Part 25

71 6 0
                                    

"Kenapa Mora? Apakah kamu bingung dengan perasaan yang sekarang kamu rasakan? Apa aku harus membantumu untuk mencari jawabannya?"

Ucapan Eros seperti bisikan di telinga Amora yang mampu membuat kedua kaki Amora lemah. Jarak mulut Eros dan telinga Amora yang tinggal beberapa centimeter itu juga membuat Amora kesulitan bernafas.

"E-Eros ... tidak bisakah kita bicaranya dengan jarak yang normal?" tanya Amora gugup. Bagaimana dia bisa mencari tahu jawaban hatinya jika kedekatannya dengan Eros sudah mengacaukan hatinya?

Eros melangkah mundur dan memberikan jarak. Bukan hanya Amora, dia sendiri juga mungkin tidak akan mampu mengontrol dirinya jika sudah berada di jarak yang dekat dengan Amora. Lagi pula Eros harus mempersiapkan diri mendengar jawaban Amora. Bisa saja Amora tidak mencintainya lagi.

"Jadi?" tanya Eros. Dia ingin membuat ketegangan ini cepat berlalu.

Amora menunduk dan menggigit bibir bawahnya.

"Sebenarnya aku masih bingung. Pertama kali bertemu setelah enam tahun berlalu, ada rasa bahagia dan sakit datang bersama. Bahagia karena bisa melihat kamu lagi dan sakit karena sikap kamu."

Amora mulai mengangkat wajahnya perlahan dan memperhatikan Eros yang diam menunggu ucapannya selanjutnya.

"Aku bingung dengan detak jantungku yang lebih cepat dari biasanya tiap kali bersamamu. Aku juga bingung karena merasa sakit hati saat mendengar kalau Pak Abimana mau menjodohkanmu dengan putrinya, tapi merasa lega saat tahu kalau kalian menolak perjodohan itu."

Senyum Eros mulai terbit, namun pria itu berusaha menahan diri.

"Aku bingung karena merasa senang jika berada didekatmu dan ... merindukanmu setiap malam."

Eros kembali melangkah maju mendekati Amora,"jika sekarang aku bilang aku mencintaimu Amora, apa kau juga bingung?"

Amora berusaha melihat ke segala arah asalkan jangan melihat wajah Eros. Sungguh, berada di dekat Eros di saat pria itu sedang menatapnya intens dengan mulut mengucapkan cinta, Amora yakin kalau dia bisa meleleh saat ini juga jika dia membalas tatapan Eros.

"Katakan Mora, apa kau bingung jika aku bilang aku mencintaimu?" tanya Eros lagi dengan suarang lebih tinggi.

Amora menggeleng dan entah keberanian dari mana dia menjawab, "tidak. Karena ketika kamu bilang kalau kamu mencintaiku, hatiku sudah menemukan jawabannya. Jawaban yang sama kalau aku juga mencintaimu."

Belum sempat Amora mengambil nafas setelah mengucapkan rentetan kata yang ... Ah, sangat memalukan itu, Eros sudah mendekapnya kedalam pelukan.

"Eros! Ini di tempat kerja. Malu kalau dilihat orang!" Tegur Amora membuat Eros terkekeh.

"Malu? Dulu siapa yang suka main peluk, hm? Nggak lihat situasi dan kondisi, kalo mau peluk ya peluk aja. Kenapa sekarang malu?"

Benar. Amora yang dulu, yang pikirannya masih sangat kekanakan akan mengekspresikan rasa senangnya dengan cara memeluk Eros. Membayangkan hal itu membuat Amora malu sendiri.

"Itu dulu! Waktu aku belum tahu malu!"

Eros tertawa sambil melepas pelukannya berganti dengan mengacak rambut Amora. "Tiba-tiba aku jadi kangen Mora yang tidak tahu malu itu. Dia dimana ya?"

Amora memukul tangan Eros, "modus! Seingat aku, kamu dulu sering menolak kalau aku peluk. Alasannya nggak enak dilihat orang!"

Eros tertawa dan kembali memeluk Amora, "itu dia salah satu penyesalan aku, menolak dipeluk cewek secantik kamu."

Amora tersenyum dan tidak menolak pelukan Eros. Sepertinya Amora juga rindu dengan pelukan mantan pacarnya itu.

"Nanti malam aku jemput kamu, kita makan malam sekaligus merayakan status baru kita," kata Eros membuat Amora tersenyum. Status baru? Amora ingin menggoda Eros kali ini.

"Status baru? Yang mana ya?"

Eros melepas Amora dan menatap perempuan itu. "Ya status kita. Kita pacaran lagi kan?"

"Ha? Pacaran? Sejak kapan? Dari tadi nggak ada yang tanya kalau aku mau jadi pacarnya atau tidak."

"Mora ...." panggil Eros dengan rasa kesal tertahan. "Kita bukan abg lagi. Aku bilang aku cinta kamu, kamu cinta aku. Kamu single, aku juga. Jadi apa lagi? Kamu mau aku bawa sebucket bunga mawar dan berlutut di depan kamu sambil bilang maukah kau jadi pacarku?"

Amora tertawa geli, "aku lebih suka kamu membawakan cincin dan bilang will you marry me?"

Eros ikut tertawa dan kembali mengacak rambut Amora. "Ajakan makan malamku saja belum dijawab, bagaimana aku bisa yakin kalau ajakan menikah dariku akan dapat jawaban?"

Amora menarik tangan Eros dari kepalanya. Merapikan rambutnya dengan wajah kesal. "Baiklah. Aku akan mengirim lokasi rumah. Kita pergi makan malam bersama."

Terlalu bahagia dengan kebersamaan yang baru saja terjadi membuat Amora lupa kalau dia sudah punya janji dengan ayah.

AMOURETTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang