special part

47 8 1
                                    

Special Part (Happy Birthday Third)

-----

Sejak pagi tadi Third sudah uring-uringan tidak karuan. Pasalnya, tidak satu pun dari ketiga sahabatnya mengirim pesan kepadanya. Third sudah mencoba untuk berpikir positif, seperti mungkin mereka masih tidur, mungkin mereka kuotanya habis, tidak mungkin mereka lupa dengan ulang tahun Third. Tetapi semakin lama, pikiran positif itu mulai terkikis. Third sudah tidak bisa berpikiran yang baik-baik lagi karena sampai sekarang sudah pukul 8 malam pun, belum ada satu pun yang mengirim pesan kepadanya. Jangankan mengirim pesan, pesan Third di grup pun tidak ada yang membalas.

Sudah seperti orang gila saja Third spam di grup.

Untuk menghilangkan rasa kesalnya, Third mencoba untuk bermain game online di ponselnya. Namun bukannya meredakan kekesalannya, justru Third semakin dibuat kesal karena tidak kunjung memenangkan pertandingan. Third sudah malas bermain game.

Beralih menuju sofa yang lebih besar, Third berbaring sambil memejamkan mata. Jika memang tidak ada yang ingat dengan hari istimewanya ini, untuk apa Third tetap menunggu. Menunggu ketidakpastian yang berujung membuat sakit hati.

Sebelum itu, Third sempat mematikan ponselnya. Third sudah benar-benar kesal sekarang. Ia sengaja mematikan ponsel dan mengunci pintu rumahnya supaya tidak ada satu pun yang bisa mengganggu tidurnya.

Tidak butuh waktu lama, Third sudah terlelap dalam tidurnya.

Third terbangun ketika tiba-tiba listrik padam. Gelap, Third bahkan tidak bisa melihat apa-apa. Satu-satunya benda yang menjadi harapan Third adalah ponselnya.

Setelah ponsel itu menyala, Third berjalan menuju pintu. Ia hendak keluar dari rumah untuk mengecek apakah memang ada pemadaman listrik atau hanya rumahnya saja yang kehabisan token listrik.

Begitu membuka pintu, betapa terkejutnya Third melihat kedua orangtuanya berdiri di depan pintu.

Ya, Third bahkan lupa kalau ia mengunci pintu sebelum kedua orangtuanya pulang.

Third mencium tangan mamanya. "Maaf, Ma. Third ketiduran tadi," kata Third.

"Maaf, maaf. Kamu kira papa gak capek habis kerja seharian, pulang-pulang niatnya mau istirahat malah pintunya dikunci. Biar apa pakai kunci pintu segala?" omel papa Third.

"Third beneran lupa, Pa, kalau Third kunci pintu. Tadi Third ketiduran," melas Third, berharap papanya akan memaafkan.

Tetapi yang dilakukan papa Third adalah langsung masuk ke rumah. Tanpa berkata apapun, mamanya pun ikut masuk ke dalam membuat Third benar-benar mematung di ambang pintu.

Bukan kejadian seperti ini yang diharapkan di hari istimewanya.

Third kembali masuk rumah. Dengan bantuan flash dari ponselnya ia berjalan menuju kamarnya. Sebenarnya tidak ada niatan untuk menangis, namun rasanya hari ini terlalu mengecewakan. Third benar-benar dihancurkan oleh ekspetasinya sendiri. Yang Third bayangkan sejak kemarin adalah, hari ini ia bersama keluarganya makan malam bersama, berkumpul dengan teman-temannya, namun nyatanya hari ini hanya ia habiskan dengan di rumah sendirian.

"Third, buka pintunya, Sayang. Ini mama." Suara dari luar kamar dibarengi ketukan di pintu membuat Third refleks mengusap air matanya. Ia tidak boleh terlihat habis menangis di hadapan mamanya. Sebab mamanya pernah bilang, Third adalah anak hebat yang jarang menangis.

GANG TIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang