"Kamu pikir aku bodoh? Aku nggak mungkin biarin kamu tanggung jawab atas hal yang bukan kesalahan kamu. Lagian, aku nggak mau kamu ngabisin hidup kamu sama orang yang nggak kamu cintai."
Kalimat Aleysha terngiang jelas dalam benak Donghyuck berhari-hari setelah upacara pernikahan wanita itu bersama Jeno berlalu. Dalam diamnya Donghyuck menatap langit-langit apartment yang gelap. Kembali pada kamar miliknya di apartment lama mereka adalah hal yang tidak pernah Donghyuck duga akan terjadi.
Usai menikah, Aleysha diboyong Jeno untuk tinggal di kediamannya. Semula Donghyuck tidak setuju, namun melihat bagaimana kondisi adiknya yang perlahan tampak membaik saat ada lelaki itu di sisinya, pada akhirnya Donghyuck mengalah dan membiarkan Aleysha mencoba menjalani kehidupan berumah tangga bersama Jeno.
Hampir dua bulan berlalu saat ia menemani Aleysha menenangkan diri di pinggiran kota. Dan selama itu pula tak terdengar satu pun kabar dari Yena. Sesekali dalam malam-malam sepinya Donghyuck ingin menghubungi gadis itu dan meminta maaf. Namun melihat apa yang telah ia lakukan dan bagaimana perihnya luka yang ia gores pada perasaan Yena, Donghyuck seolah tak lagi berani untuk memunculkan diri di hadapan gadis itu kembali.
Pernyataan Aleysha pada pernikahannya beberapa hari yang lalu kembali masuk ke dalam benak Donghyuck. Mungkinkah Aleysha mengetahui perasaannya pada Yena? Meski jika dipikir-pikir akan menjadi sangat wajar untuk Aleysha tau mengingat hanya Yena satu-satunya gadis yang pernah dekat dengannya. Tapi semula Donghyuck pikir dengan tidak secara gamblang mengakui Yena sebagai kekasihnya, Aleysha tak akan merasa sungkan untuk berkeluh kesah padanya.
Donghyuck selalu ingin mendahulukan Aleysha dan Yena daripada apapun di dunia ini. Tapi entah mengapa menjadikan mereka duduk di satu meja yang sama tak pernah ia lakukan. Karena Donghyuck tau dengan jelas apa yang akan terjadi saat Aleysha mengetahui jika ia memiliki seorang kekasih, dan Donghyuck juga mampu menerka apa yang akan terjadi jika Yena berhasil mengenal Aleysha lebih dekat.
Meski lelah, Donghyuck selalu berusaha melindungi keduanya dengan cara yang berbeda. Yang meski pada akhirnya tetap membuatnya kehilangan Yena karena gadis itu memilih untuk pergi karena terlalu lelah menjadi yang kedua. Padahal Donghyuck sudah berangan-angan tentang masa depan bersama Yena, saat nanti Aleysha sudah berhasil menemukan sandarannya sendiri. Tapi apa mau dikata. Rupanya Tuhan masih ingin ia bertahan menjaga si bungsu lebih lama.
Hari-hari Donghyuck usai Yena menghilang terasa begitu hampa. Entah ke mana lagi ia harus berkeluh kesah di penghujung malam. Entah senyum siapa lagi yang akan ia jadikan sumber kebahagian. Entah motivasi dari siapa lagi yang akan ia jadikan penyemangat kini.
"Yena apa kabar?"
Donghyuck menoleh pada Aleysha yang masih sibuk mencomot buahan dari mangkuk dan mengunyahnya dengan lahap. Wanita itu tidak ambil pusing dengan tatapan terkejut milik Donghyuck. Padahal selama ini, nama Yena tak pernah terselip sama sekali dari bibir Aleysha.
Wanita itu tengah menginap di apartment malam ini. Tentu saja, bersama suaminya. Tapi besok pagi Jeno akan berangkat menuju Jepang. Jadi untuk sementara, Aleysha akan berada di apartment bersama Donghyuck.
Beberapa saat yang lalu kala Donghyuck masih duduk di sofa ruangan dan mengganti tayangan televisi, Aleysha ikut duduk di sampingnya. Menjadikan perutnya sebagai tatakan mangkuk berisi buah potong, lalu ikut menonton dalam diam sebelum pertanyaan itu tiba-tiba mengejutkan Donghyuck.
"Kamu kenal Yena dari mana?"
"Dia kan pernah ke apart."
"Tapi kan kamu nggak kenalan."
"Tapi aku tau."
Donghyuck menghela nafas jengkel mendengar jawaban santai Aleysha. Hampir-hampir mengusak rambut panjangnya sampai berantakan andai ia tak ingat bahwa wanita itu tengah hamil dan moodnya seringkali kacau tanpa alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Mangata | Donghyuck Lee
Romance[Metanoia Side Story] Bagi Donghyuck, menemukan Yena bagai mengetuk pintu rumah usai melewati setapak berduri. A love life journey in twoshoot.