chapter 01

1 1 0
                                    

[Mau main ke-villa ku? Tapi nanti jam 10
malam?]



"Eeeiiiiii! Yuhhu! Bali!" Teriak Gina heboh saat kaki nya melangkah menatap pemandangan Bali didepan mata.

"Gila, sumpah gila. Akhirnya bisa kesini juga, wahai diriku yang malang ini." Monolognya menggeret koper buru-buru.

Gadis itu berlari kecil ke arah Villa banyak, yang berbaris indah. Ia menatap cekatan layar ponselnya itu, mencari alamat letak Villa yang sudah ia pesan. Ia tak sabar mengelilingi Kota Bali ini.

"Woy! Aku di Bali! Huuuuu ...," kekeuhnya yang menit kemudian udah uring-uringan di kasur. "Gue gak tau jalan pulang, masa iya, gue keluyuran trus gak tau arah jalan pulang. Kan, gak lucu." Celetuknya kemudian berjalan keluar Villa. Matanya berbinar-binar mendapati seseorang yang terduduk rapih di teras Villa, sebelah.

"Heh Kamu!"girangnya berlari kearah pria itu. Gila, batinnya saat pria yang ia panggil berkulit pucat pasi dengan rupa, okelah buat golongan peleleh hati kaum gawa, apalagi kaum kentang.

"Sendirian?" Hanya mendapat anggukan dari pria disampingnya itu.

"Umur kamu berapa?" Gina menelan saliva-nya keras-keras saat pria itu menukar posisi berhadapan dengannya. "26, kamu?"

"Wihhh, abang aku dong. Umur aku 24,bang." Riuh nya merasa sedikit akrab dengan pria pucat pasi itu. "Nama abang siapa?"

"Egan, Egan romualdo." Sahutnya menyulurkan tangan kanannya. Dengan senang hati Gina menerima uluran itu, namun sontak Gina terkejut menibaskan tanganya, dingin seperti es batu.

"Eh, maap bang. Tangannya dingin, banget. Kek es-batu," cicitnya melirik pria itu yang tersenyum tipis. "Nama aku Gina, Gina liyasa hinandi," kekehnya menjabat kembali tangan pria itu yang masih menggantung sedari tadi.

"Kamu megang tangan aku?" Pertanyaan yang sontak mengagetkan sel-sel otak gadis berambut keriting ini. "Iya, emang kenapa? Lah,kan situ juga yang mau salaman," cerocosnya yang merasa intonasi nada Egan sedikit risih dengan Gina yang menjabat tangannga. Tau gini mending gak usah, udah tangannya dingin banget lagi, batin Gina yang memilih menatap ombak dari jauh.

"Hehe, udah dua tahun gak pegang tangan cewek," jawaban itu menggoyangkan perut Gina. Jadi, dia jomblo berkarat, gitu. Apa Gina embat aja yah? Itung-itung sama-sama jomblo.

"Aku juga jomblo dari rahim. Tapi gak sampai bertaon-taon gak megang tangan cowok. Ampun deh, bang," titah Gina menepuk-nepuk punggung Egan, sambil terkikik geli. Gina mematung memudarkan lekungan bibirnya saat tangan untuk menepuk punggung Egan di cekat oleh sang empu.

"Maaf, sakit yah? Udah kebiasa soalnya. Lagian si abang kurus banget, kek mayat hidup!"

"Emang iya," balasnya mendapat tawa ejekan dari Gina.

"Bang, mau temenin ke sana? Soalnya Akutuh pengen banget keluyuran Bali. Tapi takut lenyap karna gak tau arah jalan pulang, hehe," pintanya harap-harap pria itu mau, sungguh kaki Gina sudah tak sabar berlari-lari di pinggir pantai.

"Ya?" Jawab pria itu malah seperti bertanya.

"Yah malah ragu, si abang. Udah yuk, entar Gin traktir, deh! Minum doang tapi, Gina bukan titisan pak Jokowi." Imbuhnya mengedip-ngedipkan matanya dengan imut.

"Oh, ya! Villa abang. Ini?" Tanya-nya menunjuk Villa orange yang bersampingan dengan Villa milik Gina. Gina ikut manggut-manggut saat teman bicaranya manggut-manggut.

"Ayok! Gina udah greget banget pen meluk lautan, pengen cium pasir Bali, terus minum air pantai-nya. Siapa tau abis itu Gina ketularan deras harta kek tante nikita mirzani, wkwkw," celetuknya membenahi rambut keritingnya yang tergerai, ia mengikatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROH CRAZY, BUT LIFE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang