Esok harinya Rosé membuka pintu markas, amarah dan kesal pada Jeffry masih menimbulkan gemuruh di hatinya. "Gimana Ci, si Jeffry dah di-interview?" Jennie bertanya sembari mengecat kuku. "Halah, males gue." Rosé mendorong kursi, terduduk di kursi masih melipat kedua lengan dengan wajah cemberut. Baru pertama bertemu saja, Jeffry sudah membuatnya kesal, apalagi kalau sering bertemu. Ih ogah, mending tidak usah bertemu lagi dengan pemuda sok misterius bernama Jefrry itu.
"Males kenapa Ci? Jeffry gak bisa pake bahasa Indonesia ya?" Pertanyaan ngawur terucap dari bibir Soraya, "Ah jangan-jangan — Jeffry bisanya bahasa Opet?"
"Tahu gitu gue aja yang wawancara dia." Jennie, Lisa, dan Rosé geleng-geleng — jalan pikir gadis cantik satu ini memang berbeda dari yang lain. "Nih denger gue bisa pake bahasa Opet - pasipa pasipaka pasi pasi, pasipa pasipaka pasi pasi pasi pasi pa?"
"Ape die cakap Rajoo?" Lisa menyenggol bahu Rosé.
"Guys... jadi gimana? Buat tabloid nanti kita masih bakal pake Jeffry sebagai highlight?"
"Jen please Jen ganti ajalah, males gue ketemu lagi sama tuh anak."
"Keknya si Oci ini kesel banget sama yang namanya Jeffry."
"Dahlah... gue haus, mau beli cincau dulu di kantin — ada yang mau ikut?" Ketiga teman Rosé mengangguk, "Ya udah ayo jangan duduk mulu!"
🥤🥤🥤
"MAAF SAYA SUDAH TIDAK JUALAN CINCAU LAGI DI SINI, CINCAU DI PASAR ABIS TERUS SAYA KESEL GAK BISA JUALAN. TERTANDA PENJUAL CINCAU YANG SUDAH TERSINGKIRKAN."
Keempat gadis membaca tulisan di gerobak yang entah sejak kapan terbengkalai. "Ini kok bisa sampe segininya?" Lisa tidak habis pikir, perkara cincau saja bisa sampai semerepotkan ini ternyata — sementara si maniak cincau hanya bisa menganga sambil membelalak, apakah ini akhir dari dunia cincaunya. "Wah parah emang, sape sih ini yang bikin Mang Dio gak mau jual es cincau di sini lagi hah?" Rosé belum terima kenyataan.
"Gengs, kata si Mang Dio dia pindah lapak ke alun-alun."
"Hah lo tau darimana Sooya?"
Soraya memberikan kaca pembesar ke tangan Rosé, "Baca tulisan kecil yang cuma bisa dibaca pake kaca pembesar nih!" Kaca pembesar menempel di mata kanan Rosé — ia sedang membuktikan apa yang dikatakan Soraya benar atau tidak. Setelah membacanya Rosé berbalik menatap satu-satu wajah temannya, "Apa yang gue bilang bener kan?"
Di saat teman-teman yang lain yakin yang dikatan Soraya hanya gurauan tak jelaz, Rosé malah mengangguk. "Yang dibilang Sooya bener gengs." Ucapnya agak gengsi karena aneh saja kok bisa yang dikatakan Soraya hari ini nyata.
"Lah tumben lu bener Soo?"
"Kalian aja yang gak percaya — mungkin setelah ini kalian akan percaya bahwa bumi itu berbentuk jajargenjang seperti yang pernah gue bilang."
"Kalo yang itu gue gak akan pernah percaya!" Jennie sudah tegas menolak kalimat Soraya.
"Jadi lo masih mau jajan yang lain kagak?" Jennie memastikan cat kukunya tetap rapi dan cantik."Gue pengen cilok mang Ade." Sahut Lisa.
"Gue juga pengen pop es rasa rendang, yuk gaes beli!"
"Sooya tolong!!" Lisa, Jennie, Rosé menatap sinis Soraya.
"Salah gua apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Cincau? ( jaehyun ✖ rosé )
FanfictionRoséanne atau Rose adalah gadis SMA biasa, namun hobinya untuk minum es cincau malah membawa kesialan ketika bertemu dengan Jeffrey si pedagang cincau kekinian