas. "Tukang selingkuh. Nggak setia. Mengkhianati dan menyakiti perasaan ibumu. Kamu masih ingat tangisan ibumu, Bhud? Tangisan yang jadi saksi betapa sakitnya ditinggalkan."

"Aku nggak--"

"Aku menganggapmu berkhianat kalau pergi. Nggak ada bedanya dengan ayahmu. Kamu mau kejadian serupa itu terjadi, ya? Haruskah aku juga mati?" Chubby memotong perkataan Bhuddy dengan cepat. Lantas, ia melepaskan pelukannya karena tahu kali ini ia kembali berhasil. Bhuddy yang terdiam cukup lama berarti luluh, Chubby mengenali hal demikian dengan mudah. "Nggak apa-apa, pergi aja. Artinya, kamu sama aja macam ayahmu. Menyakiti perasaan orang yang mencintaimu."

Bhuddy terdiam, kembali teringat saat di mana ibunya meninggal bunuh diri akibat sakit hati. Kepalanya menjadi pening. Ia takut akan kejadian itu. Chubby sangat menyadarinya, terlebih karena punggung Bhuddy terlihat bergetar. Tangan lelaki itu mengepal dengan kuat.

"Jangan pergi."

Bhuddy menarik napas panjang. Hingga akhirnya, lelaki itu memeluk Chubby dengan erat. Memeluk dan meminta maaf berulang kali, meskipun suaranya terdengar begitu serak. Chubby tersenyum diam-diam, tahu ia akan selalu mendapatkan Bhuddy . Lama mengenali Bhuddy membuat Chubby tahu banyak soal lelaki itu, dapat pula dengan mudah mengorek luka masa lalu Bhuddy saat lelaki itu tidak menurut.***

Because I Love you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang