0.2 voice note

48 23 78
                                    

from home.

-play the music-

-apa yang kau tanam itulah yang akan kau tuai. Bila kamu menanam benih luka pada hati seseorang. Jangan salahkan semesta, bila nanti kamu pula akan diberi lara.

Happy reading•

Langit berubah menjadi kelabu, perlahan menutupi awan biru. Dengan terbaring di ranjang kasurnya, Naura memainkan ponsel genggamnya itu sambil sesekali membuka chat Wisma.
Sudah suatu rutinitas jika setiap hari mereka wajib saling berbalas pesan, untuk sekedar tahu kabar masing-masingnya atau pun sekedar saling curhat jika ada masalah.

Namun, apa kalian tahu? Gaya chattingan mereka itu berbeda, jika Naura tidak menyukai voice note dan lebih memilih untuk menggunakan ketikan jari, maka Wisma lebih menyukai voice note.

Bagi Wisma, mengutarakan kata-katanya lewat aksara itu tidak akan terasa feelnya. Lagi pun dengan voice note, maka akan tercipta kenangan yang selamanya akan tersimpan bila saja tidak dihapus.
Namun, sesekali Wisma juga menggunakan chat biasa jika itu tidak terlalu penting.

Wisma :
Kamu udah makan?

Naura :
Belum, aku males makan Wisma.

Wisma :
Ish, ga boleh males dong. Kamu udah kurus, nanti makin kurus gimana?

Naura :
Emangnya kenapa kamu ga suka? Kamu menilai orang dari fisiknya?


Naura sebenarnya hanya memancing Wisma, entahlah akhir-akhir ini dia hobi sekali mencari masalah.

Di seberang sana, Wisma membacanya dengan geleng-geleng kepala. Dia amat tahu Naura, gadis itu sudah hafal juga bagaimana Wisma. Tak mungkin jika Wisma hanya memandang fisik seseorang, jika ia mengapa dia memilih Naura yang biasa saja?

Wisma sedang mengirim voice notenya seperti biasa.

Naura membukanya, dan terdengar suara serak Wisma seperti sehabis bangun tidur.

Wisma :
Naura, kamu harus makan yah. Aku nggak mau kamu kurus, bukannya aku memandang orang dari fisiknya.

Terlebih orang itu kamu, nggak mungkin lah. Aku cuman mau kamu itu tetap sehat, dengan kamu nggak makan nanti bisa aja kamu sakit. Kalo kamu sakit, kamu nggak berangkat sekolah ... terus nanti aku kangen gimana?

Stop! Berhenti, batin Naura.

Wisma berhasil membuatnya mengukir kurva sembari berusaha meredakan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

Tolonglah, jangan buat Naura susah untuk memutuskan ... apakah dia akan putus dengan Wisma atau tidak.

Dasar ya Naura!

Naura :
Ih, Wisma ngeselin. Tanggung jawab, aku baper nih!

Iya, memang Naura tidak pernah menyembunyikan perasaannya dari Wisma. Dia akan berterus terang, dan karena itu juga seringnya Wisma terluka.

Wisma :
Tenang, aku pasti tanggung jawab kok. Udah sekarang, kamu makan dulu ya.

Naura :
Ya udah deh, aku makan dulu. Kamu juga ya, nanti kamu sakit kalo ga makan. Terus nanti siapa yang temenin aku di sekolah.

Naura mengetiknya dengan senyuman yang belum luntur.

Agaknya jika berterusan chatingan dengan Wisma, dia bisa lupa akan segalanya. Bahkan sepertinya semua gadis juga sama, bagaimana tidak? Wisma saja manisnya nggak ketulungan.

from home, 박지성Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang