Uno

1.2K 216 38
                                    

Gemuruh sahut-menyahut menyapa kota sore itu. Mendung berarak membawa kelabu yang kelam seolah siap menumpahkan isinya, menenggelamkan sore yang belum sempat dijemput senja. Masih pukul empat kala sapuan angin menerbangkan helai demi helai daun di luaran sana. Belum turun hujan, sih. Tapi jelas bahwa akan ada badai sebentar lagi.

Gadis di sudut cafe itu masih berdiam diri. Sibuk menatap layar ponsel yang pada akhirnya meredup dan mati. Lalu sebuah helaan nafas terhembus dari bibirnya. Menekan tombol power, layar tampak kembali terang.

'Maaf ya, lain kali kakak nggak akan ingkar janji lagi.'

Lagi-lagi tatapan lamat itu tertuju pada layar ponsel. Tidak ada balasan atau kata yang mampu ia ketik untuk memberikan respon. Hingga kemudian gemuruh besar kembali terdengar, dan hujan lebat akhirnya turun menyelimuti sepinya kota yang mulai mendingin.

Yena masih ingat pertama kali ia bertemu Donghyuck. Empat tahun lalu. Di pelataran aula tempat gladi bersih wisuda diadakan. Disana Yena melihat lelaki itu bernyanyi kecil guna membunuh waktu. Dan ia yang kala itu bertugas sebagai panitia tak sengaja terdiam di tempat mendengar lantunan melodi berbalutkan hangat dan manisnya madu dari bibir Donghyuck.

Nyanyian dari kotak suara berlapis emas lelaki itu adalah apa yang membuat Yena tertarik padanya. Keduanya berasal dari jurusan yang sama. Tapi sayangnya, saat Yena baru saja akan memulai petualangan kampusnya, Donghyuck sudah buru-buru pergi menjemput petualangan lain.

Kala itu, aula menjadi saksi bisu pertemuan dan perpisahan pertama keduanya dalam balutan lagu.

Lalu dua tahun setelahnya, saat sebuah seminar kampus mengadakan sebuah pelatihan, mereka mengundang seorang dosen ternama yang juga merangkap sebagai produser utama di sebuah agensi besar.

Namanya Seo Johnny. Pintar, tampan dan mapan. Seluruh mata tertuju padanya setiap kali lelaki itu menjawab pertanyaan diselingi gelak tawa kecil yang manis dalam sesi tanya jawab. Senyum dan tawa kecilnya seolah meluluhkan hati hampir seluruh wanita di dalam ballroom, kecuali Yena.

Yang lebih menariknya lagi, semesta mempertemukannya kembali dengan Donghyuck. Karena lelaki itu rupanya bekerja dibawah pimpinan Seo Johnny dan mengurus segala kebutuhan pimpinannya itu selama seminar lewat Yena.

Disanalah kemudian takdir bekerja dan menjadi titik balik bagi keduanya.

Jatuh cinta pada Donghyuck bukanlah hal yang sulit. Karena meski terkadang sikapnya tidak romantis dan ia sangat-amat sibuk hingga sulit ditemui, sikapnya yang teramat lembut seringkali mampu membuat Yena melupakan kekesalannya dalam sekejap lalu.

Semua berawal dari,

"Aku pernah lihat kakak dulu di pelataran pintu utara waktu gladi wisuda."

Donghyuck yang masih menatap ponselnya kemudian mendongak. Sedikit tergugu kala binar mata cerah Yena membuatnya hampir-hampir lupa diri hingga hanya mampu merespon dengan,

"Oh ya?"

Lalu Yena mengangguk antusias.

"Aku dengar kakak waktu nyanyi di jam istirahat. Kenapa kakak nggak jadi penyanyi aja?"

Selain gelak tawa, pertanyaan polos dari Yena menghasilkan berbagai topik lainnya di antara keduanya di sepanjang seminar. Lalu sebuah percakapan sederhana berubah menjadi lebih serius. Percakapan serius berubah menjadi sebuah keluh dan curhat, hingga kemudian kembali berubah menjadi sebuah perhatian kecil.

Yena masih ingat saat Donghyuck mengajaknya berjalan di sekitar Sungai Han pada malam hari. Lelaki yang sudah sibuk bekerja itu sedikit sulit di temui di siang hari dan akan menghabiskan waktunya untuk tidur di akhir pekan. Tapi kala tengah terlalu banyak menanggung beban, Donghyuck akan mengirim pesan,

[✔] Mangata | Donghyuck LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang